Mohon tunggu...
M dan S Aja
M dan S Aja Mohon Tunggu... Administrasi - Daddy, Mami beserta cici dan boy tinggal di NZ

Cuma Marcel

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Meminta dalam Doa

26 April 2015   19:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum tidur malam hari ini, saya memberikan sebuah cerita penghantar tidur untuk cici dan boy. Kali ini tentang seorang pemuda yang rajin berdoa dan meminta kepada Tuhan.

Pemuda ini baru lulus dari SMAnya dan ingin melanjutkan kuliah. Karena berasal dari orang kurang mampu, maka dia ingin masuk kuliah melalui jenjang beasiswa yang di sediakan oleh salah satu perusahaan. Pemuda ini rajin sekali berdoa dan meminta supaya saat di tes bisa lulus dan mendapat beasiswanya. Walaupun termasuk orang yang pintar ternyata saat pengumumannya, dari 10 orang  yang di terima namanya tidak termasuk di dalamnya.

Beberapa saat kemudian, si pemuda ini mendengar bahwa ada penerimaan pegawai baru di toko fast food yang baru akan di buka di tempat tidak jauh dari si pemuda ini tinggal. Tentu saja dia melamar lowongan kerja ini. Seperti biasa dia tidak lupa berdoa dan meminta supaya bisa di bantu mendapatkan pekerjaan ini yang sangat di butuhkannya. Di saat pengumuman, ternyata dari 20 pegawai baru yang di terima tidak ada lagi namanya.

Kali ini pemuda ini berpikir dan mempunyai ide untuk membuka bisnis. Namun karena tidak ada uang, tentu saja dia harus mengajukan pinjaman kepada bank. Seperti biasa, pemuda ini masih tetap rajin berdoa. Tapi kali ini doanya sedikit berbeda. Dia tidak meminta untuk bisa mendapatkan pinjamannya, tapi dia minta untuk di kuatkan bila dia gagal lagi dan masih tetap bisa berusaha dan percaya akan kemampuan dirinya dan kebaikan Tuhan.

Seperti biasa, setelah cerita malam...saya selalu membiasakan ada tanya jawab ringan dengan mereka tentang cerita yang baru mereka dengar. "Apa yang kamu bisa pelajari dari cerita tadi??" pertanyaan yang selalu saya ajukan kepada mereka. "Jangan cepat berputus asa" jawab si boy dengan cepat. "Dan semua mempunyai prosesnya masing2" lanjut dia lagi. "Terus berusaha dan berdoa" kali ini cici yang memberi suara. "Well done guys" puji saya akan jawaban mereka berdua tadi.

"Kalau buat daddy, yang paling berkesan yaitu saat meminta untuk di kuatkan saat mengalami ke gagalan" saya memberi opini saya. "Pernah gak terpikir, saat kita meminta di jauhkan dari masalah padahal Tuhan yang memberikan masalah itu kepada kita??" tanya saya kepada mereka berdua. "Maksud daddy, Tuhan ingin melihat bagaimana kita bisa menyikapi dan belajar dari masalah kita itu" lanjut saya lagi.

"Makanya kita berdoa lebih baik mengucap syukur kan yah" si cici memberi komentar. "Betul ci, walaupun kita lagi sakit kita harus tetap bersyukur" kata saya. "What?? Koq harus bersyukur saat kita sakit daddy" si boy memotong saya sebelum saya melanjutkan komen saya sebelumnya. "Maksud daddy, bersyukur dan percaya kalau di balik sakit yang kita sedang alami ini pasti ada sesuatu yang lebih baik setelahnya boy" saya memberi penjelasan kepada dia. "Yang pasti, saat kita berdoa...selain bersyukur akan banyak hal, kita juga minta untuk di beri kekuatan di saat kita gagal, putus asa, atau dalam masalah serta masih bisa percaya akan kemampuan dan bantuan dariNya, diri kita sendiri dan sesama" kata saya. "Karena di saat kita ada masalah dan putus asa...kita akan lebih mudah tergoda dan melakukan hal2 yang tidak baik" lanjut saya sembari memberi pelajaran buat mereka.

"I love you and Jesus bless you" kata saya sembari mencium dan memberi tanda salib di kening mereka berdua, dan juga sebaliknya. Yup, kebiasaan yang selalu kami lakukan agar bisa saling mengingatkan kalau kita selalu membutuhkan berkat dariNya.

77

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun