Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patung Tumbur, Buah Tangan Tanimbar untuk Indonesia

31 Agustus 2020   15:55 Diperbarui: 31 Agustus 2020   15:54 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Lionmag.net/ Pembuatan patung Tumbur

Kalau artikel sebelumnya saya menulis tentang Tenun Tanimbar, kali ini saya ingin menulis tentang karya seni yang tak ketinggalan indah yaitu Patung Tumbur.  Yups Patung Tumbur adalah seni ukir di Pulau Yamdena tepatnya di desa Tumbur estimasi jaraknya lebih kurang 20-an KM dari kota Saumlaki, ibu kota Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), namun jika anda menumpang pesawat, cukup dekat letak desa ini dari bandara Mathilda Batlayeri. 

Sebagai karya budaya bangsa, sudah sangat betul langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesai dengan menetapkannya sebagai Warisan Budaya Nasional tujuh tahun silam. Anyway, perkembangan seni ukir di Indonesia dimulai sekitar zaman Neolitikum atau Zaman Batu Muda, dimana batu-batu yang digunakan untuk peralatan penunjang kehidupan, mulai diukir walaupun modelnya hanya sederhana seperti lengkungan atau garis.

Perkembangan ukiranpun tak terlepas dari kebiasaan leluhur yang sadar bahwa dalam hidupnya ada suatu "Kekuatan Besar" yang tidak terlihat, dari situ mulailah adanya kepercayaan mula-mula, sehingga terciptalah patung-patung yang diukir sedemikian rupa dan dijadikan obyek pemujaan sebagai representasi "kekuatan" tersebut. 

Selanjutnya pengaruh berbagai agama yang masuk ke Indonesia, lambat laun motif ukiranpun ikut berkembang, mulai dari yang sederhana sampai motif-motif ukiran 3D seperti sekarang.

Sumber : Kantor Bahasa Maluku/Foto sebagai ilustrasi
Sumber : Kantor Bahasa Maluku/Foto sebagai ilustrasi

Pesona Desa Tumbur

Jika berkunjung ke desa Tumbur, hal pertama yang disuguhkan adalah pemandangan alam desa yang luar biasa. Karena letak desa yang rendah dari jalan masuknya, pemandangan hampir seluruh desa dapat terlihat dengan baik. 

Pastinya jika berkunjung ke desa-desa di wilayah KKT hal pertama yang terlihat adalah pantainya yang berpasir putih bersih, bahkan silau ketika sinar matahari dipantulkan pasir ke mata kita. Hamparan pohon kelapa yang menghijau sepanjang pantai seakan kontras dengan putihnya pasir.

Tumbur sendiri adalah desa yang ada dalam wilayah Kecamatan Wertamrian, jika anda pelancong yang baru tiba di bandara anda hanya menempuh jarak yang cukup singkat untuk merasakan keindahan desa ini karena jaraknya dekat. Pada hari-hari besar atau kunjungan rombongan wisatawan, sudah pasti akan disambut dengan angkosi oleh mama-mama yang anggun dan cantik dengan balutan kain tenun dan perlengkapan tarian seperti ilustrasi di atas, kemudian dilanjutkan dengan upacara bakar batu seperti dikutip dari kumparan.com. 

Jangan khawatir sekalipun mayoritas masyarakatnya adalah Katolik yang taat, mereka sangat menghormati tamu-tamu yang berkunjung sehingga suguhan utama dalam bakar batu adalah bentuk pangan tradisional berbahan baku jagung dan umbi-umbian atau dikenal dengan lele jagung atau lele kasbi oleh masyarakat sekitar. 

Lele disini bukan ikan ya, tapi parutan umbi dan jagung yang dibungkus daun kelapa atau jagung, kemudian dibakar batu-kan. Sebagai lauk, hmm intinya anda kuat saja makan ikan, karena sudah pasti ikannya buuuuuanyaakk pake banget

Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat untuk menyenangkan tamu-tamu ketika berkunjung ke desa mereka. Suatu kehormatan bagi masyarakat untuk memberikan kesan yang tak ternilai kepada para tamu yang berkunjung sehingga ketika kembali ada kenangan indah yang bisa dikenang. 

Sumber : Kumparan.com
Sumber : Kumparan.com

Tradisi Yang Tetap Terjaga

Sekalipun  profesi utama bukan sebagai pematung, tetapi tradisi membuat Patung Tumbur masih terus saja dilakukan. Misalnya sudah jadi guru, dimana tugas utamanya mengajar tapi begitu pulang, masih juga membuat patung. Kemungkinan alasan utama dibalik itu bukan cuma sekedar sumber tambahan ekonomi tapi jauh daripada itu adalah tetap menjaga tradisi. 

Sebagai masyarakat yang memegang teguh prinsip-prinsip budaya, tradisi, dan tatanan adat, masyarakat Tanimbar umumnya akan menjaga warisan leluhur mereka untuk tetap lestari sekalipun perkembangan teknologi khususnya peralatan mekanik yang modern sudah menyentuh setiap aktivitasnya. 

Hal ini bisa terlihat dari peralatan-peralatan sederhana yang digunakan. Pahat tangan dan martelu (bahasa setempat untuk palu) berbagai ukuran, kertas amplas, kuas, serta perlengkapan lainnya adalah alat yang boleh dikatakan manual tools.

Sumber : Moriolkosu photography/motif ukiran balayar patung tumbur
Sumber : Moriolkosu photography/motif ukiran balayar patung tumbur
Makna dibalik Bentuk Patung Tumbur

Umumnya bahan kayu yang digunakan oleh pengrajin adalah jenis kayu hitam atau kayu salamudi dan beberapa juga memakai kayu besi (Merbau) seperti dikutip dari senibudayasia.com. Dalam pembuatannya Patung Tumbur memiliki beragam bentuk/motif. Misalnya bentuk pahatan balayar di atas.

Bentuk ini jika dilihat dengan baik, ada pemandu arah yang berada di depan memegang tombak. Tombak umumnya melambangkan perlindungan, semangat juang yang tinggi, pantang menyerah, keberanian serta patriotisme atau melambangkan kewibawaan seorang pemimpin. 

Sekalipun tidak menganut sistem kasta atau status sosial tertentu dalam kehidupan masyarakat, ketokohan seseorang pemimpin tetap diperlukan. Dalam hal ini, untuk menentukan arah tidak sembarang orang akan diberikan tanggungjawab. Dibutuhkan pengalaman, dan kebijaksanaan, keberanian, optimisme dan semangat juang  seorang pemimpin untuk memimpin perahu yang ditumpangi agar tiba dengan selamat di tujuan. 

Selain yang disebutkan di atas, ada bentuk lain seperti keku bakul, ada juga bentuk patung memegang parang dan kepala yang bermakna kemenangan atas perang. Bentuk keku kalabasa yang menjelaskan aktivitas kaum wanita mencari air, ada juga bentuk tete tua tongka dagu melambangkan rasa syukur kepada Tuhan atas terkabulnya doa atau ungkapan rasa syukur, serta bentuk patung berdiri sementara satu kakinya disilang melambangkan atraksi kemenangan panglima perang atas kemenangan pasukannya.

Salah satu bentuk kesamaan antara pembuatan Patung Tumbur dan ukiran lainnya di Indonesia terletak pada sumber inspirasi dan ide-ide yang terilhami dari alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Misal pahatan atau ukiran dari Jepara, Kalimantan, Papua, atau daerah lainnya banyak menceritakan tentang alam dan kehidupan masyarakat sehari-hari mulai dari bertani, berburu, dan lain sebagainya.

Patung Tumbur misalnya ada patung yang memegang tombak di salah satu tangan sedangkan tangan lain memegang anak yang di-keku di pundak. Bentuk ini diilhami dari aktivitas masyarakat setempat saat itu, ketika pergi berkebun selalu membawa keluarga (suatu kebiasaan yang umumnya dilakukan), sebab letak kebun yang jauh di tengah hutan sehingga akan menginap untuk beberapa hari apalagi jika musim sasi selesai diterapkan pada komoditas seperti kelapa. Jadi jika ada anak kecil yang dibawa sudah tentu akan di-keku dan tombak yang dibawa biasanya sebagai alat perlindungan jika sewaktu-waktu berhadapan dengan binatang buas. 

Sumber : Dokumentasi pribadi
Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar ini adalah kalung berbentuk tete tua tongka dagu yang dihadiahkan oleh ayah saya ketika masuk SD dan masih saya pakai sampai saat ini. Waktu itu saya enggak tau kenapa dikasi sebagai hadiah, dan ketika menulis hal ini, saya baru tahu alasannya kenapa. 

Mungkin yang mau disampaikan Bapak untuk saya adalah selalu bersyukur dengan apa yang diberikan TUHAN dalam hidup. Seperti yang tadi dijelaskan, bahwa bentuk ini adalah makna ungkapan syukur oleh seorang tete kepada Tuhan-nya atas berkat yang diberikan dalam kehidupan. Sayapun harus bersyukur atas segala proses yang saya alami dalam kehidupan mulai dari lahir sampai saat ini. terima kasih untuk semua yang sudah Bapak berikan. Sehat dan panjang umur selalu ya..

Seni Sejatinya Dari Alam

Seni merupakan bagian yang tak bisa dilepas dari kebudayaan. Kebudayaan membentuk karakter manusia sekaligus menunjukkan peradabannya. "Kebudayaan yang benar dilahirkan di alam, sederhana, rendah hati, dan murni” adalah kata-kata yang disampaikan Masanobu Fukuoka seorang filsuf berkebangsaan Jepang yang terkenal akan metode pertanian yang lebih alami dan seorang pemerhati lingkungan hidup. 

Seperti yang dikatakannya, alam memberikan ilham dan ide-ide kepada manusia untuk menceritakan keindahannya lewat karya seni, sehingga keberlangsungan alam bisa dinikmati bukan dirusak dan dieksploitasi secara berlebihan. 

Jika kita bisa menikmati dan memahami makna sebuah karya seni, sejatinya kitapun bisa memahami dan memaknai alam sebagai sumber kehidupan. Dengan menjaga kelestarian alam, secara langsung menjaga kelestarian karya-karya seni untuk tetap lestari.

Semoga dengan tulisan ini, Indonesia makin kenal dan tahu kalau di ujung Selatan Propinsi Maluku, ada Tumbur yang pesonanya memukau, ada Patung Tumbur yang keindahannya menjadi buah tangan dari Tanimbar untuk Indonesia.

Penjelasan beberapa istilah daerah yang dipakai

  1. Angkosi : Tarian dengan chant lagu-lagu daerah diringi tabuhan tifa yang dilakukan kaum perempuan biasanya untuk penyambutan tamu
  2. Lele Kasbi : Jenis panganan yang terbuat parutan dari kasbi (ketela pohon)
  3. Lele Jagung : Jenis pangan yang terbuat dari parutan jagung
  4. Balayar : Berlayar dengan perahu layar
  5. Keku : Gendong di pundak
  6. Bakul : wadah yang dibuat dari anyaman daun kelapa
  7. Kalabasa : Wadah air atau tempat minum dari jenis labu-labuan
  8. Tete tongka dagu : Kakek, yang tangannya membentuk seperti posisi berdoa, posisi tangan di bawah dagu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun