Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar dari Kaharuddin, Membaca Itu Penting!

18 April 2022   00:16 Diperbarui: 18 April 2022   00:39 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Demo 1998/Sumber : img.okezone.com

Maksudnya, mahasiswa tersebut tidak menguasai apa yang akan disampaikan. Terkesan latah atau ikut-ikutan tanpa paham betul materi yang disampaikan. Sedikit berbeda dengan Kaharuddin, mungkin dia menguasai tuntutan yang disampaikan saat demo kemarin tetapi salahnya ketika bicara mengenai kebebasan pada saat Orde Baru, aktivis mahasiswa itu terlihat tidak paham sehingga langsung "ditolong" oleh narasumber lain untuk meluruskan pernyataan Kaharuddin.

Potret Demo 1998/Sumber : img.okezone.com
Potret Demo 1998/Sumber : img.okezone.com

Ketiga, Demam panggung dan persiapan yang kurang. Semua orang pasti mengalami demam panggung, bahkan ada yang beberapa kali tampil baru terbiasa dengan keadaan. Hal ini bisa dipahami sebab umum terjadi. Demam panggung yang dialami Kaharuddin, bisa jadi bukan karena kurang paham tuntutan demo, tapi karena sebagai aktivis, tampil dan diliput salah satu media besar nasional, mungkin baru pertama kali dialami sehingga serangan demam panggung membuatnya cukup kerepotan untuk menguasai dan beradaptasi dengan keadaan. Selain itu penting bahwa informasi-informasi mendasar atau pengetahuan dasar tentang sejarah demokrasi dikuasai, apalagi menyandang status mahasiswa. Lucu saja jika sebagai aktivis mahasiswa, tidak paham sejarah perjuangan para pendahulunya yang dulu menumbangkan penguasa 32 tahun.

Akan tetapi sebagai seorang kaum intelektual, Kaharuddin patut diapresiasi sekalipun salah mengeluarkan pernyataan, tetapi kehadirannya dalam acara tersebut menunjukkan bahwa dia siap berdebat dan adu data jika diperlukan untuk mempertahankan argumen yang sudah dipersiapkannya bersama tim BEM Seluruh Indonesia.

Sebagai penutup ada pepatah yang menyatakan bahwa Buku adalah Jendela Dunia, dan Membaca Adalah Kuncinya. Jika sekarang, segala sesuatu dapat diperoleh dengan mudah lewat gawai dan semua perangkat elektronik canggih, budaya membaca itu tidak boleh hilang.

Baca dan kuasai semua materi sebelum beradu argumen adalah langkah yang bijak agar apa yang disampaikan, sekalipun terbatah misalnya, namun ada poin-poin penting yang bisa ditangkap dari sebuah interaksi percakapan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun