Mohon tunggu...
Mardi Sirait
Mardi Sirait Mohon Tunggu... Lainnya - Administer Social Justice

Menulis adalah pengabdian bagi keabadian dan menyuarakan kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pancasila di Bumi Indonesia

1 Oktober 2020   15:54 Diperbarui: 1 Oktober 2020   16:03 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pribadi: bersama teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia.

Tidak pernah mendengar pembicaraan tentang perbedaan yang menyangkut identitas seseorang; baik dalam pembicaraan bersama maupun secara pribadi. Terkait agama dan hal identitas lainnya menjadi hal yang pribadi, menjadi keragaman dalam kebersamaan. Hal agama dan identitas pribadi lainnya menjadi hal yang mengalir sedemikian. Seseorang pada umumnya akan segera diketahui seorang Kristen, ketika dia berdoa saat makan bersama atau akan ijin tidak menghadiri suatu pertemuan di hari minggu, saat dia ingin beribadah ke gereja.

Selanjutnya, seseorang akan segera diketahui seorang Muslim, saat menjalankan sholat sebagai salah satu syariat Islam. Lebih lanjut, di saat berjalan bersama dengan teman yang lain, berketepatan waktu itu bulan purnama, dia berkata 'bro, saya mau mengambil bunga untuk ritual mandi suci'. Kemudian dia menyampaikan dia seorang Hindu dari Bali, ingin menjalankan ritual mandi suci. Di waktu yang berbeda, seorang teman kembali dari gereja dan saya melihat dahinya ada goresan warna abu-abu dan saya memahami dia seorang teman Katolik.

Demikian sedikit gambaran hal lahiriah yang bisa dicermati dalam kebersamaan itu dan tidak seorangpun mempersoalkan hal itu. Sebaliknya, rasa toleransi, menaruh rasa hormat satu sama lain menjadi hal yang sendirinya ada.

Dari hal tersebut, jelas bisa melihat bahwa dalam ranah publik (common ground) kebersatuan bukan atas kesatuan agama atau identitas lainnya. Tetapi, adanya toleransi dan saling menghormati saudara yang lain. Keberbagaian tidak menjadi soal, melainkan menjadi kekayaan bersama untuk disyukuri.

Tetapi, menjadi berbeda jika kita melihat konteks yang lebih luas dalam bernegara. Isu tentang suku, ras, agama menjadi isu yang selalu diobrak-abrik. Mengapa demikian?, karena adanya kepentingan politik yang pragmatis oleh golongan yang picik untuk merebut kekuasaan dan jabatan politik dengan memecah belah ke-Indonesia-an. Terutama dalam hal isu agama, menjadi isu yang selalu dipersoalkan. Karena memang wilayah agama mempunyai signifikansi, pengaruh dan kekuatan dalam hidup seseorang. Sehingga, banyak oknum yang fasik memakai isu tersebut untuk merebut dukungan massa.

Ketika hari ini kita mengenang dan memperingati Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober, sekali lagi kita harus senantiasa mensyukuri kebesaran dan keberagaman bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang berbihneka dari sabang dan merauke, tak lupa kiranya kita mengenangan kesatuan "ika" sebagai pemersatu. Sehingga, setiap oknum yang ingin mencari kepentingan sendiri dan golongan, secara bersama bisa kita hadapi.

Memandang keberbagaian sebagai modal untuk memajukan bangsa ke masa mendatang. Sebagai bangsa yang hidup bersama dalam bumi Indonesia ini, kita senantiasa memegang dan mengamalkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan hingga keadilan sosial menjadi pedoman kehidupan kita bersama dalam berbangsa dan bernegara.

Niscaya, spirit dan prinsip tersebut akan membawa bangsa kita kepada kamajuan dan peradaban yang lebih maju lagi. Pancasila di bumi Indonesia sebagai jiwa, kepribadian, pandangan hidup, dasar negara, sumber segala hukum, perjanjian luhur para pendiri bangsa, dan sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

Seluruh nilai dan prinsip dalam butir-butir pancasila menjadi pedoman dan hidup kita berbangsa dan bernegara. Menyongsong kehidupan berbangsa yang luhur dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selamat memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, semakin maju dan jaya kiranya negeri Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun