Mohon tunggu...
Mardianti Salam
Mardianti Salam Mohon Tunggu... Petani - Budidayawan

Tulislah dan kamu akan mengerti. Jika bukan sekarang, itu akan berguna dimasa Depan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ibu Sud dan Orang Utan, Perpaduan yang Melekatkan Hati Anak

2 April 2017   17:24 Diperbarui: 4 April 2017   15:15 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anak-anak sanggar Kelapa Pulau Lakkang beserta ketua pembinanya, berfoto bersama kang Bugi dan si Otan

Google mengingatkan kita saat tanggal 26 maret 2017 lalu berkaitan dengan hari kelahiran seorang maestro seniman pencipta lagu anak yang sudah sangat melegenda namanya. Beliau yang juga adalah pemusik, guru musik,  penyiar radio, dramawan serta seniman batik Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakannya sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-kanak Indonesia. Lagunya yang ceria dan patriotik membuat anak-anak selalu bersemangat dan gembira.

Banyak lagunya yang menjadi lagu anak Indonesia yang populer abadi, beberapa diantaranya adalah: Hai Becak, Burung Kutilang, dan Kupu-kupu, Tik Tik Bunyi Hujan. Sementara lagu wajib nasional yang diciptakannya adalah: Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku. Lagu-lagunya yang lain banyak yang juga tetap populer hingga kini, seperti: Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, Himne Kemerdekaan, dll.

anak-anak sanggar Kelapa Pulau Lakkang beserta ketua pembinanya, berfoto bersama kang Bugi dan si Otan
anak-anak sanggar Kelapa Pulau Lakkang beserta ketua pembinanya, berfoto bersama kang Bugi dan si Otan
Hari minggu adalah hari libur sedunia, tapi bagi kami anak sanggar Kelapa pulau Lakkang, sebuah pulau kecil (delta) di muara sungai Tallo,  kota Makassar, merupakan hari dimana kami akan melakukan sesuatu yang baru. Pulau Lakkang menjadi tempat kumpul kami bersama beberapa anak asli pulau dan pembina sanggar,  yang terdiri dari relawan-relawan mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Makassar. 

Pulau ini tak jauh dari kota (daratan) makassar, sekitar 15 (lima belas)  menit perjalanan dengan menggunakan sebuah Katinting milik beberapa penduduk pulau Kallang.  Pulau ini mempunyai pesona khusus, selain indah, di pulau ini terdapat peninggalan sejarah berupa adanya beberapa bungker (tempat berlindung saat perang) masa penjajahan Jepang beberapa puluh tahun lalu.


Hari minggu itu,  bertepatan dengan hari ulang tahun almarhumah ibu Sud, sanggar Kelapa mengundang seorang pendongeng atau storyteller yaitu kang Bugi (seorang pendongeng biasanya mendapat sebutan kakak, tapi karena beliau berasal dari Jawa Barat, jadi lebih kerap menyapanya dengan sapaan khas Sunda,  yaitu 'kang' - yang juga berarti kakak).

saat kang Bugi mendongeng di hadapan anak-anak SD yang berkunjung ke kantor kang Bugi: Balai Litbang LHK Makassar
saat kang Bugi mendongeng di hadapan anak-anak SD yang berkunjung ke kantor kang Bugi: Balai Litbang LHK Makassar
Apa kaitan kang Bugi dengan ibu Sud? Tidak ada hubungan pribadi,  hanya saja,  saat kang Bugi melakukan aktivitas mendongengnya terhadap anak-anak sanggar Kelapa Pulau Lakkang,  kang Bugi rupanya mengingatkan anak-anak sanggar dan kami semua akan jasa-jasa ibu Sud.  Dengan cara berdialog dengan anak-anak sanggar tentang sosok ibu Sud dan kang Bugi pun telah menyiapkan beberapa lagu ciptaan ibu Sud (dalam format MP3) untuk dinyanyikan bersama anak-anak sebagai bagian dari alur cerita dalam skenario mendongengnya saat itu.

Memang sudah menjadi bagian dari cara mendongeng kang Bugi – yang satu sesi mendongeng biasanya berdurasi sekitar 45 – 60 menit, bahwa selalu disiapkan skenario dan 'message' yang ingin disampaikan kepada audiens dongengnya, yang disampaikan dengan cara bercerita,  berdialog,  bernyanyi dan bergoyang bersama anak-anak. Jadilah saat itu kang Bugi berinteraksi dengan anak-anak diiringi beberapa lagu ciptaan ibu Sud. Sungguh riang dan ceria suasana yang diciptakan kang Bugi. Anak-anakpun terlihat sangat senang dan gembira.

Kang Bugi, yang sehari-harinya adalah peneliti di kantor Litbang Kementerian Kehutanan di Makassar, saat mendongeng, selalu ‘ditemani’ seekor primata ‘Orang Utan’.

Seekor Orang Utan? Tenang, Orang Utan yang sering menemani kang Bugi ber-storytellingini, yang dinamai dengan si Otan, hanyalah sebuah boneka.Tapi bukan sembarang boneka, karena si Otan ini adalah sebuah boneka tangan (hand puppet), artinya, tangan si pendongeng dapat dimasukkan dari bagian bawah boneka untuk menggerakkan bagian tubuh boneka – dalam hal ini mulut boneka Orang Utan.

 Sehingga, dengan cara ini, si Otan menjadi ‘hidup’ dapat bercakap-cakap dan berdialog dengan anak-anak audiens mendongengnya. Disamping itu, dikedua tangan si Otan-pun dilengkapi sebuah tongkat kecil layaknya tongkat kecil yang biasa ditemukan pada wayang kulit maupun wayang golek. Tongkat kecil ini berfungsi sebagai alat bantu dalam menggerakkan kedua tangan siOtan.

Ketika kami tanyakan kepada kang Bugi mengapa memilih boneka berbentuk Orang Utan dalam mendongengnya – seperti pertanyaan banyak penanya-penanya lain, kang Bugi, yang keahlian ber-storytelling-nya ini dipelajari secara otodidak, selalu menjawabnya dengan sederhana, yaitu,”karena Orang Utan adalah primata khas indonesia yang saat ini keberadaannya hampir punahdengan menggunakan boneka orang utan ini saya turut mengkampanyekan ajakan melestarikan habitat orang utan asli secara khusus dan secara umumnya adalah melestarikan fauna dan flora Indonesia.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun