Mohon tunggu...
Marchella Aryanti Safitri
Marchella Aryanti Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - Ilmu Komunikasi - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Politik

Emergency Republik Indonesia!

21 Agustus 2024   19:49 Diperbarui: 22 Agustus 2024   15:06 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat ini, Indonesia sedang menghadapi momen penting dalam sejarah demokratisasi, yaitu Pemilihan Umum (Pilkada) 2024. Berbagai peristiwa dan keputusan yang diambil oleh lembaga-lembaga pemerintahan dan peradilan telah menciptakan suasana yang sangat dinamis dan penuh dengan tantangan. Dalam konteks ini, peringatan darurat dan kawal keputusan Mahkamah Agung (MA) menjadi sangat relevan untuk memastikan proses demokratisasi berjalan dengan adil dan transparan.

Kontroversi Pilkada 2024

Pilkada 2024 diwarnai oleh berbagai kontroversi yang berpotensi mempengaruhi hasil pemilihan. Salah satu contoh adalah putusan Mahkamah Agung Nomor 90 yang menimbulkan perdebatan luas. 

Di lansir menurut empat hakim konstitusi berbeda pendapat, sedangkan dua hakim lainnya menyetujui syarat pencalonan presiden dan wakil presiden. Kontroversi ini tidak hanya terbatas pada isu hukum, tetapi juga melibatkan aspek politik yang kompleks.

Ketua Mahkamah Agung menekankan pentingnya netralitas dan menghindari konflik kepentingan, karena MA adalah tumpuan terakhir saat terjadi sengketa dan pelanggaran yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilu. Peringatan ini sangat penting untuk menjaga integritas proses demokratisasi dan mencegah polarisasi opini yang dapat memecah masyarakat.

Namun, di balik peringatan darurat dan kawal keputusan MA, ada isu yang lebih dalam yang perlu diperhatikan. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meluncurkan politik dinasti yang berpotensi mengancam demokrasi Indonesia. Jokowi telah menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mungkin akan melanjutkan kekuasaan melalui putra-putrinya, yang dapat mengarah pada sistem politik yang tidak demokratis. Ini adalah tantangan besar bagi demokrasi Indonesia, karena dapat memicu sikap permusuhan, intoleransi, dan ketidakadilan dalam pemilihan.

Apa yang bisa kita lakukan sebagai Masyarakat untuk menanggapi persoalan tersebut?

  • Pengawasan Media Sosial: Masyarakat harus lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi informasi di media sosial, karena kampanye hitam dan negatif sering digunakan untuk memecah masyarakat.
  • Partisipasi Aktif: Generasi muda harus lebih aktif dalam mempertahankan hak suara dan memastikan bahwa suara mereka didengar dalam pemilu. Mereka memiliki peran penting dalam menyokong keberhasilan Pemilu dan mempengaruhi kebijakan pemerintah.
  • Pengawasan Lembaga Peradilan: Masyarakat harus memantau kegiatan lembaga peradilan, terutama Mahkamah Agung, untuk memastikan bahwa mereka tetap netral dan tidak memihak dalam proses pemilihan.
  • Edukasi: Pendidikan politik dan edukasi tentang demokrasi harus ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya proses demokratisasi yang adil dan transparan.

Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat lebih aware dan membuka mata bahwa dunia politik sedang tidak baik-baik saja. Dengan pengawasan yang lebih ketat dan partisipasi aktif, masyarakat dapat mencegah politik dinasti dan memastikan bahwa demokrasi Indonesia tetap kuat dan berkelanjutan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun