Dampaknya dapat merusak reputasi seseorang dan berujung pada penyalahgunaan untuk tujuan kriminal seperti penipuan dan pemerasan. Selain itu, deepfake juga dapat ditujukan untuk meratas sistem keamanan menggunakan teknologi pengenalan wajah dan suara.Â
- Privasi yang Rentan
Deepfake merupakan ancaman besar karena menawarkan kemungkinan rekaman vidio dan audio palsu yang menunjukkan seseorang berada dalam situasi yang sebenarnya tidak terjadi. Hal ini dapat merugikan individu baik secara pribadi maupun profesional serta meningkatkan risiko manipulasi dan pelecehan.
- Â Implikasi terhadap gambar dan hak cipta
Deepfake dapat merusak citra  dan reputasi seseorang. Konten yang menggambarkan orang-orang dalam situasi atau perilaku yang tidak pantas dapat berdampak signifikan terhadap persepsi masyarakat terhadap orang tersebut.
- Etika dan Kontroversi
Kontroversi dan tantangan etika muncul seiring penggunaan deepfake yang tidak etis. Hal ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap informasi dan media, serta menimbulkan masalah hukum dan regulasi terkait privasi dan keamanan. Penggunaan teknologi ini secara tidak benar dapat menciptakan kerentanan terhadap dampak sosial dan kebijakan yang mungkin merugikan.
Contoh kasus deepfake yang terbublikasikan tahun 2024
- Krisis pornografi deepfake di korea selatan
Dilansir dari KOMPAS.com - Penyebaran konten pornografi deepfake melalui aplikasi Telegram sedang menjadi persoalan serius di Korea Selatan belakangan ini. Dikutip dari NPR, dalam tujuh bulan pertama 2024, polisi telah menerima 297 laporan kasus pelanggaran pornografi deepfake. Angka tersebut naik hampir dua kali lipat dari 2021, saat pertama kali kasus deepfake dilaporkan. Korban pornografi deepfake menyasar berbagai kalangan, mulai dari siswa sekolah, guru, mahasiswa, bahkan jurnalis perempuan.
- Presiden jokowi berpidato menggunakan bahasa mandarin menjelang pemilu 2024
Dilansir Liputan6.com, Jakarta - Media sosial ramai dengan sebuah video yang memperlihatkan Presiden Joko Widodo alias Jokowi berpidato dengan bahasa Mandarin. Dalam video tersebut seolah Jokowi begitu fasih berbahasa Mandarin.
Namun, informasi ini segera ditanggapi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Melalui keterangan pers yang diterima Tekno Liputan6.com, Kamis (26/10/2023), video Presiden Jokowi tengah berpidato dalam bahasa Mandarin itu adalah disinformasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H