Mohon tunggu...
Eri pranata
Eri pranata Mohon Tunggu... Buruh - Pengarang

Seorang yang selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pengungsi Rohingnya: Mencari perlindungan dan Kehidupan yang Lebih baik

1 Januari 2024   16:40 Diperbarui: 1 Januari 2024   16:49 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


Pada tahun 2017, dunia terkejut dengan eksodus massal etnis Rohingya dari Myanmar ke Bangladesh. Lebih dari 700.000 orang Rohingya melarikan diri dari kekerasan dan diskriminasi di negara asal mereka, mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih baik.
 
Etnis Rohingya, yang sebagian besar adalah Muslim, telah mengalami penindasan di Myanmar selama beberapa dekade. Mereka dinyatakan sebagai penduduk ilegal dan dilarang memiliki kewarganegaraan, meskipun mereka telah tinggal di negara tersebut selama berabad-abad.
 
Kekerasan yang terjadi pada Agustus 2017 memicu eksodus terbesar dalam sejarah Rohingya. Ribuan rumah dibakar, dan laporan tentang pembunuhan dan pemerkosaan massal muncul. Mereka yang selamat melakukan perjalanan yang berbahaya dan melelahkan ke Negara negara muslim termasuk Indonesia.
 
Di indonesia sendiri,Pemerintah dan organisasi internasional telah berusaha keras untuk membantu pengungsi Rohingya. Namun, tantangan yang dihadapi sangat besar. Banyak pengungsi yang trauma dan membutuhkan bantuan medis dan psikologis. Selain itu, kondisi hidup di kamp pengungsi sangat buruk,masyarakat kita gampang banget terprovokasi dengan isu-isu yang masih simpang siur. Sampai ada yang berteori kalau Rohingya bakal jadi kayak Israel, yang akhirnya nguasain tanah pribumi. Ini sebetulnya kejauhan.bukan hanya itu masyarakat kita mengeluhkan mengenai perilaku pengungsi Rohingya yang gak tau sopan santun, menurut saya itu sebetulnya hal yang bisa dimaklumi. Pengungsi Rohingya itu gak pernah "makan bangku sekolah", jadi mana tahu mereka soal etika, misalnya jangan buang sampah sembarangan dan sebagainya.

Mungkin masyarakat setempat bisa mengarahkan dan mengedukasi mereka secara baik-baik. Mereka melalukan itu karena gak tau. Soalnya yang ada di pikiran mereka, cuman gimana caranya tidur tenang tanpa was-was dan perut mereka bisa terisi.
 
Meski demikian, semangat dan ketahanan pengungsi Rohingya tetap kuat. Mereka terus berjuang untuk hak-hak mereka dan berharap suatu hari nanti dapat kembali ke tanah air mereka dengan aman dan martabat.
 
Pengungsi Rohingya adalah simbol dari tantangan global yang kita hadapi saat ini - bagaimana kita, sebagai negara yang memengang prinsip prinsip kemanusian ,keadilan dan perdamaian,merespons krisis kemanusiaan dan berjuang untuk hak asasi manusia. Mereka mengingatkan kita bahwa setiap individu berhak mendapatkan perlindungan, keadilan, dan kesempatan untuk hidup yang layak.

Eri pranata.
 
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun