Seorang teman kerja saya berkata "Hidup di Australia lebih baik". Saya termenung...
Benarkah demikian? Iseng-iseng saya menjawabnya "Tapi kamu tidak bisa beli nasi goreng tek-tek yang lewat di depan rumah jam dua pagi..." Teman saya menggangguk setuju.
"Dan saudara perempuan kamu bisa jualan makanan di pinggir jalan tanpa banyak ijin, inspeksi, dan kontrol seperti kalau dia buka di Australia..." Dia tersenyum sebab itu benar.
"Lagipula kita bisa ijin tidak masuk kerja karena alasan sepele, bisa mengobrol panjang selama jam kerja dan minum kopi santai tanpa kenal waktu..."Dia mengubah posisi duduk dan mengiyakan perkataan saya.
"Panghasilan bisa kita tulis seenakanya biar bayar pajak kecil atau bahkan tidak usah bayar, sesuatu yang sulit kamu lakukan di Australia..." Dia melotot tanpa bisa menyembunyikan persetujuaanya.
"Kalau buat KTP kita bisa "nembak" di mana saja...bahkan kita bisa punya lebih dari satu KTP...pokoknya semua bisa di atur...akte lahir, SIM, STNK, Akte nikah, IMB, surat tanah, ijin usaha, dan macam-macam...apa kamu bisa urus dengan jasa perantara (joki, orang dalam) di Australia?..."Teman saya diam tanda setuju.
Apa di Australia ada pembantu murah?...dengan jam kerja 24 jam?..."Teman saya setuju tapi kali ini dengan wajah kesal.
Apa kamu bisa "ngantre" dengan sabar di sana?
Apa kamu bisa bikin kandang hewan kecil di apartemen?
Apa kamu bisa hidup sesuka hatimu seperti di Indonesia????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H