Pondok pesatren putri  " Sabariah  " dengan jumah santri yang tidak cukup sepuluh orang, itulah tempat belajar Sutiah dulu.  Pesantren ini  terletak  ditepi dusun jauh dari penglihatan orang-orang, di bukit terpencil, tak jauh dari sebuah teluk kecil pinggir laut yang  keindahan pantainya  belum dijamah nalar kapitalis perancang tujuan  wisata.
"Target hidup kita adalah mencapai jiwa yang tenang, atau jiwa yang di ridhoi oleh Allah", itu pelajaran pertama yang  diterima Sutiah  dari ummi Salamah guru tarikat di pesantren itu. "Suluk yang perlu kita perkuat adalah membersihkan jiwa kita agar selalu mendapatkah rahmat atau cahaya dari Allah", ucap  ummi Salamah lagi.
Hening ...  Dalam gelisah corona, Sutiah bersimpuh di lantai. Alam pikirnya  mengembara dan sepasang  telinganya  mendengar kehadiranNya. Sutiah  merasa seolah-olah ada pusaran gaib dalam dirinya yang membuat tenang, bahagia dan indah.
sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H