Saya yakin semua orang tua pasti pernah menghukum anaknya, cuma kadarnya saja yang berbeda antar satu sama lainnya. Menghukum di sini dalam arti hukuman fisik lho karena kalau cuma ngoceh saja itu mah bisa dimaklumi, apalagi yang namanya para ibu yang rajin "bernyanyi" ria terhadap anak dan suaminya (hehehehe sori ibu2).
Di NZ ada peraturan yang melarang hukuman fisik kepada anak2. Sangsi yang melanggarnya adalah menginap gratis di hotel khusus yang serba lengkap pengawasan dan penjagaannya, tergantung kasusnya untuk tahu soal berapa lamanya. Kasus ini cukup ramai di bicarakan saat pemerintah mengesahkan peraturan ini, karena kalau tidak salah perselisihannya hanya 1 suara antara yang mendukung dan oposisi dari peraturan ini saat votingnya.
Sebenarnya perlukah menghukum anak secara fisik?? Sebelum saya menjawab pertanyaan ini, saya jelaskan terlebih dahulu opini dan pengalaman saya dalam membimbing dan mendidik cici dan boy. Semenjak cici dan boy kecil kami termasuk orang tua yang fun, demokrasi, mau bekerja sama serta mau mendengar dalam hal membimbing dan mendidik mereka. Disiplin dan keras juga termasuk dalam daftar kami untuk bisa membentuk karakter dan kepribadian mereka.
Keras bukan berarti ringan tangan, namun yang pasti bisa dikatakan ringan mulut. Menghukum fisik kepada cici dan boy tentu saja kami lakukan. Kenapa bisa kami lakukan?? Tentu saja karena mereka tidak mendengar apa yang kami katakan kepada mereka, tapi itu dulu di saat mereka masih kecil. Saat ini cici sudah berumur 13 dan boy 8 tahun (bulan December ini), hukuman fisik kepada mereka tentu berkurang jauh. Kami memberikan hukuman fisik kepada mereka agar mereka tahu kalau mereka harus mendengar apa yang kami katakan dan kalau tidak mereka akan mendapatkan konsekuensinya. Maka saat ini, kami jauh lebih mudah mengatur mereka karena mereka sudah mengerti apa yang kami katakan kepada mereka.
"Ayo belajar" perintah saya kepada mereka umumnya setiap jam 6 setelah kita makan malam. Tentu saja biasanya mereka mengulur2 waktu dan tidak melakukannya langsung. 5 menit kemudian sudah pasti suara semakin meninggi. "Daddy count yahhhh....1....."sembari mengamati reaksi mereka, kalau belum bergerak juga tentu saja hitungannya menjadi 2. Setiap kami mulai menghitung 1 dan 2 saja (tanpa ke 3'nya karena batasannya sampai 3 saja untuk mereka mau mendengar sebelum kami memberi konsekuensinya) mereka sudah langsung bergerak dan menjalankan perintah kami.
Dengan memberikan hukuman fisik ini, mereka tahu kalau dalam realita kehidupan mereka juga akan mendapatkan suatu hukuman di saat mereka melanggarnya. Sebuah sentilan tentu tidak ada artinya bila dibandingkan tidak ada kerja dan tidak bisa membiayai kehidupan keluarga mereka nantinya bukan (karena melanggar peraturan kerja atau tidak bisa bekerja misalnya)?? Sebuah sentilan rasanya lebih baik dibanding di kucilkan dalam masyarakat karena melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat.
"Nanti mami sentihh yahh" kata si cici kepada teddy bearnya saat dia masih berusia 3 tahun dulu. Yup bisa dimaklumilah karena memang itulah yang sering di katakan si mami maupun saya untuk mengingatkan konsekuensi yang akan dia terima kalau melanggar peraturan kami. Tentu saja menyentil paha , lengan dan pantat adalah bagian yang biasanya kami berikan hukuman kepada cici dan boy. Karena bagian ini tentu tidak membahayakan mereka. Dan menurut kami, menyentil adalah hukuman fisik teringan yang bisa diberikan kepada anak.
Tentu saja bukan hukuman fisiknya saja yang membentuk karakter mereka untuk selalu berjalan di jalur hukum (peraturan yang kami buat tentu saja merupakan peraturan/hukum yang harus di lakukan oleh semua anggota keluarga), tetapi kami juga menyeimbanginya dengan berkomunikasi dan memberi penjelasan kepada mereka mengenai kenapa mereka mendapatkan hukuman dari perbuatan mereka (bisa baca di sini dan di sini mengenai kebiasaan yang kami terapkan dalam keluarga kami).
Dengan membaca penjelasan saya, tentu bisa diambil kesimpulan kalau kami setuju dengan perlunya hukuman fisik kepada anak...namun yang terpenting adalah menyampaikan pesan kepada mereka sebabnya mereka mendapatkan hukuman dan bagaimana memperbaikinya sikap dan kelakuan mereka (attitude dan behaviour).
Jadi yang perlu diingat sebelum saya dan mami memberi hukuman kepada cici dan boy, kami perlu memperhatikan beberapa hal:
1. Membuat suatu disiplin atau peraturan untuk mereka. Sehingga mereka tahu apa yang kami harapkan kepada mereka dengan adanya peraturan tersebut. Hal ini tentu harus di tunjang dengan adanya komunikasi dengan mereka.
2. Beri kesempatan mereka untuk merespon aba2 atau perintah yang kita ingin mereka lakukan sebelum memberi hukuman kepada bauh hati kita.
3. Memikirkan hukuman fisik teringan dan di bagian mana yang paling aman memberi hukuman kepada mereka.Karena sebenarnya hukuman fisik bukan untuk menyakiti tapi hanya mengingatkan kalau mereka mendapat sebuah hukuman atas pelanggaran dari apa yang mereka lakukan.
4. Bicarakan atau beri penjelasan lagi kepada mereka kenapa tadi kita memberi hukuman kepada mereka. Sehingga mereka bisa dapat mengetahui alasan mereka mendapat hukuman tersebut dan bimbing mereka bagaimana untuk menghindari lagi agar mereka tidak mendapat hukuman sejenis nantinya atau yang membuat kelakuan dan sikap mereka menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H