Mohon tunggu...
Marcel Hayon
Marcel Hayon Mohon Tunggu... lainnya -

Dengan segala keterbatasanku,hanya mau memaksimalkan kemampuanku.. Dan ketika kau bermasalah dengan itu, itu bukan persoalanku,karena itu berarti ada yang salah Denganmu!!!.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjerat Cinta Bias

10 Juli 2013   04:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:46 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya : http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/07/09/sepenggal-perjalanan-hidup-574809.html

Otakku tak mau berhenti memikirkan Mario. Entah dia dimana, entah sedang apa, entah bagaimana, bahkan aku tak tahu dia siapa. Lucu memang. Semuanya samar, tapi pikiranku tak dapat memanipulasi hatiku. Aku penasaran dengannya.

Seiring berlalunya waktu, rasa penasaranku hanya bisa ku pendam saja. Kegiatan sehari-hariku berjalan seperti biasanya. Mengajar les, menjalankan roda organisasi, berdiskusi, bersosialisasi di dunia maya, tak ada yang berubah.

Suatu ketika setelah hampir seminggu usai acara itu, ketika aku sedang bermain-main di salah satu jejaring sosial, facebook, aku melihat Romi komentar pada salah satu foto yang ditandai oleh... Mario! Ingin loncat saja rasanya dari tempatku duduk. Ah bodohnya aku. Kenapa dari kemarin tak ku tanya saja tentang Mario kepada Romi, mereka kan satu kontingen, tak mungkin tak saling kenal. Apalagi melihat keakraban mereka ketika makan malam hari itu, seharusnya aku berpikir, tak mungkin Romi tak berteman di facebook, tak mungkin juga Romi tak punya nomor hpnya Mario, jela-jelas dia pernah menelpon Mario di depanku.

Ku klik profil Mario, muncullah halamannya. Aku takut salah orang, aku takut ini bukan Mario yang aku maksud. Aku baca detail tentangnya. Ku perhatikan foto profilnya. Ini foto di salah satu kegiatan kami di Jakarta. Berarti benar! Ini Mario yang aku maksud.

Lanjut ku baca informasi mengenainya. Ah sayang dia tak mencantumkan nomor kontaknya. Akupun membaca bahwa dia mencantumkan seseorang sebagai pasangannya. Mengecewakan, ternyata dia sudah mempunyai kekasih. Tapi tak apa, pikirku, aku berteman saja dengannya dulu di dunia maya. Lalu tak pikir panjang, ku kirimkan saja permintaan pertemanan dengannya. Padahal sebelumnya, aku tak pernah meminta pertemanan pada orang lain selain teman-teman yang memang aku kenal duluan di dunia nyata.

Tak berapa lama kemudian Mario menerima pertemananku. Aku kegirangan, tapi tetap berusaha tenang. Tak pernah ku sapa dia di percakapan walau aku tahu dia sedang buka Facebook juga.

Sering kulihat-lihat halamannya, memperhatikan apa yang dia tulis, apa yang sering dia komentari, atau bagaimana dia berkomunikasi dengan teman-temannya. Semuanya menarik bagiku. Ku cek foto profilnya satu persatu. Dia memang keren!!!, pikirku.

Ada yang menyita perhatianku di halamannya. Pesan dinding dari gadis-gadis! Aiiihhh, cap playboy langsung menempel atas namanya. Panggilan-panggilan sayang terhadap gadis-gadis, dia dipanggil sayang oleh gadis-gadis. Ada yang marah-marah karena merasa dikecewakan, dan lain-lain. Kecewa, tapi makin penasaran akan dia.

"Mario, Mario, Mario...," gumamku sambil menarik napas dalam-dalam. Tak salah memang gadis-gadis itu begitu menggilaimu. Kamu memang keren.

Setiap aku membuka situs itu, yang pertama ku buka adalah halaman milik Mario. Senang sekali mengikuti perkembangannya, walau Mario tidak tau itu, aku yakin.

Beberapa hari setelah kami berteman di dunia maya, ada kejadian menggembirakanku. Mario berkomentar pada salah satu tulisanku. Tak ku sia-siakan kesempatan itu. Disitu kami berbalas komentar. Hampir pada semua tulisanku, dia berkomentar, kami berdiskusi. Menyenangkan! Ini yang membuat aku bersemangat menulis. Komentar Mario. Setidaknya dia memperhatikanku, maksudku memperhatikan tulisanku.

Setelah beberapa waktu, akhirnya aku memberanikan diri menyapa Mario secara pribadi, aku mencoba membuka percakapan dengannya.

"Banyak cewe ngamuk tuh di-wall-mu," tulisku pada Mario.

Ah bodohnya aku. Kenapa juga kata-kata itu yang pertama ku kirim. Aku tak enak hati sebetulnya, itu terlalu pribadi. Dan juga, terlalu memperlihatkan perhatianku padanya. Hal itu membuatku salah tingkah. Takut akan jawaban yang akan ku terima dari Mario.

"Hahahaha, biarkan saja. Mereka tuh perempuan-perempuan aneh," balasnya.

Sejenak aku berpikir, mungkin dia sudah terbiasa dengan gadis-gadis yang mengamuk. Yaaah konsekuensi atas tindakannya sendiri. Begitulah, bila sering bermain api, jangan pernah takut terbakar.

Luar biasa permainan Mario ini dengan gadis-gadis itu, sampai-sam pai dia tak takut untuk terbuka. Hebat! Begitulah kesimpulan awalku tentangnya.

Tapi entah kenapa, walaupun seperti itu, aku tetap nekat mendekatinya, seolah menawarkan diri untuk menjadi korbannya. Tak bisa ku pungkiri hatiku, aku menyukainya. Walau aku tak mengenalnya, aku terjerat. Terjerat cinta bias!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun