Selain itu, Wolbachia juga telah memiliki efek positif pada kebugaran inang, seperti meningkatkan ketahanan terhadap infeksi virus dan meningkatkan kemampuan inang untuk menoleransi stres lingkungan. Efek-efek ini memiliki implikasi penting bagi konservasi spesies yang terancam punah, serta untuk pengelolaan hama pertanian.
Dampak Wolbachia terhadap kesehatan manusia juga signifikan. Wolbachia memiliki hubungan kompleks dengan penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti demam berdarah dengue dan malaria.Â
Dalam beberapa kasus, Wolbachia dapat mengurangi kemampuan nyamuk untuk menularkan penyakit-penyakit ini, dengan mengganggu penggandaan virus penyebab penyakit.Â
Efek ini telah melewati uji lapangan, di mana nyamuk yang terinfeksi Wolbachia dilepaskan ke lingkungan untuk mengurangi penularan demam berdarah dan penyakit lainnya. Namun, penggunaan Wolbachia dalam pengelolaan penyakit menimbulkan pertanyaan, seperti dampak tak terduga dari melepaskan organisme yang dimodifikasi secara genetik ke lingkungan.
Wolbachia itu Modifikasi Genetik?
Efektifitas Wolbachia sudah diteliti sejak 2011 dimana teknologi yang digunakan bukan rekayasa genetika. Bakteri ini hidup di dalam tubuh nyamuk secara alami, dan tidak mampu memperbanyak diri jika berada di luar tubuh nyamuk.Â
Wolbachia juga secara alami dapat ditemukan pada lebih dari 50% serangga dan bersifat simbion (tidak memberi dampak negatif) pada nyamuk, atau inangnya.
Hal tersebut juga didukung oleh hasil analisa resiko dari 20 ilmuwan independen Indonesia yang sepakat bahwa resiko terhadap manusia atau lingkungan dapat diabaikan. Dengan kata lain, teknologi Wolbachia ini aman.
Dengan demikian, Wolbachia adalah mikroba yang menarik yang telah menarik perhatian ilmuwan dan masyarakat. Karakteristik uniknya, peran dalam alam, dan implikasi potensialnya terhadap kesehatan manusia membuatnya menjadi subjek penelitian dan penemuan yang terus berlanjut.
Sumber :