Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kipasan Ekor nan Indah, Namun Akankah Seindah itu Nasibnya?

28 Mei 2022   16:16 Diperbarui: 28 Mei 2022   16:41 2467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Merak kerdil yang eksotis namun langka/Sumber: birdsoftheworld.org

Hewan dikategorikan langka, karena ada syarat salah satunya memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Cukup sulit menemukan harga kuau kerdil di sumber lainnya, namun sebagai gambaran yang mungkin mirip, kita contohkan satwa yang sekelas dengan kuau, kelas aves, yaitu burung rangkong gading.

Mengutip situs www.dw.com, paruh rangkong gading dihargai 1000 Dolar Amerika di pasar gelap. Jumlah yang cukup besar jika dirupiahkan hanya untuk 1 paruh saja. Tahun 2015 yang lalu ada penangkapan serta penyitaan sekitar 1100 paruh burung rangkong.

Semisal memakai kurs Rupiah Indonesia sekarang, bisa dibayangkan keuntungan dari para pemburu satwa lindung ini bukan ?

Di alam, ada proses yang dinamakan seleksi alam. Kuau kerdil sudah tentu bereproduksi, tetapi ketika di alam, jumlah produksi telur dan presentase hidup anakan kuau belum dapat dipastikan 100% berhasil bertahan.

Aktivitas perburuan satwa endemik ini, ditambah kemampuan reproduksi yang rendah memperparah eksitensinya di alam.

Sebagai penutup, di Indonesia memiliki 1.598 spesies burung, dimana dari jumlah tersebut sekitar 23-an persen merupkan spesies endemik yang hanya ada di Indonesia, sedangkan sisanya merupakan burung migrasi yang melakukan migrasi setiap tahun.

Diperkirakan takson aves (taksonomi untuk burung) terdapat 22 jenis berpotensi punah, 104 jenis terancam punah termasuk kuau kerdil kalimantan, dan 152 jenis tergolong mendekati punah (Mardiastuti, 2011).

Jangan sampai keindahan kipasan ekor dan bulu Kuau Kerdil Kalimantan yang indah nan eksotis itu hanya dinikmati lewat gambar di buku, tanpa melihat kehadirannya secara nyata karena benar-benar punah.

Referensi :

[1],[2],[3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun