1. Arus Modal: Investor global mungkin mengalihkan dana dari pasar yang dianggap berisiko ke aset yang lebih aman. Ini bisa memengaruhi aliran modal masuk dan keluar dari negara-negara tertentu. Sehingga, membuat pasar modal kurang diminati dalam keadaan seperti ini.
2. Obligasi Pemerintah: Selama masa ketidakpastian, obligasi pemerintah dari negara-negara dengan ekonomi kuat dan stabil sering kali menjadi pilihan investasi dan juga karena obligasi pemerintah merupakan aset yang memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen investasi, seperti saham. Ini juga dapat menyebabkan penurunan yield obligasi tersebut karena peningkatan permintaan.
3. Asuransi Risiko: Permintaan untuk instrumen keuangan yang menawarkan perlindungan terhadap risiko, seperti credit default swaps (CDS), bisa meningkat selama konflik. Ini mencerminkan keinginan investor untuk melindungi diri dari potensi kerugian.
Kesimpulan
Perang antara Israel dan Hamas memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar keuangan global. Mulai dari volatilitas yang terjadi di pasar saham hingga fluktuasi nilai tukar mata uang dan kenaikan harga komoditas, investor harus waspada terhadap dinamika yang ditimbulkan oleh konflik ini. Mengelola portofolio dan memilih aset yang tepat dengan mempertimbangkan risiko geopolitik menjadi semakin penting dalam lingkungan investasi yang tidak menentu. Sebagai bagian dari strategi manajemen risiko, diversifikasi aset dan beralih ke instrumen investasi yang dikenal sebagai "safe haven" merupakan suatu langkah yang bijak selama masa ketegangan geopolitik yang tidak menentu.