Mohon tunggu...
Marcelline Vania
Marcelline Vania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selamat Membaca!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

W3C sebagai Pedoman Gaya Penulisan

18 September 2020   21:47 Diperbarui: 19 September 2020   10:47 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Creative Commons License 

Ikon lisensi yang ada ditautkan dalam sebuah konten menurut Blakesley dan Hoogeveen (2011, h. 362) merupakan suatu petunjuk bahwa orang lain diijinkan untuk menggunakan konten tersebut dengan catatan tetap menkreditkan atau memberikan sumber dari mana konten tersebut berasal. Sehingga, anda tidak dituduh sebagai plagiat atau pencuri konten milik orang lain. Hal ini juga sebagai ungkapan terima kasih kepada pemilik konten karena sudah diijinkan untuk menggunakan kontennya.

Hak Cipta saat Melampirkan Gambar 

Anda sebagai penulis harus memerhatikan bahwa meskipun ijin atas hak cipta tidak diperlukan, namun Blakesley dan Hoogeven (2011, h. 363) mengatakan bahwa dari mana sumber konten tersebut didapatkan tetap harus dicantumkan di dalam konten tersebut. Anda harus menyantumkan sumber dengan benar. Apabila konten tersebut berupa teks atau penulisan, anda bisa memberikan bodynote yang diletakkan setelah kalimat yang anda kutip. Apabila anda menggunakan gambar orang lain di web, cantumkan juga sumber konten tersebut di samping atau di bawah gambar.

Kemungkinan yang Dialami Penikmat Konten

Terdapat berbagai kemungkinan yang diungkapkan oleh Blakesley dan Hoogeveen (2011, h. 365) mengenai apa yang dirasakan oleh penikmat konten. Anda sebagai pembuat konten digital harus memerhatikan berbagai hal berikut:

  1. Mereka mungkin tidak dapat melihat, mendengar, atau bergerak atau mungkin tidak dapat memroses beberapa jenis informasi dengan mudah atau sama sekali.
  2. Mereka mungkin mengalami kesulitan membaca atau memahami teks.
  3. Mereka mungkin tidak memiliki atau tidak dapat menggunakan keyboard atau mouse.
  4. Mereka mungkin memiliki layar hanya teks, layar kecil, atau bahkan koneksi internet lambat.
  5. Mereka mungkin tidak dapat berbicara atau memahami bahasa yang digunakan dalam tulisan dokumen tersebut dengan lancar
  6. Mereka mungkin berada dalam situasi di mana mata, telinga, atau tangan mereka sibuk atau terganggu (misalnya, mengemudi ke tempat kerja atau bekerja di lingkungan yang bising).
  7. Mereka mungkin memiliki versi browser yang berbeda dengan versi browser yang anda miliki

Prinsip Aksesibilitas Prioritas Pertama W3C

Berbagai pedoman dan kemungkinan sudah disampaikan di atas. Hal terakhir yang perlu anda perhatikan dalam membuat konten digital adalah prinsip aksesibilitas yang disampaikan oleh Blakesley dan Hoogeveen (2011, h. 366) sebagai berikut:

  1. Berikan alternatif yang setara untuk konten pendengaran dan visual.
  2. Jangan hanya mengandalkan warna.
  3. Gunakan markup dan style sheets dan lakukan dengan benar.
  4. Memperjelas penggunaan bahasa alami.
  5. Buat tabel yang menarik
  6. Pastikan halaman menampilkan desain yang menarik
  7. Pastikan kontrol pengguna atas perubahan konten yang sensitif terhadap waktu.
  8. Pastikan aksesibilitas langsung dari antarmuka pengguna.
  9. Desain untuk kemandirian perangkat.
  10. Gunakan solusi sementara.
  11. Gunakan teknologi dan pedoman W3C.
  12. Berikan informasi konteks dan orientasi.
  13. Menyediakan mekanisme navigasi yang jelas.
  14. Pastikan dokumen jelas dan sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun