Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Vanuatu Menuduh, Indonesia Membela, Netizen Meradang

1 Oktober 2020   16:41 Diperbarui: 1 Oktober 2020   20:25 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar akun vanuatuisland yang dipenuhi tanggapan netizen +62/Sumber: pantau.com

Ibarat kata Vanuatu ini seperti ibu-ibu yang sedang bergosip lalu kemudian jatuhnya mencampuri urusan rumah tangga orang. Bukan sekali tetapi sudah berulang kali hal yang sama dilakukan mereka. Sebagai bangsa yang berdaulat Indonesia protes terhadap aksi Vanuatu ini.

Sudah ada enam orang ditambah Silvany A. Pasaribu sebagai perwakilan tetap Indonesia di PBB yang memanfaatkan hak jawab untuk "membungkam" tuduhan-tuduhan beberapa negara pasifik termasuk Vanuatu.

Tetapi ulah Vanuatu ini ternyata tidak berakhir dalam sidang dewan PBB. Di tanah air sendiri karena radang dan kesal dengan perbuatan negara yang pernah mendapat julukan "negara paling bahagia" ini, membuat sehingga beberapa warga Indonesia melampiaskan marah dan emosi kepada akun media sosial pariwisata vanuatuisland.

Apa sebenarnya yang membuat Vanuatu dan beberapa negara pasifik begitu kekeh memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat ? Mengapa perbuatan mereka begitu nekat ? tindakan apa saja yang membuat sehingga Indonesia lewat perwakilan di PBB "membenci" negara sebesar kepulauan Maluku ini ? dan apakah wajar sikap netizen dalam menanggapi hal tersebut ?

Berikut penjelasan singkat, semoga bisa memberi sudut pandang baru untuk pembaca.

Solidaritas karena Kesamaan Ras
Vanuatu adalah negara kepulauan yang kurang lebih memiliki 80 pulau, dimana letaknya di kawasan pasifik, berdekatan dengan Fiji dan Kepulauan Solomon. 

Setelah merdeka dari jajahan Perancis di tahun 1980, Perdana Menteri kala itu menyatakan kemerdekaan Vanuatu belum sempurna jika seluruh bangsa dan wilayah Melanesia, termasuk Papua Barat, terbebas dari kolonialisme. 

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ras melanesia merupakan kelompok etnis yang mendiami beberapa wilayah di Indonesia. Menurut wikipedia, melanesia adalah gugusan kepulauan yang terbentang dari Papua dan Aru (Kep. Aru, Maluku), lalu ke Timur sampai ke Pasifik bagian Barat sampai ke Utara dan Timur Laut Australia. Melanesia ini di Indonesia sendiri kalau ditelusuri mendiami wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku sampai Papua.

Selain itu pada tahun 2000 dikutip dari cnnindonesia.com (28/09/2020) parlemen Vanuatu mengadopsi rancangan undang-undang Wantok Blong Yumi atau Undang-Undang yang menegaskan pengakuan Vanuatu terhadap kemerdekaan Papua Barat dari Indonesia. 

Sudah tentu jika disahkan, maka menjadi sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan. Undang-Undang inilah yang melatarbelakangi mengapa negara kecil ini begitu ngotot membela kemerdekaan Papua Barat. Melalui UU tersebut, status Papua Barat dalam Melanesian Spearhead Group (MSG) dan Pacific Island Forum (PIF) dinyatakan sebagai wilayah observer. 

Jadi karena persamaan ras serta UU inilah Indonesia sering kali diusik oleh Vanuatu dalam berbagai forum internasional. 

Pidato PM Vanuatu dalam sidang PBB/Sumber: cnbcindonesia.com
Pidato PM Vanuatu dalam sidang PBB/Sumber: cnbcindonesia.com
Sikap Gegebah Vanuatu
Pada sidang Dewan HAM PBB tahun lalu sikap Vanuatu membuat geram perwakilan Indonesia, hal ini disebabkan karena kenekatan Vanuatu menyelundupkan Benny Wenda untuk bertemu Michelle Bachelet, mantan Presiden Republik Chili yang terpilih sebagai Komisaris Tinggi HAM PBB. (dikutip dari cnnindonesia.com 28/09/2020)

Ibarat kata, waktu Harry Potter menemukan jubah yang bisa membuat menjadi tak terlihat, Benny Wenda oleh perwakilan Vanuatu di dewan HAM disamarkan kehadirannya sebagai delegasi Vanuatu agar tidak diketahui Indonesia. Tapi jangan heran kalau penyamarannya bisa terbongkar. Saya yakin bahwa para diplomat hebat Indonesia di dunia internasional dibekali dengan "kesaktian mata elang" yang mumpuni selama mengikuti Sekolah Diplomat dari Kemenlu.

Sehingga sekalipun berhasil bertemu dengan Komisaris Michelle, tapi aroma persekongkolan Vanuatu tercium juga. Sikap yang ditunjukkan Vanuatu ini sangatlah berbahaya dalam diplomasi. Selain membahayakan Indonesia, secara tidak langsung membahayakan diri Vanuatu sendiri di masa depan.

Jadi sebagai bangsa yang berdaulat dan paham kondisi dalam rumah sendiri, wajar jika Indonesia memprotes sikap Vanuatu ini.

Respon Netizen Indonesia
Reaksi netizen Indonesia terhadap akun sosial Vanuatu wajar jika ada dalam batas-batasan tertentu. Emosi boleh, tapi perlu mengontrol diri dengan baik, tanpa perlu menjelek-jelekan atau menghina. 

Dikutip dari pantau.com (29/09/2020) ada komentar netizen yang memberikan komentar menghina online pada foto anak-anak dalam akun tersebut dengan sebutan "potret anak-anak kurang gizi" padahal anak-anak dalam foto itu tidak memiliki korelasi dengan apa yang dilakukan pemerintahan Vanuatu. 

Komentar ini jangan sampai menepuk air di dulang terpercik muka sendiri, karena fisik dan penampakan Vanuatu sama dengan saudara sebangsa. Bisa saja dengan komentar tersebut malah melegitimasi usaha-usaha pihak yang berusaha memisahkan Papua dan wilayah Melanesia lainnya yang ada di Indonesia.

Respon netizen Indonesia dengan berkomentar rasis dan menghina terhadap manusia lainnya jelas sangat salah. Siapapun dia, apapun fisiknya tetaplah manusia yang memiliki hak yang harus dijunjung dan dihormati. 

Rasisme dan penghinaan bukan menjadi jalan keluar untuk menyelesaikan masalah. Komentar bernada rasis malah berdampak buruk bagi hubungan antar manusia.

Pada akirnya bisa jadi apa yang dilakukan Vanuatu sekalipun salah di mata Indonesia, benar dalam pandangan mereka akibat dari UU yang telah disebutkan tadi. UU merupakan produk yang dihasilkan dalam lembaga perwakilan negara tersebut yang ketika disahkan sudah pasti merupakan suatu kewajiban. 

Langkah yang baik dilakukan adalah dengan melakukan lobi antar kedua negara. Mungkin Vanuatu belum pernah bertamu ke rumah Indonesia, sehingga belum kenal dengan baik seluk-beluk rumah Indonesia. Siapa tahu dengan mengenal dengan baik, mereka menjadi paham dan mengerti kalau selama ini mereka telah dimanfaatkan.

Ada pepatah usang bahwa bahasa menunjukkan bangsa. Jangan sampai emosi yang tersulut membuat kita berkomentar menghina dan merendahkan orang sehingga Indonesia dengan budaya ketimuran yang sudah dikenal dunia, akhirnya rusak karena bahasa yang kita sampaikan.

Wah panjang juga ini barang, tapi inilah pendapat saya tentang apa dan mengapa Vanuatu bersikap demikain, dan respon netizen terhadap Vanuatu.

Semoga bermanfaat.

Salah Hangat..

Sumber 

[1], [2], [3], [4], [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun