Generasi Z merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Dilihat dari wikipedia.org ciri-ciri dan karakteristik umum generasi Z adalah sebagai berikut.
Sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter, line, whatsapp, telegram, instagram, atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan.
Ketika platform seperti Facebook dan Twitter pertama kali keluar, millennial dan generasi yang lebih tua menggunakannya tanpa memikirkan dampak. Seiring waktu, mereka menyadari bahwa mengumbar hidup di mata publik dapat dengan mudah menghantui mereka. Generasi Z telah belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan memilih platform yang lebih bersifat privasi dan tidak permanen.
Generasi Z dikenal lebih mandiri daripada generasi sebelumnya. Mereka tidak menunggu orang tua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu mereka bagaimana membuat keputusan. Apabila diterjemahkan ke tempat kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri.
Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan sekitar. Tanpa diragukan lagi, generasi Z akan menjadi generasi yang paling beragam yang memasuki lapangan kerja dalam sejarah Amerika Serikat. Mereka terdiri dari berbagai bagian dari kelompok ras atau etnis minoritas. Mereka juga dibesarkan untuk lebih menerima dan menghormati lingkungan dibanding generasi orang-orang sebelumnya.
Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya membaca, berbicara, menonton, dan mendengarkan musik secara bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit.
Generasi Z menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas. Tentu saja, mereka ingin membuat perbedaan, tetapi hidup dan berkembang adalah lebih penting.
Cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.
Generasi Z benar-benar generasi pertama dunia digital. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara hidup. Kedengarannya gila, tapi beberapa penelitian mendukung klaim ini.Â
Sebuah studi oleh Goldman Sachs menemukan bahwa hampir setengah dari Gen Zers terhubung secara online selama 10 jam sehari atau lebih. Studi lain menemukan bahwa seperlima dari Z Gen mengalami gejala negatif ketika dijauhkan dari perangkat smartphone mereka.
Cepat merasa puas diri bukanlah sebuah kata yang mencerminkan generasi Z. Sebanyak 75% dari Gen Z bahkan tertarik untuk memegang beberapa posisi sekaligus dalam sebuah perusahaan, jika itu bisa mempercepat karier mereka.
Dilihat dari ciri-ciri diatas bahwa generasi Z di berbagai negara telah lahir dengan adanya internet dan teknologi yang cukup maju. Di generasi ini juga mereka telah aktif menggunakan media sosial. Sehingga perlu adanya pembatas kreasi dari kreativitas generasi ini. Dan pembatas ini adalah Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila inilah yang mulai luntur akibat terkikis globalisasi dan membuat semangat nasionalisme berkurang juga. Seperti kurang mencintai produk dalam negeri.Â
Walaupun terkadang produk dalam negeri tertinggal jauh dalam kemajuan teknologi. Generasi sekarang lebih memprioritaskan uang dan pandangan orang lain terhadap mereka. Sehingga terkadang mereka akan melakukan hal-hal yang sebenarnya merugikan mereka secara tidak langsung. Mereka sering mengabaikan nilai-nilai Pancasila yang seharusnya dijunjung tinggi oleh setiap orang.
Mereka juga sering menghabiskan waktu lebih lama untuk bermain smartphone dibandingkan bermain langsung dengan teman mereka. Sehingga sebagian besar generasi ini biasanya akan sulit berbicara di depan umum dan sulit berinteraksi langsung dengan orang baru.Â
Di generasi ini dan mungkin digenerasi sebelum dan selanjutnya ada kasus dimana orang yang good looking lebih dipermudah dalam beberapa hal. Dan orang yang seperti itu biasanya bisa mendapatkan uang dengan lebih mudah dari social media.
Di generasi Z ini mereka juga terkenal mandiri. Karena mereka lebih suka belajar dari internet dan kurang suka belajar dari penjelasan seseorang secara langsung. Ataupun membaca buku yang bersifat edukasi. Disinilah letak kekurangan pada perkembangan internet. Dimana orang tua kita terkadang tidak bisa mengawasi kita selama 24 jam setiap harinya.Â
Sehingga orang tua hanya bisa memberikan nasehat kepada anaknya. Dan memberikan bekal kepada anaknya yang mau menggunakan social media. Lalu tidak lepas juga pengaruh pemerintah yang harus membuat kebijakan mengenai pembatasan penggunaan internet agar kaum milenial ini tidak menggunakan internet yang tidak semestinya.
Pemerintah yang berpegang teguh pada nilai- nilai Pancasila sebagai dasar negara dan dasar pada setiap aturan yang akan, sedang, dan telah dilaksanakan. Dan saya yakin pemerintah tentunya akan membuat peraturan yang sangat bermanfaat bagi warga negara Indonesia. Tapi tetap saja ada kaum milenial ini melanggar aturan yang telah dibuat dan nasehat dari orang tua mereka.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi Z. Dan kemajuan teknologi yang semakin canggih bisa menjadi sangat bermanfaat dan bisa sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang tua dan pemerintah memiliki andil yang cukup besar kepada perilaku dan tindakan generasi Z atau kaum milenial ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H