Meskipun bulunya yang indah, satwa langka ini dilarang untuk dipelihara atau diperjualbelikan. Sayangnya semakin dilarang semakin tertantang untuk diperjual-belikan. Mengapa ?
Ancaman Kepunahan
Sepertinya sudah sering, jika ancaman kepunahan ini dialamatkan kepada aktivitas manusia.
Perambahan hutan, eksplorasi tambang, migas, kebakaran hutan dan perburuan liar adalah faktor-faktor yang menjadi soal penurunan populasi satwa-satwa eksotis dan terancam ini.
Ya, memang betul karena manusia. Jika dihaluskan bahasanya kira-kira bunyinya begini "kepunahan satwa langka diakibatkan oleh aktivitas antropogenik". Tetapi polesan bahasa yang halus itu menunjukkan bahwa air yang tenang menghanyutkan !
Kehalusan bahasa tidak salah jika dipakai dalam suasana yang tepat. Tetapi kehalusan bahasa seolah-olah ingin menutupi sifat bar-bar manusia terhadap ciptaan atau makhluk hidup yang lain.
Dalam beberapa catatan tentang nasib satwa lindung, dalam kurun waktu empat tahun belakangan, nasib satwa-satwa lindung memprihatinkan.
Sudah terusir dari habitatnya, kelaparan karena kehilangan tempat makan, diburu, dan parahnya terkadang mereka harus berhadapan dengan manusia sehingga nasib satwa-satwa tersebut mengenaskan.
Pernah dengar kasus harimau sumatera yang dibantai dan digantung dengan usus terburai di tahun 2018 ? Ketika BKSDA mengharapkan tidak dibunuh, dan nanti dievakuasi setelah dibius oleh petugas balai, namun warga memilih untuk menembak mati harimau itu dan kemudian digantung dengan usus terburai.
Hal yang sama dialami kuau kerdil kalimantan ini. Sekalipun tidak dibantai, tetapi karena keindahan bulunya, mereka diburu dan dijual. Hanya karena keindahan bulunya, bisa bernasib buruk.