Hari Minggu lalu keetulan memang lagi ada waktu dan ingat buat menggunakan kupon yang saya sudah beli dari bulan Desember lalu saat lagi diskon, untuk bisa pergi ke tempat manjat dinding di daerah yang sekitar 30 menit dari rumah kita.
Tempatnya lumayan besar dan banyak dinding yang memang bisa untuk kita panjat. Tentu saja manjatnya dengan menggunakan harness (tali/sabuk pengaman untuk menjaga kita tidak jatuh dari ketinggian) karena dindingnya lumayan tinggi, sekitar 10 meteran atau setara dengan rumah 3 tingkat.
Sebelum cici, boy dan David (anak kos kita) mulai memanjat, tentu saja di ajarkan cara aman untuk memanjat dan turun dari atas dindingnya itu.
"Cici mau naik duluan??" tanya saya ke dia. Dia tentu saja setuju dan tanpa ragu langsung mengiyakan. Dinding yang pertama dia panjat tampaknya mudah sekali buat dia. Maklum si cici memang dari kecil sudah lincah dan suka tantangan. Setelah setengah dinding di panjatnya, dia mulai kelihatan tegang, yup memang dia rada takut sama ketinggian. Maka dia turun dan tidak melanjutkan memanjat ke atas. "That's ok ci...kan baru pertama kali yah. Nanti juga kamu pasti berani dan bisa panjat semuanya koq" saya menghibur dan meyakinkan dia.
Sekarang giliran si boy yang mencobanya. Ternyata ceritanya tidak jauh berbeda dengan si cici yang sudah duluan sebelumnya. Baru sampai setengah, saya melihat kaki si boy begitu gemetarannya. Saya melihatnya saat itu tidak tahan untuk tertawa. "Ayo boy kamu try naik ke atas dong" saya menyemangati dia karena saya tahu dia sebenarnya tidak takut ketinggian. Namun dia memutuskan untuk turun ke bawah.
"I just realise maybe I am a bit afraid of high now daddy (saya baru menyadari mungkin saya juga takut sama ketinggan daddy)"Â si boy memberi alasan kenapa dia turun. "I don't think so boy. You will be ok later, I am sure about it (saya rasa sih tidak boy. Kamu akan baik2 saja koq nanti, daddy yakin buat hal ini)" saya menghibur dan meyakinkan dia.
Seperti dugaan saya sebelumnya, hanya butuh 5 menit untuk si cici mengalahkan ketakutannya dia...dia sudah bisa memanjat dinding pertama sampai ke puncaknya. Satu eprsatu dinding lainnya di panjatnya pula dengan total akhir 26 dari 32 dinding dia bisa panjat sampai atas. Sedang si boy belum satu pun yang bisa dia panjat sampai ke puncaknya.
Akhirnya saya terpikir memberi pelajaran buat si boy ini. Boy, coba kamu lihat dari semua dinding yang ada di sini. Observe mana yang menurut kamu paling mudah untuk bisa kamu panjat sampai ke atas, dan coba panjatlah dinding termudah itu. Kemudain dia mengamati semua dinding did alam ruangan itu dan memutuskan untuk mencobanya seperti arahan saya. Sebelum kamu panjat, kamu lihat dan yakinkan kalau kamu bisa sampai ke atas. "Usaha sampai terakhir yang kamu bisa usahakan sebelum kamu menyerah yah. Daddy yakin kamu bisa naik sampai ke paling atasnya" saya memberi motivasi dan arahan buat boy saya yang baru 8 tahun ini. "Ayo boy...kamu sebentar lagi sampai ke atasnya lho" saya menyemangati dia yang tinggal sedikit lagi sampai. "Well done and i am proud of you" kata saya sembari memeluk dan mencium dia saat dia sudah turun dan berhasil memanjat dinding pertamanya dia ini.
Setelah 3 dinding dia bisa panjat dan sampai ke atas, saya memilihkan 1 dinding yang menurut saya lebih susah di banding ketiga sebelumnya. "Kalau aku tidak bisa bagaimana daddy??" dia ragu akan kemampuannya dia kali ini. "Daddy tidak akan marah koq...selama kamu berusaha yang terbaik" saya menjawab. "Kali ini kamu lihat dan perhatikan tantangan yang kamu hadapi. Kemudian kamu susun strategi kamu lewat jalan mana yang menurut kamu bisa sampai ke atas" saya memberi bimbingan buat dia. Saya tahu memang yang ini susah buat dia maka tidak heran kalau dia akhirnya menyerah setelah setengah jalan.
"Tidak semua cita2 atau harapan kita pasti terwujudkan...selama kita sudah berusaha yang terbaik itulah mungkin yang terbaik buat kita" saya menanamkan pesan buat dia. "Kamu masih banyak tantangan lainnya yang harus kamu hadapi, jadi jangan terlalu di pikirkan ke gagalan kamu tadi" lanjut pesan saya.
Setelah 2 jam cici, boy dan David bermain di sana, akhirnya kita pulang ke rumah karena daddynya masih harus masak setelah sampai di rumah. "Apa yang kamu pelajari dari manjat dinding tadi??" pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka sebagai percakapan terakhir di malam itu sebelum mereka tidur. Jawaban2 dari mereka membuat saya senang karena mereka memahami dan mengerti apa yang selama ini kami arahkan dan ajarkan kepada mereka, tentu saja beberapa hal juga perlu saya ingatkan dan tambahkan kepada mereka pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H