Mohon tunggu...
Marcellino Ryan Aminulloh
Marcellino Ryan Aminulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa program studi Psikologi di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beauty Privilege, Urusan Lancar Milik Si Good Looking

6 Juni 2022   08:10 Diperbarui: 6 Juni 2022   09:50 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ZAMAN yang terus berkembang memunculkan berbagai fenomena unik di dalamnya. Fenomena unik yang baru-baru ini membuat geger seluruh jagat media sosial beberapa saat lalu ialah tentang beauty privilege atau perlakuan istimewa yang kembali didapatkan oleh orang rupawan yang biasa disebut netizen sebagai kaum good looking.  

Perlakuan istimewa tersebut terkadang sudah menjadi hal yang umum dilakukan oleh masyarakat kepada orang-orang yang memang memiliki rupa yang menawan baik itu publik figur ataupun tidak.

Seseorang yang katanya masuk kedalam kategori good looking ini tidak hanya akan memiliki perlakuan istimewa saat membutuhkan suatu hal saja, melainkan juga tidak menutup kemungkinan akan dibela atau dimaklumi jika si good looking melakukan sebuah kesalahan. 

Hal tersebut dapat terlihat dari kasus yang sempat ramai diperbincangkan yaitu seorang aktor yang melakukan perbuatan yang menyimpang yakni mengonsumsi narkoba, malah mendapatkan pembelaan dari netizen karena aktor tersebut tergolong dalam kaum good looking. 

Hal ini berbanding terbalik dengan kasus seorang youtuber yang juga terjerat kasus narkoba dan dihujat oleh netizen habis-habisan karena tidak masuk dalam standar good looking yang telah ada.

Umumnya, standar perlakuan istimewa di Indonesia ini haruslah orang yang rupawan, berkulit putih, mulus, bersih, dan memiliki postur tubuh yang ideal. Orang yang good looking akan dipandang sebagai orang yang intelektual, berwawasan, profesional, dan lebih produktif dibandingkan orang yang tidak termasuk dalam kategori good looking. 

Padahal, sangat tidak tentu si good looking akan lebih baik dibandingkan yang tidak good looking. Namun realitanya stigma ini telah menjamur ke seluruh masyarakat di Indonesia hingga dijadikan hal yang wajar. 

Stigma ini juga tidak jarang didukung oleh media-media massa yang juga kerap kali menyuguhkan tayangan maupun iklan-klan dengan beauty standard tertentu yang semakin menguatkan tolok ukur standar kecantikan dan ketampanan di Indonesia.

Perlakuan istimewa ini, biasanya ada ketika menjumpai seseorang yang menarik secara fisiknya padahal belum mengenalnya secara intens atau pribadi dan juga biasanya ditujukan kepada lawan jenisnya. 

Menurut psikologi sosial hal tersebut dapat memunculkan suatu bias sosial bagi si good looking. Bias yang pertama, orang akan lebih memilih untuk bersama orang yang berpenampilan menarik karena menurut penelitian, seseorang lebih menyukai karakteristik yang bisa memuaskan motif interpersonalnya. 

Bias kedua adalah masyarakat terlalu menyamaratakan segala sesuatu dari penampilan dan menganggap bahwa orang yang good looking juga memiliki kepribadian yang menarik juga atau hal ini disebut sebagai what-is-beautiful-is-good-stereotype (penampilan menarik pasti akan memiliki stereotip yang baik) (Dion et al., 1972). 

Bias ketiga yakni ketertarikan seseorang secara fisik ini dihubungkan dengan tingkat lebih tinggi dari kemampuan sosial yang menunjukkan bahwa mengapa orang yang good looking mendapatkan respons positif dari orang lain. 

Bias selanjutnya adalah orang yang memiliki penampilan fisik menarik (good looking) akan mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan orang yang memang memiliki penampilan fisik yang sempurna (sehat). 

Orang yang good looking akan sangat jarang merasakan kesepian dalam hidupnya, menjadi lebih populer/terkenal, jarang sekali ragu/gugup dalam menghadapi lawan jenisnya,  mungkin saja lebih berpengalaman secara seksual, serta memiliki kemampuan sosial yang baik. 

Orang yang good looking ini juga akan lebih percaya diri saat berada di lingkungan sosial. Pada dunia kerja pun malah akan semakin terasa perlakuan istimewa orang yang good looking. 

Mereka biasanya akan diberikan kemudahan untuk mendapatkan kerja, lebih terlihat kompeten dan profesional, serta lebih dihargai oleh orang lain. Dalam dunia pendidikan saja stigma ini masih merajalela. 

Hal ini dibuktikan dari jurnal Blinded by Beauty: Attractiveness Bias and Accurate Perception of Academic Performance yang menjelaskan bahwa orang yang memiliki penampilan menarik biasanya prestasinya cukup banyak, sehingga guru akan lebih menjunjung siswa tersebut dibanding lainnya.

Akan tetapi, beauty standard yang telah menjadi stigma di masyarakat untuk menentukkan seseorang itu good looking atau bukan ini tidak selamanya berdampak positif. 

Mereka yang sudah merasa masuk dalam kategori good looking tidak menutup kemungkinan akan merasa tertekan untuk selalu menjaga penampilan fisiknya dan takut akan dijauhi oleh lingkungan jika fisiknya berubah. 

Hal tersebutlah yang akan menimbulkan dampak yang tidak sehat bagi individu, misalnya seorang pria akan menggunakan steroid untuk membentuk dan menambah massa ototnya sehingga tubuhnya lebih menarik. Untuk perempuan juga biasanya akan melakukan cara apapun asal tubuhnya tetap ideal dan langsing demi menunjang penampilannya.

Menjadi orang yang termasuk dalam good looking bukanlah salah mereka jika mendapatkan perlakuan istimewa dari masyarakat. Menjadi orang yang good looking juga masih terdapat dampak positif dan negatif dalam kehidupannya. Marilah kita bersyukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan pada diri masing-masing. 

Lalu, akankah orang yang tergolong good looking ini akan selalu lancar dalam segala urusannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kembali lagi kepada pribadi setiap individu dalam menentukkan apa yang seharusnya ia lakukan. 

Sudah seharusnya fenomena ini dijadikan sebuah pembelajaran dan introspeksi secara bersama untuk selalu objektif dalam menilai sesuatu, meskipun hal ini masih sangat sulit karena adanya dorongan dalam diri individu untuk menilai penampilan dari orang lain. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun