Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dunia Berlari, Jangan Terjebak Politik Separatis

3 September 2019   16:35 Diperbarui: 3 September 2019   16:50 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pernahkah kita membayangkan bagaimana kehidupan di masa depan?.  Apakah akan terjadi perang nuklir dengan bumi hancur lebur dan udara penuh radiasi?. Ataukah manusia harus melawan mesin-mesin cerdas (robot) yang menjadi otonom, lepas dari kendali?.  Ataukah manusia saling membunuh dan sebagian pindah ke planit lain, karena isi bumi telah padat ?. 

Kemungkinan - kemungkinan di atas  kayaknya tak pernah singgah di otak kita ?  Hari-hari terakhir ini, kita malah terjebak dalam politik separatis. Konflik di Papua dan Papua Barat  menyimpan potensi terjadinya kasus serupa Timor Leste dan Aceh di masa lalu. Apakah Memang Negara ini  memang rawan konflik?

Digitalisasi tampaknya tidak banyak berpengaruh terhadap cara berpikir dan action masyarakat.  Tidak banyak yang berpikir bagaimana mempersiapkan kompetensi manusia Indonesia untuk menghadapi revolusi teknologi 4.0. Padahal manusia Indonesia belum siap menghadapi revolusi teknologi ini. Suara-suara lama masih  bergema. Orang sulit lepas dari tradisi dan cara berpikir jaman dulu.

Disamping itu, dunia juga sedang menghadapi suatu masalah besar yaitu pemanasan global. Bila suhu global terus meningkat, lapisan ozon makin menipis  maka daya dukung bumi melemah. Manusia terancam, manusia tidak bisa lagi beradaptasi lagi dengan lingkungannya. Lalu apa yang harus dilakukan?. Masa depan harus diskenariokan. 

Bagaimana skenario masa depan ? 

Ini sebuah gagasan. Menulis adalah cara berbagi gagasan dengan orang lain. Bila tidak ditulis, gagasan bisa terkubur. Sayang kan.

Konsep revolusi teknologi  4.0, selanjutnya disebut teknologi  4.0, pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ekonom terkenal asal Jerman ini menulis dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution bahwa revolusi 4.0 (revolusi industri generasi keempat) akan mengubah hidup dan kerja manusia. Teknologi  4.0  ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot-robot pintar dan neuroteknologi. 

Revolusi teknologi telah bergerak secara bertahap. Pertama, teknologi  1.0. Tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Teknologi 1.0 berhasil menggerek naik perekonomian secara dramatis. Sejarah mencatat, selama dua abad, dengan  teknologi  1.0, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat menjadi enam kali lipat. Teknologi tahap pertama ini telah mengubah hidup dan cara kerja manusia.

Kedua,teknologi 2.0. Era ini  ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor bakar. Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lainnya. Teknologi 2.0 mengubah wajah dunia secara signifikan.

Ketiga, teknologi 3.0. Era ini  ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet. Terjadi  disrupsi teknologi (disruptive technology) yang mengancam cara berpikir dan cara kerja  konvensional. Di bidang transportasi, seperti Go Jeck  mengancam  pemain utama industri transportasi. Sekarang ini, yang cepat dapat memangsa yang lambat, bukan yang besar memangsa yang kecil.  

Keempat, teknologi 4.0. Teknologi ini   mengubah dengan cepat  cara hidup dan kerja manusia. Teknologi dgunakan secara masif. Di Tiongkok, perusahaan Alibaba telah mengubah cara orang berbelanja dengan pelayanan dari robotik. Robot bisa menggantikan tenaga manusia mulai dari pergudangan, sampai mengantarkan pesanan. 

Di restoran-restoran digunakan robot untuk mengantarkan makanan dan minuman yang dipesan. Teknologi robot mulai dari mobil berkendara mandiri, robot penjaga, robot pemadam kebakaran, robot koki, robot pengukir, bahkan robot kekasih akan hadir ditengah-tengah kehidupan manusia. Semua ini akan menjadi ancaman bagi tenaga kerja manusia. Manusia bersaing dengan robot dalam mendapatkan pekerjaan. 

Dapat kita bayangkan kehidupan manusia dalam teknologi 4.0. Manusia akan bergantung pada mesin. Manusia dapat digantikan dan dikalahkan oleh mesin. Manusia akan terancam dengan hadirnya teknologi kecerdasan buatan (artifisial intelligence), pembelajaran mesin ( machine learning) dan cerdas super yang berasal dari mesin (super intelligence). Bahkan teknologi ini dapat membantu manusia membuat keputusan etis, seperti penggunaan teknologi ultra sonografi pada pendeteksi kehamilan. Kompetisi manusia dan mesin tidak terelakkan lagi.  

Teknologi  4.0 ditandai dengan sistem cyber-physical. Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data. Istilah ini dikenal dengan nama internet of things (IoT).

Mengoptimalkan fungsi otak

Teknologi  4.0 menghadirkan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Otak adalah organ manusia yang sangat misterius. Pengendali sistem saraf dan sumber kepribadian. Pengontrol semua fungsi otomatis tubuh, seperti bernapas, berkedip, detak jantung, proses pencernaan, juga bertanggung jawab pada seluruh proses kehidupan. 

Otak mengandung bermilyar-milyar sel saraf yang disebut neuron. Neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan sinyal listrik dan membentuk sambungan kimiawi dalam jejaring serat saraf. Komunikasi antar neuron inilah bertanggungjawab pada setiap pikiran, ingatan, gerakan dan fungsi otak lainnya.

Teknologi 4.0  dengan neuroteknologi akan mengubah tidak hanya produk yang dihasilkan manusia, tapi juga mengubah manusia itu sendiri. Manusia dapat berubah karena tuntutan industri 4.0. Manusia masa depan adalah manusia yang direkayasa (engineered humans). 

Teknologi  4.0 akan berdampak bagi manusia di negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Maka itu, memperkuat manusia Indonesia sudah tidak bisa ditunda lagi.  Perlu memperbaiki jalan pikiran manusia Indonesia  agar bisa mengembangkan peradaban.  Generasi mudalah yang bisa mengembangkan peradaban, maka itu, generasi muda perlu  dibiasakan  berpikir kritis, kreatif dan dinamis.  Jangan terjebak dalam politik identitas dan separatis. 

Dewasa ini, kita mengalami kedangkalan pikiran. Banjir informasi membuat orang tidak mau berpikir. Tradisi click and share menghilangkan deep thingking. Emosi bergerak lebih cepat dari pikiran. Meningkatkan kemampuan otak masyarakat, terutama generasi muda  penting sekali menjadi perhatian. Mencerdaskan bangsa tidak bisa lagi dengan doktrinisasi dan melihat negara bangsa secara romantis,  tapi harus digalakan literasi agar lahir  masyarakat  berpikir.   

Perubahan kualitatif kecerdasan bangsa pasti dambaan kita semua. Dulu kita berharap, reformasi membawa perubahan kualitatif dalam berpikir dan cara hidup masyarakat.  Ternyata reformasi tidak bertenaga. Kualitas reformasi tidak jauh dari  Orde Baru.  Bahkan masyarakat reformasi mudah tergoda dengan informasi tak jelas. Orang cepat terangsang dengan omongan provokatif dan ujaran kebencian. Kebohongan dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Yang hebat berbohong akan menjadi lebih kuat untuk mengatur kebenaran. 

Sebagai penutup, saya hamparkan sebuah himbauan. Para pendidik, intelektual dan politisi bergeraklah  untuk meningkatkan kualitas pikir masyarakat. Jangan  lagi melatih masyarakat dengan karakter instan, seperti mengupas kulit bawang, isinya tidak ada. Berfikir dengan nalar yang sehat harus dibiasakan mulai dari ruang domestik hingga ke ruang publik.  Bila hal ini tidak cepat disadari, kita akan mewariskan generasi lemah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun