Mohon tunggu...
Marcelina Raharjo
Marcelina Raharjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi yang gencar belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Kecerdasan Buatan Tak Bisa Menggantikan Peran Penulis

20 Februari 2023   06:00 Diperbarui: 24 Februari 2023   05:57 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemunculan AI (Artificial Intelligence) atau yang lebih dikenal sebagai kecerdasan buatan menggemparkan diberbagai kalangan. Kecerdasan buatan yang terkenal saat ini yakni ChatGPT, Tome AI, dan AI lainnya. Kemunculan AI membuat beberapa profesi ketar-ketir, khawatir profesinya tergeser dengan kemampuan mesin. Salah satunya penulis. Penulis khawatir kehadirannya akan tergantikan dengan kecerdasan buatan, begitu juga dengan pengajar yang khawatir siswanya memanfaatkan kecerdasan buatan tersebut untuk menyelesaikan tugasnya. Padahal, kecerdasan tidak bisa menggantikan kemampuan otak manusia secara penuh. 

Logika sederhananya, kehadiran kecerdasan buatan dirancang oleh manusia, tetapi tak ada kehadiran manusia yang dirancang oleh kecerdasan buatan.

Perkembangan teknologi makin pesat pada dua tahun terakhir. Pandemi covid-19 memaksa (khususnya masyarakat Indonesia) untuk “melek” teknologi dalam melangsungkan kehidupan. Hingga pada akhirnya teknologi terbukti mampu membantu, mempermudah, hingga memperingkas pekerjaan manusia. Begitu juga dengan kecerdasan buatan yang kemunculannya tak bisa kita hindari. Alih-alih kita tak ingin ketinggalan perkembangan teknologi, justru kita harus memanfaatkan dan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari perkembangan teknologi.

Kecerdasan buatan yang tampaknya sangat canggih dan mampu menjawab semua kebutuhan manusia, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan, seperti kreatifitas, rasa empati, sikap kritis, yang menjadi modal utama seorang penulis.

Kecerdasan Buatan tidak bisa Menggantikan Kreatifitas Manusia

Kecerdasan buatan atau AI telah membuat kemajuan yang signifikan dalam meniru kemampuan otak manusia dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit, kecerdasan buatan masih memiliki keterbatasan dalam meniru kemampuan kreatifitas manusia. Kreatifitas manusia melibatkan kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru, orisinal, dan unik yang tidak hanya didasarkan pada pengetahuan atau data yang ada. Kreatifitas melibatkan kemampuan untuk berimajinasi dan membuat sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.

Meskipun kecerdasan buatan dapat membantu manusia dalam melakukan tugas-tugas yang memerlukan pemrosesan data yang kompleks, kecerdasan buatan tidak dapat menciptakan karya seni yang orisinal atau menghasilkan ide-ide baru yang belum pernah dipikirkan sebelumnya tanpa bantuan manusia.

Kreatifitas manusia melibatkan konteks, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan pemahaman yang tidak dapat diproses oleh kecerdasan buatan dengan cara yang sama seperti manusia. Kreatifitas manusia juga melibatkan aspek subjektif yang terkait dengan keunikan persepsi, pengalaman dan gaya individu, yang sulit untuk ditiru oleh kecerdasan buatan.

Oleh karena itu, meskipun kecerdasan buatan dapat menjadi alat yang berguna bagi para seniman dan kreatif, mereka tidak dapat menggantikan kreatifitas manusia. Bahkan, kecerdasan buatan dapat menjadi alat yang membantu manusia dalam meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan ide-ide baru. Namun, kreatifitas tetap menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh teknologi.

Kecerdasan Buatan tidak Memiliki Empati

Kecerdasan buatan atau AI pada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk merasakan atau memahami emosi seperti halnya manusia, termasuk kemampuan empati. Namun, seperti penulis, manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan empati melalui pengalaman dan interaksi sosial yang berbeda dengan orang lain.

Kemampuan empati merupakan kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, dan merupakan kemampuan yang penting dalam banyak aspek kehidupan manusia, seperti dalam hubungan interpersonal, komunikasi, dan kepemimpinan. Penulis dapat memperkuat kemampuan empati mereka melalui pengalaman yang bervariasi dan pengetahuan tentang berbagai pengalaman manusia.

Kecerdasan Buatan hanya Membantu Penulis

Kecerdasan buatan atau AI dapat dimanfaatkan untuk membantu penulis dalam beberapa hal. Diantaranya pencarian informasi, kecerdasan buatan dapat membantu penulis dalam mencari informasi dan referensi yang diperlukan untuk menulis sebuah karya. Dengan kecerdasan buatan, penulis dapat mengekstraksi data dari berbagai sumber dan menyusunnya menjadi sebuah laporan atau artikel yang lebih komprehensif.

Pemeriksaan dan koreksi ejaan, kecerdasan buatan dapat membantu penulis dalam mengoreksi ejaan dan tata bahasa dalam tulisannya. Dengan algoritma pemrosesan bahasa alami (natural language processing), kecerdasan buatan dapat menganalisis dan mengenali kesalahan ejaan dan tata bahasa dalam tulisan.

Generasi konten, kecerdasan buatan dapat digunakan untuk menghasilkan konten, seperti artikel atau teks yang lebih pendek, secara otomatis berdasarkan pada data atau template tertentu. Ini dapat membantu penulis dalam mempercepat proses penulisan dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek.

Analisis data, kecerdasan buatan dapat membantu penulis dalam menganalisis data, sehingga mereka dapat membuat kesimpulan yang lebih akurat dan mendalam. Dengan algoritma machine learning, kecerdasan buatan dapat memproses data yang sangat besar dan menghasilkan wawasan yang lebih kompleks dan mendalam.

Namun, meskipun kecerdasan buatan dapat membantu penulis dalam banyak cara, masih ada peran penting yang harus dimainkan oleh manusia dalam proses penulisan. Kecerdasan buatan mungkin dapat menghasilkan tulisan yang terstruktur dengan baik dan bebas dari kesalahan tata bahasa, namun hanya manusia yang memiliki kemampuan kreatif dan empati yang diperlukan untuk menciptakan karya yang bermakna dan menginspirasi orang lain.

Kecerdasan Buatan Membuat Penulis Lebih Kritis

Kecerdasan buatan atau AI dapat membantu penulis menjadi lebih kritis dengan memberikan informasi yang akurat dan terpercaya. Dalam penulisan, terkadang diperlukan sumber informasi yang luas dan kompleks, dan kecerdasan buatan dapat membantu mengumpulkan dan menganalisis data tersebut secara lebih cepat dan akurat daripada jika dilakukan secara manual.

Selain itu, kecerdasan buatan dapat membantu penulis untuk mengevaluasi karya mereka secara lebih kritis. Contohnya, dengan algoritma analisis teks, kecerdasan buatan dapat membantu menemukan kesalahan tata bahasa dan kata-kata yang kurang tepat dalam tulisan, serta menyarankan perbaikan untuk membuat tulisan menjadi lebih baik.

Akan tetapi, keputusan dan pertimbangan dalam penulisan masih diambil oleh manusia. Penulis perlu memahami bagaimana menggunakan informasi dan hasil analisis yang diberikan oleh kecerdasan buatan dan mengevaluasi apakah hasilnya sesuai dengan niat dan tujuan penulisan mereka. Oleh karena itu, kecerdasan buatan dapat membuat penulis lebih kritis dalam mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi dan hasil analisis yang diperoleh untuk membuat keputusan yang tepat dalam penulisan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun