Mohon tunggu...
Marcelina Raharjo
Marcelina Raharjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi yang gencar belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyikapi Pelecehan Verbal yang Jarang Disadari

3 Maret 2023   06:00 Diperbarui: 4 Maret 2023   11:17 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanpa kita sadari, di media sosial sering sekali terjadi aksi pelecehan secara verbal. Sumber: rawpixel.com/HwangMangjoo via kompas.com

Pelaku Pelecehan verbal tidak disadari oleh banyak orang dan tanpa disadari bisa jadi kita salah satu pelaku. Pelecehan verbal merupakan tindakan tidak pantas yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau bahasa yang menyinggung, mengancam, atau merendahkan orang lain. Dengan kata lain, pelecehan verbal salah satu bentuk dari minim empati. minim empati memang sering sekali kita jumpai, salah satunya melalui ulasan saya mengenai Adab Melayat, Hindari Beberapa Pertanyaan sebagai Rasa Empati. Jadi, bentuk pelecehan tidak melulu mengenai sentuhan fisik, ya!

Bentuk-bentuk pelecehan verbal dapat berupa ejekan, cemoohan, penghinaan, atau kata-kata kasar yang dapat menyebabkan kerugian emosional bagi orang yang menjadi sasarannya. Pelecehan verbal bisa terjadi dalam berbagai situasi, termasuk di tempat kerja, di sekolah, atau dalam lingkungan sosial. Apalagi kehidupan sosial media kini menjadi kehidupan kedua kebanyakan orang, tentunya banyak terjadi pelecehan verbal di sana.

Beberapa contoh pelecehan verbal yang umum diantaranya, penghinaan terhadap agama, etnis, atau orientasi seksual seseorang, memanggil orang dengan sebutan yang merendahkan atau menghina, mengancam atau memberikan pernyataan yang mengintimidasi, memberikan komentar seksual yang tidak diinginkan atau tidak pantas, menyebarkan rumor atau gosip yang tidak benar dan merugikan orang lain.

"Lebay banget! Begitu saja baper! Kurang jauh mainnya!"---ciri-ciri pelaku pelecehan verbal.

Pelecehan verbal seringkali dianggap sebagai bentuk kekerasan psikologis dan dapat menyebabkan dampak yang serius bagi korban, termasuk stres, depresi, dan gangguan emosional lainnya. Oleh karena itu, penting untuk selalu menghormati orang lain dan menghindari tindakan yang dapat merugikan atau menyakiti orang lain secara verbal.

Pelecehan Verbal Tidak Patut Dinormalisasikan

Pelecehan verbal tidak patut dinormalisasi karena dapat menyebabkan dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Pelecehan verbal merendahkan dan menyakiti perasaan orang lain, dan dapat memengaruhi harga diri dan kualitas hidup korban.

Dalam beberapa kasus, pelecehan verbal juga dapat menyebabkan gangguan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma. Selain itu, pelecehan verbal dapat memicu konflik dan ketidakharmonisan dalam hubungan sosial, baik dalam lingkungan kerja, keluarga, maupun teman-teman.

Menganggap pelecehan verbal sebagai sesuatu yang biasa atau tidak serius dapat memperburuk situasi dan membuat korban merasa terisolasi atau tidak dihargai. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memperlakukan orang lain dengan sopan dan hormat, serta menghindari perilaku yang dapat merugikan atau merendahkan orang lain.

Pelecehan verbal harus dianggap sebagai masalah serius dan harus dihindari di lingkungan apa pun. Dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang pelecehan verbal, kita dapat membantu mencegah terulangnya perilaku tersebut dan menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk semua orang.

Menyikapi Pelecehan Verbal

Terkadang, pelecehan verbal yang terjadi mungkin tidak disadari oleh banyak orang. Tapi pelecehan verbal juga tidak bisa dinormalisasi, salah satu solusinya kita harus lebih peka terhadap pelecehan verbal dan menyikapi pelecehan verbal tersebut dengan tepat. Mengapa harus dengan tepat? Pelecehan verbal tidak bisa diatasi dengan cacian atau makian, khawatirnya justru kita sama saja buruknya seperti pelaku. Berikut beberapa upaya menyikapi pelecehan verbal;

Kenali tanda-tanda pelecehan verbal. Salah satu cara untuk menghadapi pelecehan verbal yang mungkin tidak disadari banyak orang adalah dengan mengenali tanda-tanda pelecehan verbal. Ini termasuk kata-kata yang tidak sopan, menghina, atau merendahkan seseorang. Dengan mengenali tanda-tanda ini, kita dapat lebih waspada dan siap menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.

Jangan mengabaikan perasaan. Meskipun pelecehan verbal mungkin tidak terlihat atau terdengar kasar, perasaan yang terkait dapat sangat merugikan. Jangan mengabaikan perasaan atau pengalaman seseorang jika mereka mengatakan bahwa mereka merasa tidak nyaman atau tersinggung oleh kata-kata tertentu. Dengarkan dan beri dukungan kepada mereka.

Jangan diam. Penting untuk mengatakan sesuatu jika kita melihat atau mendengar pelecehan verbal. Diam atau tidak melakukan apa-apa hanya akan membuat situasi semakin buruk. Bicaralah dengan pelaku pelecehan secara langsung dan jangan takut untuk menegur mereka jika mereka melakukan sesuatu yang salah.

Berbicara dengan seseorang yang dapat dipercaya. Jika kita mengalami pelecehan verbal dan merasa kesulitan menghadapinya sendiri, bicaralah dengan seseorang yang dapat dipercaya seperti teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan dukungan, perspektif, dan bantuan yang dibutuhkan.

Berpartisipasi dalam kampanye kesadaran. Berpartisipasi dalam kampanye kesadaran dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang masalah pelecehan verbal dan memberikan sumber daya dan dukungan yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi tersebut. Ada banyak organisasi yang menyediakan sumber daya dan dukungan untuk orang-orang yang mengalami pelecehan verbal.

Pelecehan verbal bukanlah hal yang biasa atau sepele, dan tidak boleh dinormalisasi dalam budaya kita. Mari bersama-sama memperbaiki budaya yang ada di sekitar kita dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan menghargai satu sama lain.

Kata-kata memiliki kekuatan untuk menyembuhkan, membangun, dan memberdayakan, namun juga memiliki kekuatan untuk menyakiti, merendahkan, dan mempermalukan. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan cara kita menggunakan kata-kata, terutama dalam interaksi sosial kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun