Mohon tunggu...
M dan S Aja
M dan S Aja Mohon Tunggu... Administrasi - Daddy, Mami beserta cici dan boy tinggal di NZ

Cuma Marcel

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Gara-gara Baca Stensilan dan Nonton Bokep

12 Oktober 2014   16:04 Diperbarui: 26 Oktober 2020   13:19 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gara2 baca tulisan kompasianer tentang satu kelas di SMP yang ketangkep basah nonton "bokep" mengingatkan pengalaman pribadi saya dulu saat di SMP juga.

Namanya anak ABG tentu punya rasa penasaran yang lagi tinggi2nya tapi juga malu untuk bertanya, apalagi soal seks.  Ini sih yang dulu saya alami lho kalau berbeda yah maklumilah.

Nah karena dulu begitu makanya secara jujur mengakui kalau dulu juga pernah yang namanya baca stensilan di kelas atau nonton bokep di rumah teman. Yang namanya anak cowok saya yakin seyakin yakinnya juga mengalami hal yang sama deh.

Saat di kelas 2 SMP, waktu itu tiba2 ada pemeriksaan mendadak oleh para guru secara serempak. Satu kelas di periksa oleh lebih dari 1 guru, semua murid di haruskan berdiri di samping meja dan bangku selagi satu guru memeriksa dan membongkar isi tas semua murid.

Ternyata beberapa teman (bisa di katakan banyak juga) yang saat itu lagi bawa majalah atau buku stensilan tentu saja gak bisa banyak alasan deh.

Penyelidikan tidak hanya berhenti di sini saja, selanjutnya dipanggilah mereka yang isi tasnya ada majalah atau buku2 porno ini. Mereka di tanyai siapa yang punya majalah atau buku itu dan siapa saja yang sudah membacanya.

Akhirnya dari satu kelas saya ini, cuma anak2 ceweknya saja yang tidak di panggil oleh guru dan kepala sekolah, selain saya karena memang saya tidak ikutan membaca saat itu.

Kalau di tanya saat lain atau buku lainnya tentu saya akan terpanggil pula. Anak cowok lainnya di panggil, termasuk 1 anak guru serta 1 anak kepala sekolah.

Padahal kalau mau jujur, beberapa anak perempuan (atau sebagian besar) juga membacanya lho...tapi karena berasa mau melindungi makanya kita tidak menyebut satupun teman perempuan kita di kelas. Dari kejadian ini, saya mendapat julukan dari anak2 kelas lainnya...ketua kelas stensilan.

Bukan...bukan...tulisan saya ini bukan untuk membahas pegnalaman saya itu...tapi saya menggunakan pengalaman saya ini untuk lebih aware terhadap cici dan boy.

Dengan membiasakan berinteraksi dan berkomunikasi secara terbuka dan di sesuaikan dengan perkembangan pola pikir dan pola hati mereka, saya dan mami membimbing mereka. Untuk urusan kenakalan remaja tentu saya lebih banyak pengalaman dibanding maminya yang memang anak baik2.

Namun dari pengalaman mami saya belajar cara untuk membimbing dan mendidiknya agar tidak lebih parah dari daddynya.

Setiap cara bimbing dan didik orang tua pasti berbeda satu sama lainnya. Karena hal inilah saya mengkombinasikanya dalam menerapkan hal2 positif dari keluarga dan didikan orang tua kami dulu kepada cici dan boy agar mereka tidak salah arah.

Dalam hal kenakalan remaja ini, saya belajar dari pengalaman saya pribadi dan si mami dulu saat masih jadi ABG. Beberapa hal penting yang rasanya perlu di lakukan oleh orang tua menurut saya dan ayng saya lakukan adalah:

1. Belajar karakter anak

Setiap anak tentu berbeda karakternya satu sama lain. Kita bisa mengerti karakter anak dari banyaknya interaksi dan komunikasi kita dengan mereka.

Dari karakter ini kita bisa mengerti kapan saatnya membahas atau membicarakan hal2 yang penting, seperti seks salah satunya. Karena dari karakter ini kita tahu perkembagnan pola pikir dan pola hati mereka.

2. Jangan percaya anak 100%

Yup...selama anak dalam asuhan kita, kita tidak bisa percaya anak kita 100%. Terdengar extreme yah?? Hhmm memang sih, tapi kepercayaan yang kita berikan harus setahap demi setahap tergantung dari penilaian kita terhadap karakter buah hati kita.

3. Mengenal teman2 mereka

Teman adalah cermin dari anak kita saat mereka di luar. Anak2 yang bandel tentu tidak mau bergaul atau berteman dengan anak2 yang geek kan??

Nah dari teman inilah kita bisa belajar mengenai buah hati kita. Bila kita suda hmenyadari kalau teman mereka kurang baik saat mereka kecil, tentunya lebih mudah untuk kita bisa mengarahkan dan membimbing mereka ke depannya.

4. Cek buku, tas dan kamar

Hhhmmm suka gak suka, sebagai orang tua harus mau repot dan rajin jadi detektif. Sedari kecil saya dan mami selalu membuka tas cici dan boy untuk memeriksa apa ada surat atau pengumuman penting dari sekolah atau juga pr dari guru2 mereka. Membantu mereka membereskan lemari mereka atau tempat buku mereka.

Atau juga membaca buku2 pelajaran mereka. Kalau kita sudah terbiasa melakukan ini dari kecil dan konsisten, otomatis mereka saat remaja tidak akan berpikiran kalau kita lagi menyelidiki mereka...walau sebenarnya kita lagi mengawasi mereka secara diam2 untuk kebaikan bersama.

Salah satu hal penting disini, jangan kasih mereka kamar yang ada kuncinya...sehingga kapan saja kita bisa masuk dan melihatnya.

5. Sosmed

Saat mereka lagi di sosmed, amati bagaimana mereka melakukannya, siapa yang berkomunikasi dengan mereka atau apa yang mereka bahas. Penggunaan laptop, komputer dan handphone harus di ruang keluarga sehingga memudahkan kita untuk mengawasinya pula.

Untuk bisa mendapat anak yang baik, pintar, bijak dan sukses tentu ORANG TUA'nya dulu yang harus bisa baik, pintar, bjiak dan sukses dulu.

Inilah moto saya dan mami...jadi kitalah yang harus bisa dan mau membantu buah hati kita untuk mencapai apa yang kita harapkan kepada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun