Mohon tunggu...
Mardiah Rahmadani
Mardiah Rahmadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa doktoral di IPB University

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peternak Susu Masih Menjerit, Mengapa dan Sejauh Mana Peran Ilmuwan?

15 Desember 2022   10:41 Diperbarui: 15 Desember 2022   10:46 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat bermanfaat bagi peningkatan gizi dan kecerdasan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, ibu, dan lansia. Akan tetapi, produksi susu segar Indonesia hanya mampu memenuhi 22% permintaan susu nasional, sedangkan sisanya dipenuhi oleh impor dari negara Selandia Baru, Australia, Eropa, dan Amerika Serikat. Uniknya, peternak sapi perah Indonesia sebagian besar adalah peternak rakyat. Info terkini, produksi susu sapi peternakan rakyat anjlok 20%. Mengapa demikian?

Industri sapi perah rakyat masih berkutat dengan problematika klasik dan kompleks. Mulai dari permasalahan hulu hingga ke hilir. Catatan penting dalam industri ini tidak hanya merubah sikap peternak tetapi juga bagaimana meningkatkan minat pemuda untuk terjun langsung dalam bisnis ini untuk meningkatkan produktivitas susu nasional. Pemerintah mengakui kurangnya minat para peternak muda dalam pengembangan ternak perah karena proses regenerasinya sangat lambat. 

Saat ini umur rata-rata peternak sapi perah adalah sekitar 45 tahun atau bahkan lebih. Banyak dari mereka yang berpendapat jika beternak sapi perah tidak menguntungkan. Akibatnya, jumlah peternak sapi perah terus menurun. Skala kepemilikan sapi perah pun tak beranjak dari angka 2 -- 3 ekor dengan rendahnya produksi susu yang dihasilkan, yakni hanya 8 -- 13 liter per ekor per hari. Selain itu, harga beli susu di tingkat peternak rakyat juga rendah. Hal ini berkaitan dengan kualitas susu dan kesiapan untuk dapat memasok kebutuhan industri.

Dalam memperbaiki manajemen peternakan rakyat yang cukup kompleks, tidak hanya merubah sikap peternak tetapi juga bagaimana menyediakan stok bibit yang baik dan bahan pakan yang berkualitas dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan. 

Dampaknya terlihat pada rendahnya kualitas komposisi susu yang ditunjukkan oleh rendahnya kandungan lemak susu dan profil asam lemak susu. Di sisi lain, nilai total padatan atau total solid (TS) masih di bawah rata-rata, yaitu 11.3%. 

Dengan kata lain, permasalahan yang terjadi di tingkat peternak adalah tingkat kualitas susu yang dihasilkan masih sangat rendah, belum sesuai dengan persyaratan SNI 01-3141-1998 (Murti 2006), baik dari sisi total bakteri (TPC) ataupun total solid (TS).

Langkah-langkah implementatif yang mendesak untuk dilakukan adalah:

  • Faktor yang dapat dikendalikan oleh unit usaha: seperti strategi produk, teknologi, pelatihan, biaya penelitian dan pengembangan
  • Faktor yang dapat dikendalikan oleh pemerintah: lingkungan bisnis (pajak, suku bunga, nilai tukar uang), kebijakan perdagangan, kebijakan penelitian dan pengembangan, pendidikan, pelatihan dan regulasi
  • Faktor semi terkendali: kebijakan harga input dan kuantitas permintaan domestik dan impor
  • Faktor yang tidak dapat dikendalikan: lingkungan alam. Jika pemerintah mampu memperbaiki faktor-faktor pemicu tersebut diatas, diharapkan komoditas susu lokal dapat berkembang sebagai komoditas subsitusi susu impor. Untuk memperbaiki performa industri sapi perah dalam negeri tidaklah mudah. Ada semacam lingkaran setan yang mesti diurai (Agrina 2014).

Upaya perbaikan sinergitas yang perlu dilakukan berbagai pihak meliputi akademisi, pemerintah, pengusaha dan peternak adalah:

  • Jaminan harga dan pembinaan untuk peningkatan kualitas susu 
  • Harga jual susu menjadi faktor pemicu semangat peternak dalam mengelola usaha. Bila harga menguntungkan, peternak akan terdorong untuk memberi pakan yang berkualitas. Apabila tingkat harga hanya dapat mengimbangi ongkos produksi, peternak tidak akan memberikan sapi dengan pakan yang berkualitas baik.
  • Revitalisasi koperasi susu peternakan rakyat  
  • Harga jual susu segar diakui peternak tidak mampu mengikuti kualitas susu yang dihasilkan. Akibatnya margin keuntungan yang dikantongi peternak cenderung stagnan. Adanya koperasi sebenarnya mampu mengorganisir para peternak sapi perah agar aktivitasnya menjadi lebih efisien, namun koperasi seharusnya tetap memberikan bonus kepada peternak apabila kualitas susunya tinggi serta banding harga kepada IPS dengan kualitas tersebut.
  • Dukungan kebijakan pemerintah  
  • Pengembangan usaha peternakan sapi perah rakyat memerlukan dukungan kebijakan pemerintah, khususnya menyangkut: (1) peningkatan kualitas susu untuk meningkatkan jumlah permintaan susu, (2) pembinaan kepada koperasi susu sehingga koperasi mampu memberdayakan para pelaku usaha peternakan sapi perah domestik dalam menghadapi liberalisasi perdagangan, (3) revitalisasi pengembangan kemitraan usaha antara industri pengolahan susu (IPS) dengan koperasi susu dan peternakan rakyat, dan (4) perlindungan usaha peternakan sapi perah rakyat melalui pengetatan peraturan harga beli susu untuk mengurangi impor produk susu dan turunannya.
  • Modifikasi pakan untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu
  • Koperasi sebagai tumpuan ekonomi peternak, perlu bekerja sama dengan Ilmuwan untuk mengembangkan pakan dan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas susu maupun produksi susu yang dihasilkan. Permintaan pangan fungsional seperti susu kaya Conjugated Linoleic Acid (CLA) mulai meningkat di kalangan masyarakat karena CLA dilaporkan dapat mencegah dan menghambat kanker, atherosclerosis, obesitas, kehilangan masa tulang dan diabetes. Sintesis CLA dipengaruhi bangsa ternak, umur, manajemen dan makanan ternak seperti penggunaan hijauan segar, proporsi hijauan, umur hijauan, penambahan asam lemak tidak jenuh nabati, proteksi asam lemak, penggunaan biji-bijian kaya lemak dengan pemanasan.  Saat ini kandungan CLA susu belum dijadikan acuan penentuan harga oleh IPS karena analisa lama dan mahal. Near-infrared reflectance spectroscopy (NIRS) dapat mendeteksi cepat, namun perlu database yang akurat. Peran ilmuwan untuk memodifikasi proses produksi susu dalam menghasilkan susu fungsional kaya CLA dapat dilakukan dengan pendeteksi cepat NIRS. Modifikasi pada ransum dapat dilakukan dengan menambahkan minyak nabati. Pemberian ransum dengan perlakuan penambahan minyak nabati mampu memperkaya kandungan asam lemak susu dan berfungsi sebagai sumber energi bagi ternak (Collomb et al. 2006). Penambahan minyak pada ransum sapi perah lebih dianjurkan dalam bentuk terproteksi sehingga tidak menimbulkan toksisitas pada lingkungan rumen sapi perah.

Di tengah upaya berbagai pihak untuk meningkatkan kebutuhan susu nasional, tepatnya 5 bulan lalu, Indonesia dilanda musibah yang membuat peternak menjerit. Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit mulu kuku yang menyerang hewan berkuku belah mengakibatkan banyaknya kasus kematian pada ternak ruminansia, terutama sapi perah. Kasus tersebut kian menyeruak hingga ke pelosok negeri dan menimbulkan dampak kerugian yang sangat besar, sehingga peternak kesulitan untuk dapat meningkatkan produksi susu dan menghasilkan susu yang berkualitas. Penurunan produksi susu yang ekstrem pasca wabah PMK membuat peternak semakin terpuruk dengan permintaan susu oleh IPS yang juga masih tinggi dan tidak diimbangi oleh harga yang diberikan. Sebagai upaya untuk bangkit lebih cepat, pulih lebih kuat, kami mengunjungi dan melakukan beberapa modifikasi pakan dan pelatihan pada peternakan sapi perah rakyat di Lembang, Jawa Barat untuk membantu peternak dalam meningkatkan produksi maupun kualitas susu.

Modifikasi pakan ternak sapi perah yang telah kami coba kembangkan dengan penggunaan minyak sawit dan turunannya dengan proteksi sabun kalsium (Ca-soap) dan mikroenkapsulasi dalam bentuk suplemen pakan. Penggunaan minyak asal sawit dan hasil sampingnya (by product) selain digunakan sebagai sumber energi, produk ini diketahui dapat meningkatkan produksi dan CLA pada susu, serta dapat memperbaiki rangka tubuh ternak sapi perah (Riestanti et al. 2021). Penggunaan suplemen ini telah dilakukan di kawasan peternakan Manoko, Lembang, Jawa Barat. Hasil yang dirasakan oleh peternak dengan adanya suplemen ini adalah meningkatnya kesehatan ternak sapi perah yang ditandai oleh lama berdiri sapi di kandang, peningkatan nafsu makan, produksi susu yang relatif stabil hingga peningkatan produksi dan kualitas susu.

 "Sapinya lebih cepat pulih, kelihatan dari berdirinya. Pasca PMK, sebelum ada suplemen ini sapi-sapi pada malas berdiri. Ya hanya duduk saja. Tapi setelah pakai suplemen ini alhamdulillah sapi-sapi berdiri tegak, mata juga tidak sayu, produksi juga stabil terus," ujar Pak Dikdik, salah satu peternak rakyat di Manoko.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun