Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Inilah yang Menjadi Dalang dari Keresahan Akibat Peristiwa Cikeusik atau Kerusuhan Lainnya

17 Februari 2011   06:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:31 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika melihat gambar penyerangan massa terhadap warga Ahmadiyah di Cekeusik Pandeglang Banten yang ditayangkan oleh media Televisi di Jakarta (6 Februari 2011) mungkin ada yang bertanya , kok orang Televisi tahu kalau ada aksi kekerasan massa di Cekeusik, sehingga cepat menurunkan wartawannya ke daerah itu. Kejadian ini terjadi di kampung Pendeuy, desa Umbulan Pandeglang Banten,berada jauh di pelosok desa ,kira-kira 50 Km dari Kota Pandeglang.Untuk sampai kesana membutuhkan waktu sembilan jam dari Jakarta, mengitari bukit dan hutan dengan kondisi jalan yang rusak berat, penuh lobang-lobang. Tetapi dalam waktu yang tidak begitu lama setelah peristiwa di Cekeusik Televisi menayangkan dengan jelas gambar yang memperlihatkan sekelompok orang dengan pita biru di dada atau di kopiah menyerbu sebuah rumah di kampung itu.

Gambar memberi sejuta makna. Ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan kemajuan teknologi informasi komunikasi saat ini. Suatu peristiwa, tinggal ambil gambar atau video dengan menggunakan kamera ponsel lalu posting ke sebuah situs internet ataupun mengupload video tersebut ke Youtube, beritanya akan tersiar ke seluruh dunia. Itulah rupanya yang terjadi dalam peristiwa penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Cekeusik Banten.Dalam hitungan menit peristiwa ini terpampang di berbagai situs dengan berbagai sudut berita, karena masalah ini menukik kedalam konflik SARA yang sedang mendidih, yang merupakan sebuah kejadian yang sangat menarik untuk di ikuti dan tentu saja dikomentari.

Kemampuan ponsel dan teknologi selular semakin canggih, akibatnya semua orang bisa menjadi jurnalis. Mereka bisa melaporkan, merekam bahkan menyebarluaskan keseluruh dunia via internet setiap kejadian yang dilihatnya. Orang tidak perlu belajar Jurnalistik yang mempelajari apa, siapa, dimana , kapan dan bagaimana melalui pemberitaan.

Dalam kemajuan teknologi komunikasi sekarang ini konsep ruang dan waktu telah berubah. Ketika terjadi perkawinan Ponsel dan internet, satu orang misalnya berhasil merekam video atau menjepret foto sebuah peristiwa penting,kemudian mengirimnya ke suatu situs internet, beberapa saat kemudian di berbagai belahan dunia orang bisa berbondong-bondong mengikuti ceritanya dan mendownload gambar dan menyebar luaskan kepada orang lain. Konsep jejaring social menjadi luas.

Kemajuan teknologi perangkat ponsel memang sangat pesat. Dari sisi gambar, mutu gambar ponsel sudah memiliki kemampuan setara malah lebih baik dari kamera digital biasa. Kemampuan yang dimiliki ponsel dalam merekam foto dan video menjadikan dunia menyempit dan memicu merebaknya jejaring social.

Perkembangan teknologi komunikasi telah memberi berbagai kemudahan untuk manusia. Sekarang orang dengan perangkat ponsel dapat mengakses internet tanpa harus berlama-lama menunggu proses downloading atau orang dapat mengunduh file image, music dan video dalam hitungan detik. Saking dashatnya perkawinan ponsel dengan internet, ke depan bukan tidak mungkin kehandalan computer dapat tertinggal . Disamping itu, dengan kemampuan ponsel membuat gambar,video dan teks menjadikan ponsel tampil sebagai kekuatan jejaring social yang handal.

O Reily pada tahun 2003 pernah mengemukakan istilah web 2.0 ( baca: Web Two point Zero), walaupun tidak ada definisi yang tepat untuk menjelaskan apa yang dikemukakan Reily, tetapi secara singkat Web 2.0 menjelaskan fenomena baru dari perkembangan Internet jika sebelum media internet hanya menyampaikan informasi secara satu arah (one to many) dalam teori Web 2.0 dinyatakan bahwa aliran informasi itu dua arah (many to many). Jadi setiap orang mendapat peran dua sekaligus yaitu sebagai penerima berita dan juga sumber berita. Mukin dengan mengetahui teori Web 2.0 ini, kita dapat memahami kejadian penyebaran informasi secara cepat dalam peristiwa cikeusik ataupun kerusuhan kerusuhan lain.

Hal yang lain yang perlu diperhatikan adalah berkembangnya “citizen journalism” melalui media blog gratisan, personal website, social media seperti facebook dan twitter, sebagai sebuah dampak dari perkembangan teknologi dan demokratisasi di Negeri ini. Dengan berkembangnya secara pesat teknologi internet, dimana semua orang dapat mengakses internet melalui computer, laptop atau bahkan smarthphone disertai dengan kebebasan menyatakan pendapat, ternyata benar benar mendorong berkembangnya Citizen Jurnalism di negeri kita, yang tentu saja memiliki impact positif dan juga negative.

Salah satu impact negativenya adalah menimbulkan keresahan karena tersebarnya berita yang tidak enak didengar secara luas tanpa ada filter. Jika ingin mencari dalangnya, Smartphonelah salah satu biang keladinya.

Sumber Asli Tulisan Klik disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun