Mohon tunggu...
Marcela Pinastia Hendriyanti
Marcela Pinastia Hendriyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya Marcela, mahasiswa Universitas Airlangga. Terima kasih sudah mampir!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kebenaran Pahit di Balik Generative AI

5 Juni 2024   21:02 Diperbarui: 5 Juni 2024   21:12 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi merupakan hal yang kini tidak bisa kita hindari. Kehadirannya semakin mudah kita akses dan gunakan. Saat ini, telah muncul teknologi Artificial Intelligence atau yang akrab kita sebut AI. Bentuknya sendiri sangatlah beragam, seperti ChatGPT (AI yang Salah satu kemajuan teknologi yang sangat marak saat ini adalah AI. Telah lahir beragam jenis AI yang dapat membantu memudahkan pekerjaan kita, salah satunya Generative AI.

Generative AI adalah salah satu jenis AI yang menghasilkan gambar melalui deskripsi yang diberikan oleh pengguna. Pengguna dapat menjelaskan gambar yang ingin dihasilkan secara detail, dan dalam beberapa detik, AI akan memberikan gambar sesuai dengan instruksi. Melalui rangkaian kata saja, kita dapat memperoleh gambar dengan kualitas yang baik hanya dalam waktu 5-10 detik. Hal ini tentu sebuah kemudahan bagi sebagian orang, tetapi terdapat fakta pahit dibalik penggunaan Generative AI ini.

Plagiarisme
Generative AI memanfaatkan teknologi yang dapat memproduksi gambar secara instan. Itu berarti tidak ada campur tangan manusia dalam prosesnya. Hal ini mengindikasi adanya negasi terhadap esensi suatu karya, yaitu bahwa karya dibentuk dari akar kreativitas dan inovasi. Penggunaan Generative AI menjadi sebuah bentuk penolakan terhadap kreativitas dan inovasi. Keberadaannya justru menghilangkan dua hal penting yang akan sangat dibutuhkan di masa depan nanti.

Proses menghasilkan gambar oleh Generative AI sangatlah cepat dan ringkas. Generative AI meninjau karya-karya yang beredar di internet, dan kemudian menggunakannya sebagai referensi untuk memproduksi gambar. Faktanya, AI ini tidak memiliki izin terhadap karya-karya yang digunakannya. Generative AI tidak hanya memiliki isu terhadap hak cipta, tetapi juga plagiarisme.

Hilangnya Eksistensi Pelukis Digital
Generative AI juga berdampak pada nasib seniman pelukis digital dalam memperoleh pekerjaan. Salah satu contohnya, pernah beredar poster-poster hasil Generative AI di pinggir jalan. Poster tersebut biasanya digunakan untuk iklan atau kampanye. Hal ini sama saja dengan merampas kesempatan bagi teman-teman seniman pelukis digital untuk memperoleh lapangan pekerjaan. Apabila hampir seluruh lapisan masyarakat menggunakan jasa Generative AI, lama kelamaan peran pelukis digital dapat tergantikan. Eksistensi seniman pelukis digital akan hilang dan pada akhirnya tergantikan oleh AI ini.

Courtesy: @apel.kroak on TikTok
Courtesy: @apel.kroak on TikTok
Teknologi tentu merupakan salah satu kemajuan yang baik untuk masa depan. Segala sesuatu menjadi mudah dan ringkas berkat teknologi. Akan tetapi, dibalik kelebihan yang dimiliki, pasti ada kekurangan atau kerugian akibat pemakaian teknologi yang tidak bijak. Salah satunya adalah adanya fitur Generative AI. Fitur AI ini perlu menjadi perhatian kita, karena keberadaannya yang merugikan seniman pelukis lokal, utamanya pelukis digital.

Written by:
Marcela Pinastia Hendriyanti (Universitas Airlangga)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun