Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Artificial Intelligence (AI) dan Kecemasan Kehilangan Pekerjaan

6 September 2023   15:25 Diperbarui: 6 September 2023   15:47 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Perkembangan AI selama beberapa dekade terakhir telah melibatkan transisi dari pendekatan pemikiran simbolik menuju pembelajaran mesin yang didasarkan pada data dan deep learning. Terobosan dalam deep learning telah menghasilkan kemajuan signifikan dalam berbagai aplikasi AI, dan teknologi AI terus berkembang dengan cepat untuk mendukung berbagai bidang industri dan penelitian.

Perkembangan utama dalam AI terjadi berkat perkembangan teknik deep learning, yang melibatkan jaringan saraf tiruan berlapis-lapis (neural networks). Tahun 2010 hingga tyerjadi revolusi deep learning. Jaringan saraf mendalam (deep neural networks) mampu memproses data yang lebih kompleks, seperti gambar, suara, dan teks, dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi. Perkembangan ini memungkinkan kemajuan besar dalam pengenalan wajah, pengenalan suara, mobil otonom, pemrosesan bahasa alami yang lebih baik, dan lainnya.

Dalam Kehidupan Sehari-hari kita sekarang ini AI telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita melalui asisten virtual (Siri, Alexa, Google Assistant), sistem rekomendasi (Netflix, Amazon), otomatisasi industri, perawatan kesehatan, mobil otonom, dan banyak aplikasi lainnya. AI terus berkembang dan digunakan dalam berbagai industri, termasuk perbankan, retail, manufaktur militer, kedokteran lainnya. AI adalah pendorong utama dalam pengembangan teknologi lainnya, seperti robotika, Internet of Things (IoT), kendaraan otonom, dan komputasi kuantum. Ini akan membentuk masa depan teknologi yang lebih canggih dan terintegrasi.

Isu-Etika dan Tantangan ke Depan

Perkembangan cepat dalam Kecerdasan Buatan atau AI telah memunculkan sejumlah isu etika yang perlu diperhatikan dan diatasi. Salah satu  isu  yang gencar disuarakan adalah mengenai  penggantian Pekerjaan Manusia.  Kemajuan AI dapat menggantikan pekerjaan manusia. 

Kecerdasan buatan dan otomatisasi telah menggantikan pekerjaan manusia dalam beberapa tugas yang sederhana dan berulang. Misalnya, dalam produksi, banyak pekerjaan pabrik telah digantikan oleh mesin otomatis. Beberapa sektor pekerjaan mengalami transformasi besar akibat AI. Contohnya adalah sektor perbankan, di mana mesin-mesin AI dapat melakukan analisis data dan tugas-tugas administratif yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Tapi tidak  semua pekerjaan dapat digantikan sepenuhnya oleh AI. Pekerjaan yang memerlukan kreativitas, empati, keterampilan interpersonal, atau pengambilan keputusan kompleks masih dibutuhkan pekerjaan manusia.

         Disamping isu tersebut juga  ada kekhawatiran bahwa ketidaksetaraan dalam Akses  teknologi AI  akan meningkatkan kesenjangan sosial dan ekonomi.  Orang-orang dengan akses terbatas ke teknologi AI atau yang tidak memiliki keterampilan untuk menggunakannya mungkin terpinggirkan, sedangkan mereka yang memiliki akses dan keterampilan dapat memperoleh keuntungan. Juga dikhawatirkan penggunaan AI dalam pengumpulan, analisis, dan penggunaan data pribadi dapat membuka privasi. 

Mesin pencari wajah, analisis perilaku online, dan pengumpulan data sensorik dapat mengancam privasi individu. Muncul pula pertanyaan hukum tentang siapa yang bertanggung jawab ketika kesalahan atau keputusan AI yang merugikan terjadi. Ini melibatkan isu tanggung jawab etis dan hukum, termasuk dalam konteks kendaraan otonom.

Kehilangan pekerjaan karena AI hingga kini masih diperdebatkan. Banyak pihak yang menyesali, tapi banyak juga menyampaikan  pikiran positif. Kehilangan pekerjaan karena AI mungkin mengharuskan seseorang untuk menggali kualifikasi baru. Ini bisa berarti pelatihan ulang atau pendidikan tambahan untuk mendapatkan keterampilan yang diperlukan di bidang lain yang masih dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Meskipun AI dapat mengambil beberapa tugas pekerjaan, teknologi ini juga dapat digunakan untuk memperkuat pekerjaan manusia. 

Misalnya, AI dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan membantu dalam pengambilan keputusan. Disamping itu, Pemerintah dapat memiliki peran dalam melindungi pekerjaan manusia dari penggantian  AI melalui regulasi yang sesuai. Pemerintah  dapat mengambil inisiatif untuk mengembangkan program pelatihan yang mendukung kualifikasi ulang pekerja yang terpengaruh.

Sebagai kesimpulan dapat dikatakan  AI dapat menggantikan beberapa pekerjaan, tapi AI  juga menciptakan peluang baru dalam pengembangan dan pengoperasian teknologi ini. Bagi banyak orang, pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan buatan dapat menjadi aset berharga dalam mencari pekerjaan baru dan berkontribusi dalam ekonomi yang semakin terotomatisasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun