Kasih sayang untuk bangsa ini menjadi langkah awal para undangan menghadiri hajatan besar bangsa setiap lima tahun. Dengan langkah yang mantap, warga satu per satu mendatangi TPS untuk memberikan hak suara demi impian dan harapan menuju bangsa yang sejahtera adil dan makmur.
Hiruk pikuk persiapan pesta telah dilakukan semenjak beberapa hari lalu namun pesta kali ini berbeda dengan hajatan yang megah pada umumnya.
Hajatan ini punya keunikan karena berjalan dalam kesederhanaan tanpa dekorasi dan warna-warni seragam petugas. Kesederhanaan ini tidaklah mengurangi kehidmatan jalannya acara.
Ya, inilah suasana pesta demokrasi yang menjadi awal sejarah bagaimana bangsa ini berlayar meraih mimpi dan cita-cita-nya di masa mendatang.
Berpesta Dalam Kesunyian Tapi Penuh Dengan Harapan
Semua negara di dunia punya keunikan dalam melaksanakan pemilihan umum termasuk Indonesia. Berkaca dari peristiwa 5 tahun lalu, proses pemilihan umum saat itu penuh dengan antusiasme warga dan ide-ide kreatif para petugas TPS.Â
Hal tersebut dapat dilihat dari keunikan dekorasi dan seragam yang digunakan. Saat itu budaya Indonesia ditonjolkan lewat pakaian tradisional yang digunakan para petugas di beberapa TPS.Â
Ada juga tema-tema seragam lain yang unik digunakan petugas dengan satu tujuan, menarik antusiasme warga memberikan hak pilih mereka. Tak ayal warna-warni dan seragam yang unik itu sangat "menggoda"selera warga dan menjadi kenangan tersendiri bagi mereka yang sudah melaksanakan hak pilihnya.
Kali ini di TPS 37 suasananya tampak beda. Dekorasi yang sederhana, pakaian yang rapih tanpa aksen warna tertentu menjadi pelengkap peristiwa sejarah bangsa ini. Dari semua petugas yang ada, hanya tampak petugas keamanan saja yang sigap dan kompak memakai seragam mereka untuk mengamankan jalannya proses pemilu.
Suasana 5 tahun lalu atau mungkin 10 tahun lalu memang berbeda dengan saat ini. Kesederhanaan yang ditunjukkan kali ini bukan berarti antusiasme warga berkurang. Hal itu juga bukan berarti Pemilu kali ini tidak unik.
Kesederhanaan pesta rakyat ini seolah-olah menunjukkan bahwa dalam kesunyian dan kesederhanaan itu ada harapan yang dibawa rakyat untuk calon pemimpin yang dipilihnya.Â
Tanggung Jawab Saat Negara Memanggil
Salut dengan para petugas TPS. Dalam waktu yang singkat, hanya semalam (kurang lebih) lokasi pesta itu dipersiapkan dengan baik. Segala properti penting dijaga dan dikawal dengan baik sampai pagi tadi dilakukan pemilihan.
Tak ketinggalan tenda kecil, kursi-kursi dan stop site yang akan disinggahi para pemilih disusun, ditandai, dan dirapihkan. Spotless guna memastikan kelancaran acara hari ini.Â
Dari semalam atau beberapa hari sebelum hari H, tentu para petugas melakukan banyak koordinasi, mengawal, mengantar dan menyiapkan segala keperluan kelancaran acara hari ini.Â
Sudah tentu dalam mengumpulkan banyak kepala, ada ketegangan, dan insiden-insiden kecil yang terjadi diantara merka, mungkin juga ada kesalahpahaman dan miskomunikasi yang terjadi sehingga butuh kesabaran ekstra dan jalinan komunikasi yang baik sehingga tidak menjadi sandungan dalam melakukan tugas dan tanggungjawab mereka hari ini.
Perjalanan dari rumah menuju TPS lebih kurang 10 menitan dengan kendaraan jika macet. Saat tiba, dengan ramah, penuh senyuman, petugas sigap membantu proses yang diperlukan dari pencocokan data,mendapatkan surat suara yang akan dicoblos sampai pencelupan jari di tinta.
Sulit membayangkan jika para petugas ini lebih memetingkan kepentingan pribadi dibanding tugas negara yang diemban. Tentunya akan berdampak saat mereka bertugas di hari ini.Â
Begitu juga dengan para pemilih yang sudah mempersiapkan diri, bangun pagi, menyelesaikan atau mungkin menunda sementara urusan dapur yang saat sampai di TPS, tidak mendapatkan pelayanan yang ramah. Bisa-bisa niat coblos jadi batal atau rusuh kecil di TPS.
Keadaan tadi hanya gambaran saja jika memang kepentingan pribadi diutamakan terlebih dulu. Namun hal yang digambarkan itu tidaklah terjadi.
Rasa-rasanyapun, terlepas dari beragam peristiwa yang terjadi sebelum hari pemilihan ini, semua dikesampingkan. Karena saat negara memanggil, sebagai warga kita semua sigap dan terpanggil untuk terlibat membela kepentingan bangsa dan negara, sebagai bentuk tanggungjawab moral bagi negara yang dicintai bersama.
Menit-Menit Bersejarah di Dukuh Kupang
Sebagai reportase pemilu 2024, TPS 37 adalah lokasi pencoblosan yang ada di Dukuh Kupang, Kota Surabaya. Di sinilah proses bersejarah itu berlangsung. Semua proses yang dimulai dari perjalanan menuju, ketibaan, penyambutan, sampai menentukan hak pilih semua berjalan dengan baik.
Kurang lebih 3-5 menit pencoblosan itu dilakukan dan diakhiri dengan pencepulan jari di botol tinta sebagai tanda dan bukti hak untuk memilih sudah dilakukan.
Menit-menit bersejarah ini dijalani sebagai bentuk tanggungjawab warga negara untuk masa depan Indonesia lima tahun ke depan. Prosesnya sudah dilewati, saatnya bergandeng tangan untuk berjalan bersama.
Dari dukuh kupang, kami menggantungkan harapan untuk para pemimpin yang nantinya punya kesempatan menahkodai bangsa ini. Jangan sampai harapan itu dikhianati.  Hak sudah dilakukan, saatnya cooling down bersatu, berpegang tangan, dan  maju bersama meraih kemakmuran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H