Kanisius, salah satu sekolah menengah ternama di Jakarta, telah melahirkan banyak pemimpin, intelektual, dan tokoh berpengaruh di Indonesia. Dikenal karena disiplin akademik dan moralnya, lembaga pendidikan yang didirikan oleh para imam Yesuit ini memiliki sejarah panjang dalam membentuk generasi muda dengan semangat cura personalis---prinsip pendidikan yang menekankan perhatian penuh pada pengembangan keseluruhan pribadi siswa, baik secara intelektual, emosional, maupun spiritual. Pandangan saya mengenai Kolese Kanisius, baik dari perspektif masa lalu, masa kini, maupun masa depan, melihat sekolah ini bukan hanya sebagai institusi pendidikan biasa, tetapi sebagai salah satu pilar penting dalam pembentukan karakter bangsa.Â
KoleseWarisan Pembentukan Karakter
Pada masa lalu, Kolese Kanisius memiliki reputasi sebagai sekolah yang sangat ketat dalam mendidik murid-muridnya. Saya teringat cerita dari alumni lama yang menggambarkan betapa disiplinnya kehidupan sehari-hari di sana. Di samping tuntutan akademik yang tinggi, setiap murid juga diwajibkan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas ekstra kurikuler, mulai dari olahraga hingga karya sosial. Filosofi pendidikan Yesuit yang menekankan pada formasi total---akademik, spiritual, moral, dan fisik---diyakini sebagai formula sukses dalam membentuk karakter pemimpin yang tangguh dan berintegritas. Alumni-alumni yang muncul dari era tersebut menjadi bukti nyata keberhasilan pendekatan ini, dengan tokoh-tokoh seperti Gubernur DKI Jakarta yang baru, Heru Budi Hartono, dan mantan Menteri Keuangan, Frans Seda.
Namun, bagi sebagian orang, pendekatan yang sangat disiplin ini terasa kaku dan konservatif. Mereka merasa bahwa metode ini menuntut keseragaman dan kurang memberikan ruang bagi kebebasan berpikir yang kreatif. Meskipun begitu, kita tidak bisa menampik bahwa alumni dari masa tersebut membuktikan kapasitas intelektual dan etos kerja yang sangat tinggi, di mana mereka terbiasa dengan tuntutan untuk selalu berusaha mencapai yang terbaik dalam berbagai bidang.
Adaptasi di Era Modern
Menghadapi tantangan zaman yang berbeda, Kolese Kanisius telah beradaptasi. Di era digital dan globalisasi ini, tantangan bagi sekolah adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan untuk berkembang dan tetap relevan. Dari beberapa interaksi saya dengan siswa maupun guru di era sekarang, terlihat bahwa Kanisius kini lebih terbuka terhadap inovasi dan perkembangan teknologi, dengan tetap mempertahankan inti dari pendidikan Yesuit. Siswa saat ini tidak hanya dipersiapkan untuk unggul dalam pelajaran akademik, tetapi juga didorong untuk berpikir kritis, kreatif, dan memiliki kesadaran sosial yang lebih besar.
Namun, seperti banyak institusi pendidikan lain, tantangan Kanisius kini terletak pada bagaimana tetap memegang teguh nilai-nilai tradisional dalam lingkungan yang semakin cepat berubah. Kehadiran media sosial, gawai, dan arus informasi yang tak terbendung memberikan tantangan baru dalam menjaga fokus siswa terhadap pengembangan karakter. Akan tetapi, dari pengalaman melihat langsung bagaimana Kanisius merespon perubahan, terlihat bahwa sekolah ini terus berusaha menjaga keseimbangan antara disiplin klasik dan inovasi modern.
Masa Depan Pendidikan di Kolese Kanisius
Ke depan, saya percaya Kolese Kanisius akan tetap menjadi lembaga pendidikan unggulan, namun dengan beberapa syarat. Pertama, sekolah harus terus memperbarui kurikulumnya sesuai dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi dari misi pendidikan Yesuit. Kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan big data, misalnya, perlu mulai diperkenalkan kepada siswa sebagai bagian dari kurikulum mereka, karena inilah realitas yang akan mereka hadapi di dunia kerja nanti. Namun, di sisi lain, pendidikan karakter---termasuk pengembangan empati, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial---harus tetap menjadi landasan kuat yang tidak boleh dilupakan.
Kedua, saya melihat pentingnya untuk Kolese Kanisius lebih memperluas akses kepada siswa dari berbagai latar belakang sosial ekonomi. Selama ini, salah satu kritik yang sering diarahkan ke sekolah-sekolah elit seperti Kanisius adalah bahwa mereka cenderung mencerminkan keistimewaan kelas menengah atas. Dengan memperluas kesempatan bagi siswa yang mungkin tidak memiliki akses finansial yang besar, namun memiliki potensi akademik, Kanisius bisa benar-benar menjadi tempat pengembangan potensi anak-anak terbaik bangsa dari berbagai lapisan masyarakat.
Kolese Kanisius, baik dahulu, kini, maupun nanti, tetap memegang peran penting dalam pengembangan karakter anak muda Indonesia. Meskipun tantangan di setiap era berbeda-beda, fondasi pendidikan yang kuat, berakar pada nilai-nilai moral dan intelektual yang tinggi, membuat sekolah ini mampu bertahan dan terus relevan. Dengan terus beradaptasi terhadap perubahan zaman dan tetap menjaga komitmen pada cura personalis, saya yakin Kolese Kanisius akan terus menjadi salah satu lembaga pendidikan yang diandalkan dalam membentuk pemimpin masa depan. Tantangannya kini terletak pada bagaimana merespons perkembangan teknologi dan sosial tanpa kehilangan jati diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H