Saat itu, karena Mas Sumo bareng Mbak Lisa, saya dikira anak oleh seorang turis Jepang yang berangkat bareng kami dengan mobil paket wisata. Ketika dijelaskan kami datang dari media berbeda dan ke Kanada untuk liputan basket, si turis Jepang sampai terheran-heran.
 "Hanya untuk bola basket kalian datang ke Kanada? Seberapa popular basket di negara Anda?" si Jepang bertanya. Kami mesem-mesem.
Buat saya, Mas Sumo memang jadi seperti orang tua. Mas Sumo juga yang memberikan saya nama ABA MARDJANI.
 "Kenapa ABA, Mas?" tanya saya.
 "ABA, Anak Betawi Asli. Bapak kamu kan Mardjani. Jadi ya Aba Mardjani saja," jawab Mas Sumo enteng.
Jadilah nama itu saya gunakan hingga sekarang.
Kini, Mas Sumo, orang yang bisa disebut sangat berjasa dalam karier jurnalistik saya, sudah pergi untuk selamanya.
Mas Sumo, salah satu wartawan Kompas yang sangat menonjol, wafat pada Minggu (24/12), dalam usia 73 tahun setelah kali kedua dirawat di RS Jantung  Harapan  Kita karena penyakit jantung.
Jenazah Almarhum yang lahir di Kutoarjo pada 8 Juli 1944 itu, dimakamkan sekitar pukul 14.00 WIB ini di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Selamat jalan, Mas Sumo. Semoga Allah mengampuni segala dosa Mas Sumo, dan melipatgandakan pahala dan amal ibadah Mas Sumo. Hingga kapan pun, jasa Mas Sumo takkan saya lupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H