Apakah perjuangan yang memerlukan jerih-lelah itu demi hal yang kekal?
Apakah perjuangan hingga kita berjerih lelah itu berdasarkan dorongan belaskasih?
Dan pertanyaan mendasar lainnya.
Jika pertanyaan dasar tersebut tidak terjawab tuntas, sia-sialah kita punya perjuangan hingga berjeri-lelah. Terlebih lagi, jika perjuangan itu bukan untuk kebenaran, keadilan, kemanusiaan, kemaslahatan orang banyak; yang membangun dan berguna, dst.
Sehingga ungkapan "Setiap jerih lelah tidak ada yang sia-sia" tidak berlaku bagi kita, jika perjuangan kita hanya memikirkan segala hal yang selalu berhenti pada kepentingan dan urusan yang bersoal dan berujung pada kepentingan diri sendiri (Self Centre).
Dalam zaman sekarang, yang diwarnai segala hal untuk kepentingan diri: profit untuk diri, eksistensi untuk diri, dan lainnya hanya melulu untuk diri sendiri.
Kita berada pada masa akhir, yang banyaknya orang hanya mencintai dan sibuk untuk diri sendiri. Maka semakin teguhlah kiranya mereka yang berjuang pada kebenaran, keadilan dan kemanusiaan; karena perjuangan mereka diperlukan menjadi mercusuar ditengah zaman yang 'bengkok' ini.
Apakah kamu dipanggil untuk membawa terang dan dipanggil untuk bersuara untuk jalan tersebut???
Jika demikian, benarlah ungkapan ini untuk kita "Tetap berdiri tegak dan berjuang dengan semangat yang teguh", karena "Setiap jerih lelah kita tidak ada yang sia-sia".
Jika itu "KEBENARAN", mengapa tidak "MEMIKULNYA"???
![Sumber photo: Buku Sukarno Di Bawah Bendera Revolusi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/10/03/sukarno-png-5f77e83ed541df722e3a40e2.png?t=o&v=555)