Siapa sih yang tidak kenal dengan uang elektronik di zaman modern ini. Dimana-mana kita mendengar orang melakukan transaksi dengan menggunakan uang elektronik. Berbagai macam kemudahan telah ditawarkan oleh perbankkan pemerintah dan swasta serta lembaga selain Bank. Pada tanggal 14 November 2014 Program Gerakan Nasional Non Tunai telah dicanangkan oleh Bank Sentral Republik Indonesia, sebagian masyarakat telah melakukan transaksi non tunai.
Namun dapat dilihat beberapa tempat di Indonesia belum menggunakan uang elektronik. Tempat ini berada di pelosok-pelosok yang belum mendapatkan fasilitas tekhnologi dalam melakukan transaksi. Kentalnya budaya masyarakat di pelosok masih mendominasi, sehingga masyarakat cenderung melakukan transaksi Tunai.
Sebenanya ketika masyarakat telah mengenal uang elektronik ini banyak kemudahan yang dapat dilakukan dalam melakukan transaksi. Karena di daerah pelosok ini banyak sekali jenis transaksi sebab ketika menggunakan uang elektronik nominal sekecil apapun akan tetap tercatat dalam kartu yang digunakan.
Bisa dibayangkan ketika masyarakat pelosok mulai menggunakan kartu kredit atau kartu prabayar. Simulasinya seperti ini: seorang ibu ingin berbelanja kepasar membawa ratusan ribu rupiah dan seorang tukang ojek yang ternyata pencuri “ ketika seorang ibu akan berbelanja ke pasar dan harus naik ojek. Ia harus membawa uang tunai ratusan ribu rupiah.
Ternyata ia bertemu seorang pemuda yang ternyata seorang pencuri yag menyamar sebagai tukang ojek. Dan akhirnya di tengah jalan ibu ini diturunkan di jalan dan seluruh uang yang seharusnya dibelanjakan untuk keperluan rumah tangganya selama sebulan ludes seketika.” Ini simulasi pertama.
Simulasi kedua, si ibu telah menggunakan uang elektronik dengan menggunakan kartu kredit Bapak tukang ojek yang ternyata teman pencuri yang ingin mencuri uang ibu ini juga. “sama seperti hari kejadian itu. Ibu ini juga pergi kepasar untuk berbelanja tapi kali ini ia tidak hanya membawa uang ratusan ribu rupiah tapi puluhan juta rupiah namun dalam bentuk sebuah kartu elektronik. Di pangkalan ia bertemu tukang ojek yang ternyata teman si pencuri kemarin.
Akhirnya pun ia diturunkan di jalan. Si tukang ojek yang ternyata kuper (kurang pergaulan) ini tidak menemukan apa-apa selain kartu elektronik yangsi ibu bawa. Dengan kesal si pencuri ini membuang kartu tersebut dan pergi meninggalakan si ibu dengan wajah penuh kemenangan. Si ibu akhirnya tidak kehilangan sepeser uangnya tersebut.
Simulasi ketiga, si ibu membawa uang elektronik dan si tukang ojek telah menggunakan mesin pembaca uang elektronik. Serta pedagang-pedangan di pasar juga menggunakan mesin pembaca uang elektronik. “si ibu membawa uang elektronik ke pasar menggunakan tukang ojek yang telah menggunakan mesin pembaca uang elektronik.
Sesampai di pasar si ibu membayar tukang ojek dengan menggunakankartu elektronik dan situkang ojek menggunakan mesin elektroniknya menerima bayarannya. Setelah memasuki pasar si ibu membeli keperluan rumah tangganya, pembayaranya tentu saja menggunakan uang elektonik yang ia bawa serta si pedangang-pedangan di pasarr tersebut menerima bayarannya dengan menggunakan mesin pembaca uang elektronik.” Tamat, dengan bahagia.
Jika simulasi diatas cukup sulit untuk di kerjakan paling tidak lakukan untuk diri kita sendiri, karena dari situ kita telah mendukung program pemerintah “Smart Money Wave” Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Selain itu lebih praktis, cepat,dan fleksibel dan mengguntungkan bagi kita pengguna dan Bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H