Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Desa Adaut Menjaga Ekosistem Alam Lewat Tradisi Sasi

8 September 2020   14:08 Diperbarui: 8 September 2020   15:29 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buka Sasi

Ritual buka sasi dimulai dengan prosesi peribadatan sama seperti pada saat tutu sasi, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan para tetua soa di balai desa untuk membincangkan prosesi pembukaan, selanjutnya para kepala soa yang memiliki petuanan laut yaitu Nifmase, Nuslare dan Onjout akan kembali ke wilayah mereka masing-masing untuk memberitahukan kabar ini kepada masyarakatnya.

Pada waktu yang ditentukan, para tetua soa akan berkumpul di pantai kemudian mengadakan ritual buka sasi yang ditandai dengan pembakaran daong kalapa. 

Kegiatan ini dilakukan di malam hari dan diikuti semua masyarakat Adaut, bukan saja itu jauh sebelum kabar buka sasi, warga Adaut yang berdomisili di Saumlaki akan ramai-ramai pulkam sehingga bisa dibayangkan bagaimana keramaian masyarakat yang mengikuti tradisi ini. 

Buka sasi dapat berlangsung selama dua sampai tiga minggu, sayangnya saya tidak memiliki dokumentasinya sehingga penggambaran suasananya kurang kena.

Ada hal yang melatar belakangi upacara buka sasi ini yaitu kebutuhan untuk pembangunan desa seperti pendirian gereja, sekolah atau jalan desa. 

Hal berikutnya yaitu hasil laut seperti teripang dan lola melimpah dan adanya kebutuhan yang mendesak semisal biaya sekolah anak yang sangat didukung dari penjualan hasil laut ini. 

Sanksi

Sudah tentu bagi pelanggar ada sanski yang akan diberikan oleh pemerintah desa. Dari beberapa literatur, disebutkan bahwa pelanggar aturan akan dipukul dengan rotan jawa sebanyak 25 kali tetapi seiring waktu diganti dengan denda (Laut dan Masyarakat Adat, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017), sedangkan sanksi lainnya adalah sanski yang bersifat mistis sesuai kepercayaan masyarakat setempat.

Karena tradisi ini dimulai dengan prosesi sakral di gereja, masyarakat percaya bahwa pelanggar akan mendapat hukuman atau tulah. Semisal, ada kepercayaan bahwa ketika seseorang mencuri hasil sasi sebelum dibuka, akan muncul benjolan seperti teripang di badan pelaku dan hanya bisa sembuh jika sang pelaku mengakui dan menyesali perbuatannya terlebih dahulu sebelum didoakan. 

Ada juga yang percaya bahwa perbuatan ini akan menyebabkan tete-nene moyang marah sehingga pelaku akan mengalami kesialan, penyakit bahkan akan mengalami kematian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun