Hoammmbuuuuuz… Kemal membuang kantuk terakhirnya di pagi ini…
pagi yang sempurna, ditemani kicauan burung yang sedang menyanyi di dahan pohon jambu depan rumahnya. Cepat-cepat dia bangkit dari tempat tidur kecilnya, kemudian merapikannya.
Wajahnya ceria, hari ini adalah hari pertama Kemal masuk sekolah. Langkahnya sedikit tergesa menuju kamar mandi yang berada disudut paling belakang rumahnya.
*
Dari luar terdengar teriakan air yang jatuh dan mengaliri tubuhnya, sesekali terdengar siulan diselingi kata "brrrr.brrrrrrr…." sepertinya air sumur yang menyentuh tubuh mungilnya itu dingin sekali….
*
Di depan cermin terlihat seorang wajah cilik dengan rambut yang tersisir licin,
kalau saja ada nyamuk yang berusaha menempel dirambutnya, pasti sudah duluankepleset.
*
Sarapan pagi itu seadanya, Kemal makan dengan begitu lahap, namun sedikit terburu-buru, sepertinya dia sudah tidak sabar menginjakkan kaki disekolahnya yang pertama itu.
*
Ibunya menyandangkan tas kepundaknya, lalu Kemal mencium tangan ibunya. Kemudian menuju ayahnya yang sedang duduk merapikan meja kerja yang dipenuhi serakan map tua. kemal meraih tangan yang sudah keriput itu kemudian menciumnya, ayahnya menaruh sesuatu ketangan Kemal yang masih halus, itu adalah dua kepingan logam kecil berwarna perak. itu adalah Uang jajan pertamanya.
*
Kemal melangkah menuju sepeda kecilnya yang berdiri tegap dihalaman rumahnya, sepertinya sudah stand by untuk dikendarai si patriot kecil.
*
Ibu dan ayah Kemal tersenyum penuh harap kepadanya, sepertinya ada harapan besar yang tersimpan disana, sikecil akan segera menjadi pahlawan untuk keluarga dan dan bangsa.
#Di kelas, Pak Husen membuka pelajaran pagi ini, pagi ini belajar matematika.
Pak Husen terlihat begitu ramah, penampilannya begitu menarik dengan pakaian hijau ala LINMAS-nya itu.
“Anak-anak berapa satu di tambah satu”? Tanya pak Husen.
Merasa yakin dengan jawabannya, Kemal hampir tidak tenang duduk di kursinya karena terus melambaikan tangan, Kemal duduk di deretan paling belakang, posturnya yang sedikit kecil agak susah untuk terlihat dari depan kelas.
Gurunya Pak Husen menoleh ke asal suara yang kemudian tersenyum, seraya menyebut namanya, dengan penuh percaya diri Kemal tersenyum dan menjawab “satu tambah satu sama dengan TIGA pak!” gurunya nanar sedikit simpatik sambil berkata, “bukan Kemal, kamu salah. Ahmad, Hasan, dan yang lain tahu tidak jawabannya berapa?”
sementara itu semua isi kelas menertawakan Kemal. Ini Pengalaman terburuk dihari pertama sekolahnya, dia benar-benar merasa kalah dan salah, dia berkata kepada batinnya “jangan berbuat itu lagi kemal, kau ceroboh kemal! Jangan mengangkat tangan lagi kecuali kamu benar-benar sudah merasa yakin akan jawabanmu”.
kelas itu sepertinya sudah berhasil membentuk Kemal menjadi anak yang pendiam dan pesimis dihari-hari berikutnya.
Nah, menarik sekali… kali ini tentang BELAJAR,
apa itu BELAJAR?
BELAJAR adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh risiko dan MENGGAIRAHKAN. Belum ada kata “aku tahu” disana. Kesalahan, kreativitas, potensi dan ketakjuban mengisi tempat tersebut (DEPorter).
Namun disini terjadi ketidak cocokan (gap). Siswa mencoba melakukan apa yang Guru kehendaki-mereka mencoba belajar. Sayangnya mereka tidak diakui untuk hal tersebut. Hanya setelah mereka tahu barulah mereka dipuji.
HATI-HATI untuk para GURU ataupun CALON GURU, ada sebuah ungkapan dari seoarang pakar Psikologi (Wells, 1998, hal. 68) dari hasil risetnya. katanya begini, anak-anak yang merasa, atau dibuat merasa, tidak diterima dan tidak kompeten akan LAMBAT memulihkan rasa percaya dirinya, dan akibatnya, kemampuan mereka memanfaatkan kesempatan belajar diperbesar yang disediakan sekolah tersebut bahkan mungkin berkurang, dalam kasus EKSTREEM, bisa rusak dan tidak dapat lagi diperbaiki.
BAHAYA sekali bukan? Berhati-hatilah atau MASA DEPAN PSIKIS anak didik kita akan terganggu.
Kita kembali ke pak Husen ya?
Idealnya, tanggapannya tidak perlu sesadis itu, apa susahnya dan alangkah lebih baiknya jika Pak Husen berkata begini, berikan sedikit senyum, katakan “Kemal, kamu sudah maju sekali (PUJIAN) tiga adalah jawaban yang tepat untuk satu tambah DUA, tapi kita belum sampai kesana. Wah cepat sekali kamu maju. Nah, jika satu tambah dua adalah tiga, bagaimana kalau kita mundur sedikit kesatu tambah satu? Apa jawabannya menurut kamu?
Jangankan Kemal, kita yang mendengarnya saja senang to?. Kedengarannya memang mudah, tapi sangat susah untuk diterapkan. Untuk itu, marilah kita (GURU/CALON GURU) keluar dari cangkang lama yang tidak baik, marilah melakukan perubahan agar terus lahirnya NAHKODA-NAHKODA baru yang cerdas untuk melayarkan BAHTERA yang hampir karam ini. selalu kedepankan ketulusan.
Semoga bermanfaat, SALAM GURU MASA DEPAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H