Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman baik saya yang meninggal dunia dalam kecelakaan motor yang menimpanya di awal tahun 2009 lalu.
Mau aman? Pakai helm!
Sebuah slogan yang sangat menggampangkan saya kira. Betapa tidak, berapa ratus nyawa pengendara bermotor yang hilang setiap tahunnya dalam sebuah kecelakaan lalu lintas walaupun mereka sudah mengenakan helm sekalipun?
Suatu pagi (kurang lebih jam 04.30 WIB), Joko (red. bukan nama yang sebenarnya) ditelpon oleh Ali temannya. Dalam keadaan masih mengantuk, Joko mengangkat telpon darinya dan bertanya kepadanya:
Joko: "Kenapa Li?"
Ali: "Ini Ko, temen kita si Irwan meninggal dunia!"
Joko: "Ah, becanda lo Li! Baru minggu lalu gua telpon-telponan sama dia dan dia sehat-sehat aja!"
Ali: "Iya, kemarin malam dia terjatuh dari motornya dan meninggal. Gua juga baru tahu beritanya hari ini
dari si Ira tetangganya yang teman kita juga. Mayatnya sudah ada di rumahnya sekarang dan akan
dikuburkan nanti siang."
Joko: "Ya Allah, ya udah kalau begitu kita ketemu di rumah Irwan secepatnya Li!"
Maka secepatnya Joko berpakaian dan meminta ijin ke Isteri-nya untuk pergi ke rumah Alm. Irwan. Sesampainya disana sudah tampak beberapa kawan dekatnya. Ia bertemu dengan Ali yang tiba lebih dulu.
Joko: "Kejadiannya bagaimana Li?"
Ali: "Begini, waktu Irwan mau pulang kerja, hujan turun gede banget. Terpaksa dia menunggu sampai agak
redaan, nah redanya kan sampai malam tuh. Setelah agak reda dia pulang naik motornya. Dia milih
jalur lewat arah kelapa gading karena kantornya kan di Sunter. Nah di deket Rukan Artha Gading itu
kan ada puteran, kemungkinan dia lupa kalau pas diputeran itu ada lubang besar dalem banget di
tengah jalannya. Dia jatuh disitu!"
Joko: "Jatuh aja kok bisa kayak begitu? Ketabrak juga kali?"
Ali: "Bisa jadi ketabrak sih Ko, soalnya kan jalanan sudah gelap dan sepi. Tapi anehnya dia pakai helm
bagus!"
Joko: "Li helm itu buat melindungi kepala doang. Lha badannya apa yang melindungi?"
Ali: "Iya sih. Tapi beritanya sih dia itu sebenarnya masih bernafas pada saat itu!"
Joko: "Nah lo! Terus kok nggak ketolong Li?"
Ali: "Iya, para penolongnya pada saat itu sudah mencoba memasukkannya ke Rumah Sakit (RS) swasta
yang ada di Kelapa Gading pada saat itu. Tapi mereka kesulitan karena untuk masuk ke ruang UGD,
harus ada jaminan dari perusahaannya atau uang muka sejumlah 20 juta rupiah. Lo tahu sendiri, si
Irwan kan belum jadi karyawan dan uang segitu banyak bagaimana cara nyarinya malem-malem!"
Joko: "Parah banget yah Li!"
Joko dan Ali mengakhiri percakapan mereka karena pada saat itu terdengar keras isak tangis dari Janda Alm. Irwan yang sedang menangisi jenasah suaminya yang sebentar lagi akan memberinya seorang anak. Satu minggu kemudian Ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H