Sejak peperangan terjadi dirumah ini, Ayah tak nampak pulang kerumah. Sudah satu Minggu, namun tak ada kabar juga dari Ayah. Entah kemana laki-laki yang seharusnya menjaga wanita yang telah dipilih untuk menjadi pendamping hidupnya itu.
Siang itu di sekolah, saat jam Pelajaran terkahir, Aku berpura-pura izin keluar untuk ke kamar kecil, padahal Aku ingin jumpa Guru cantik yang telah menghiasi hatiku.
Aku intip setiap kelas apakah ada Ia disana, tetapi ternyata Aku tak menemukannya. Aku berpikir mungkin Ia sekarang di Kantor Guru. Dan benar saja Ku lihat Ia sedang sendirian, sambil memegang pena, sepertinya Ia sedang mengoreksi buku latihan Siswanya.
Ku beranikan diri menghampirinya, dan Ia menyapaku sembari tersenyum padaku.
"Ada apa Rio?"Â
"maaf Ibu cantik, Aku mau berikan ini untuk Ibu" Aku mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih polos tanpa nama dari saku celana, dan Aku katakan padanya, spesial buat dirinya.
Kemudian Aku permisi keluar, sambil berjalan mundur dan Ku lihat Ia tersenyum. Secara spontan Aku melompat girang, kemudian berlari menuju kelas.
***
Malam ini sangat indah, langit bertaburan bintang, seperti diriku sekarang yang sedang berbunga-bunga setelah memberikan surat cintaku untuknya.
Ku rebahkan tubuh diatas kasur dan ku pejamkan mata, tetapi wajah Guruku selalu hadir, yang membuat Aku tak bisa melupakannya adalah Senyumannya.Â
Senyuman manisnya, mungkin madu saja kalah manisnya. Senyuman yang membuat Aku mabuk kepayang, jika Aku minum segelas whiskey mungkin itu tak akan membuat Aku mabuk, tapi senyuman manisnya lebih dari pada itu.Â