Penutup dan KesimpulanÂ
Terakhir, budaya birokrasi yang kurang mendukung transparansi dan akuntabilitas juga sering kali menjadi penghambat. Di banyak negara, termasuk Indonesia, birokrasi cenderung mempertahankan pola kerja yang tertutup dan hierarkis. Transformasi menuju era digital memerlukan perubahan budaya kerja yang lebih terbuka dan kolaboratif, di mana setiap individu dalam birokrasi memahami pentingnya tanggung jawab moral terhadap masyarakat. Selain itu, penting bagi pemerintah untuk memandang transparansi dan akuntabilitas sebagai proses yang dinamis dan inklusif. Partisipasi masyarakat harus menjadi bagian integral dari kebijakan publik. Masyarakat tidak hanya berperan sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai mitra aktif dalam mengawasi, mengevaluasi, dan memberikan masukan terhadap kebijakan yang diambil. Untuk mencapai ini, pemerintah perlu memastikan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki akses yang setara terhadap teknologi dan informasi, termasuk melalui peningkatan infrastruktur digital dan literasi teknologi.
Namun, tanggung jawab untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas tidak hanya terletak pada pemerintah. Sektor swasta dan masyarakat sipil juga memiliki peran yang signifikan. Perusahaan teknologi, misalnya, dapat berkontribusi dengan menyediakan solusi inovatif yang mendukung transparansi dan akuntabilitas, sementara organisasi masyarakat sipil dapat menjadi pengawas independen yang membantu memastikan bahwa prinsip-prinsip etika tetap diutamakan dalam setiap kebijakan.Â
Di masa depan, perkembangan teknologi akan terus menghadirkan tantangan baru, tetapi juga peluang besar untuk memperkuat transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena itu, pemerintah harus bersikap adaptif dan proaktif dalam menghadapi perubahan. Ini termasuk memanfaatkan teknologi terbaru, memperbarui regulasi sesuai kebutuhan, dan terus melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam kesimpulannya, transparansi dan akuntabilitas adalah pilar etika kebijakan publik yang tak terpisahkan di era digital. Keduanya saling melengkapi dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang terbuka, bertanggung jawab, dan inklusif. Meskipun era digital menawarkan berbagai peluang untuk memperkuat transparansi dan akuntabilitas, implementasinya memerlukan komitmen yang kuat, penguatan kelembagaan, serta perhatian terhadap tantangan teknis dan sosial yang ada. Dengan menjadikan transparansi dan akuntabilitas sebagai fondasi, kebijakan publik di era digital dapat mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Sumber Referensi
•https://itjen.kemenperin.go.id/post/transparansi-di-era-digital
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H