Ternyata kutahu kemudian, di lokasi aman pun seorang ibu juga histeris melihat pemuda yang ditandu
dan berperan sebagai korban luka-luka. Nurhijah (67) bahkan masih sesenggukan ketika beberapa ibu
dan Kak Yarni yang anggota Tim Pendataan, memapahnya ke tenda pengungsian. ”indak apo-apo doh.
Inyo kan hanya pura-pura sakiek. Idak ada luko ro doh. (Tidak apa-apa dia. Dia hanya berpura-pura
sakit. Tidak ada luka,” tukas Kak Yarni menenangkan. Airmata perempuan bermata rabun itu masih
terus mengalir. Sesekali sarung yang ia pakai digunakan untuk mengelap airmata di pipinya.
“Sakiek hati Ambo. Sakiek bana waktu konflik dulu ro. Jangan lah ado lai (sakit hati saya. Sangat sakit
waktu konflik dulu. Jangan sampai terjadi lagi),” seraya menepuk-nepuk dadanya.
Di hatiku, hati seorang Aceh pun berharap, jangan sampai konflik bersenjata singgah lagi di bumi
Serambi Mekkah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H