Budaya masa lalu jauh sebelum masuknya agama-agama yang diakui Indonesia, telah ada kepercayaan tradisional dari setiap suku di Indonesia.
Pada umumnya budaya ini begitu kental diwariskan turun-temurun sampai dapat dikenal generasi saat ini. Salah satu contoh, sebut saja Yogyakarta yang kental dengan budaya Jawanya.
Namun, perlu diakui juga bahwa setiap suku yang ada di negara ini memiliki budaya yang tak kalah menarik jika ditelusuri, dan pada umumnya tema utama dalam kajian terhadap budaya-budaya yang ada selalu berkaitan dengan leluhur.
Tema leluhur memang adalah kunci dalam profil budaya masa lalu, tak terkecuali budaya masyarakat Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Mulai dari prosesi adat pendirian rumah, pernikahan, sampai kematianpun tak luput dari tema besar itu. Kehadiran leluhur adalah esensi yang terkoneksi dengan pengetahuan religi atau kepercayaan masa lampau.
Saat ini memang mayoritas masyarakat Kepulauan Tanimbar telah memeluk agama "baru" yang dibawa oleh para misionaris Katolik maupun Protestan sehingga keberadaan figur pendahulu (leluhur) dengan legacy yang mereka tinggalkan cukup jarang dijumpai dan yang tersisa hanyalah jejak-jejak religinya saja, seperti Tavu atau altar pemujaan.
Istilah tavu sendiri memiliki arti permulaan. Istilah yang berkaitan dengan leluhur pertama yang menjadi cikal bakal pembentukan keluarga.
Selain itu istilah tersebut juga diartikan sebagai orang yang dipandang memiliki kharisma dalam keluarga yang akan mengumpulkan semua pusaka keluarga.
Fungsi tavu sejatinya sebagai altar pemujaan, umunya diletakkan menyatu dengan nampan yang berisi tulang-belulang leluhur bersama dengan patung-patung leluhur yang sudah meninggal.Â
Dari beberapa catatan, tavu ini juga punya peran sebagai tempat meletakkan sesaji dalam pemujaan, yang diawali dengan pengumpulan anggota keluarga oleh kepala keluarga untuk melakukan upacara pemujaan pada masa lalu.
Sebuah Simbolisasi Manusia
Di Kepulauan Tanimbar, Maluku, terdapat banyak ukiran altar yang memiliki bentuk menyerupai manusia, dikenal sebagai tavu.
Tavu adalah simbol penghormatan terhadap leluhur dan tokoh-tokoh pendiri komunitas di Tanimbar.
Tavu berfungsi sebagai jembatan antara dunia yang hidup saat ini dan dunia yang telah meninggal, melambangkan hubungan antara manusia dan leluhur mereka.
Tavu adalah patung papan yang diukir dua dimensi, tingginya antara satu sampai satu setengah meter dalam bentuk figur manusia yang membentangkan tangan.
Dalam bentuknya yang abstrak dan stilistik, tavu menggambarkan kemaknaan yang luas, dengan menggabungkan individu-individu leluhur menjadi satu representasi kuat dari konsep leluhur.
Tidak hanya sebagai simbol leluhur, tavu juga memiliki hubungan dengan tema kehidupan, pertumbuhan tanaman, dan kontinuitas genealogi.
Altar ini diukir dengan cabang dan akar, menciptakan kesan makna kehidupan yang berkelanjutan.Â
Di dalam rumah-rumah bangsawan zaman dulu, tavu memiliki peranan penting sebagai tempat penempatan tulang-tulang leluhur dan warisan berharga. Sehingga, tavu secara harfiah membawa beban yang seolah-olah seperti manusia.
Penjaga Masa Depan dan Fertilitas
Leluhur diposisikan sebagai penjaga garis keturunan, pembaharuan, dan kemakmuran. Kontinuitas genealogi ditekankan bukan hanya untuk generasi masa lalu hingga sekarang, tetapi juga untuk generasi masa depan.
Anak gadis yang belum menikah akan tidur di dekat tavu, dengan kehadiran tavu sebagai pengingat dan pelindung kesuburan komunal.
Selain itu, doa dan pengorbanan ritual juga dilakukan bukan hanya untuk menjamin panen yang baik dan perjalanan berburu yang sukses, tetapi juga untuk menjamin kesuburan.
Simbolisme Kapal dan Organisasi Sosial
Terdapat makna simbolis yang signifikan pada lengkungan lengan tavu yang menyerupai bentuk kapal. Desa-desa di Tanimbar memiliki monumen batu berbentuk kapal sebagai tempat ritual komunal.
Kapal digunakan sebagai sarana transportasi utama, dan melambangkan pernikahan leluhur pertama di mana perempuan (sebagai kapal) diberangkatkan oleh nahkoda (laki-laki) untuk memulai perjalanan, yaitu menciptakan masyarakat.
Ritual pembuatan kapal melibatkan penyatuan komponen yang ditunjuk sebagai "laki-laki" dan "perempuan".
Gambaran kapal juga melambangkan organisasi sosial desa, dalam hal awak kapal. Rumah-rumah pun diwakili sebagai kapal, dengan penduduk sebagai awak kapal. Dengan cara ini, tavu menggambarkan kesuburan, leluhur, dan organisasi sosial sepanjang masa.
Signifikansi Arsitektur Tavu
Tavu memiliki arsitektur tambahan dalam penempatannya. Tavu adalah penopang utama rumah, terintegrasi dengan penopang atap pusat.
Rumah tampak muncul dari sekitar tavu, dibangun di sekitar kehadirannya. Tavu tidak memiliki penopang sendiri, tetapi menopang balok atap tengah di mana persembahan leluhur dibuat. Selalu menghadap pintu depan, tavu adalah hal pertama yang dilihat oleh penghuni dan pengunjung saat memasuki rumah.
Tavu adalah altar penghormatan leluhur yang memiliki makna dan simbolisme yang dalam pada budaya Tanimbar.
Melalui bentuknya yang menyerupai manusia, tavu mencerminkan hubungan antara manusia dan leluhur mereka serta mengekspresikan tema kehidupan, pertumbuhan tanaman, dan kontinuitas genealogi.
Simbolisme kapal dan organisasi sosial juga menjadi bagian integral dari makna tavu. Dalam arsitektur, tavu bukan hanya sebagai simbol leluhur, tetapi juga sebagai penopang utama rumah. Tavu adalah simbol kehormatan dan penghormatan terhadap masa lalu yang terus hidup dalam budaya Tanimbar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H