Mohon tunggu...
Marbiah Husna
Marbiah Husna Mohon Tunggu... -

Public Healt UI 2013

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kerugian yang Disebabkan Oleh Rokok Dalam Bidang Ekonomi

13 Agustus 2013   00:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:23 6420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jika ada yang berkata " Rokok dibatasin indonesia makin miskin "
itu SALAH BESAR :


1. Faktanya buruh rokok adalah buruh yang paling kecil pendapatanya. Upah mereka dihitung dari berapa rokok yang telah dilinting. Rata-rata jika full 30 hari masuk hanya mendapat upah Rp 540.000 . Tanpa Tunjangan Kesehatan !!

2. Petani tembakau adalah petani yang paling merugi di Indonesia. mengapa ?? Panen susah, sangat tergantung pada cuaca. Lalu untuk menanam, mereka harus berhutang dahulu. Dan saat panen, hasil panennya dihitung per Meter (untungnya hanya 4 ribu per meter) jadi jika di ilustrasikan, petani susah payah menanam 100 meter persegi tetapi hanya mendapat untung 400 ribu. Itu pun jika belum gagal panen dan belum lagi untuk membayar hutang.

3. Produksi tembakau nasional kurang lebih hanya 170 ribu ton pertahun. Sedangkan kebutuhan industri rokok lebih dari 230 ribu ton pertahun. Sisanya ??? IMPOR

ditambah lagi biaya kesehatan yang harus dianggarkan pemerintah tiap tahunnya untuk penyakit yang disebabkan oleh rokok ternyata lebih besar dari pendapatan cukai itu sendiri.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Komite Nasional Penanggulangan Masalah Merokok (Komnas PMM) menyatakan perang terhadap rokok bersamaan dengan hari tanpa tembakau sedunia yang jatuh pada hari Selasa (31/5).
“Kami mendorong agar profesi kesehatan turut berperan aktif dalam perang terhadap tembakau,” kata Ketua Komnas PMM Prof Dr Faried Anfasa Moeloek, di Jakarta, Senin.

Mantan Menteri Kesehatan itu juga mengatakan bahwa walaupun dampak buruk dari penggunaan rokok sudah lama diketahui para profesional kesehatan, namun belum ada upaya sistematik dan terus menerus untuk mengurangi perilaku tersebut.
Oleh karena itu menurutnya, tepat jika thema tahun ini adalah “Profesional Kesehatan Perang Terhadap Tembakau” dan meminta mereka menjadi panutan dalam kampanye anti rokok.

Selain itu para profesional kesehatan juga diminta menolak kerjasama dan segala jenis sumbangan dari industri tembakau, melarang promosi atau penjualan produk-produk tembakau dan mendukung kegiatan kampanye kawasan publik dilarang merokok.

Ia juga mengakui, sikap para profesional kesehatan yang belum banyak terlibat dalam kampanye anti rokok telah dimulai sejak mereka kuliah, dimana pada kurikulum pendidikan profesi kesehatan kurang membahas aspek tembakau secara lebih luas.

Bahkan, dalam diskusi kesehatan beberapa waktu lalu di Jakarta, Dr Kartono Muhammad sempat mengutarakan ide bahwa salah satu prasyarat calon mahasiswa kedokteran adalah individu yang tidak merokok.

Sehingga tidak heran jika ternyata sangat sulit mengharapkan peran serta para profesi kesehatan khususnya yang memiliki kebiasaaan merokok untuk turut memerangi rokok.

Melihat kondisi itu Farid yang juga Ketua PB IDI tersebut tidak secara tegas menyatakan bahwa pihaknya akan memberikan sangsi tegas bagi para dokter atau petugas kesehatan lainnya yang masih memiliki kebiasaan merokok.

Tapi ia hanya mengatakan bahwa pihaknya mengikuti saja peraturan yang dikeluarkan pemerintah daerah.

“Kami sangat mendukung upaya Pemprov DKI Jakarta dalam memberikan sanksi bagi para perokok yang tidak mengindahkan peraturan dan kami juga segera mengajukan untuk membuat larangan merokok bagi para pekerja kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit hingga Puskesmas,” kata Farid.

Ia menambahkan, pihaknya mendukung upaya pemerintah untuk menaikkan cukai rokok, sehingga hal itu diharapkan dapat menghambat generasi muda merokok karena harganya makin mahal.

Ia mengatakan, berdasarkan hasil riset di Eropa bahwa kerugian yang diakibatkan oleh prilaku merokok masyarakat mencapai tiga sampai empat kali pendapatan negara tersebut.

“Artinya jika pendapatan pemerintah Rp30 triliun maka kerugian akibat merokok adalah Rp120 trilyun,” ujar Farid.

Padahal menurutnya, selisihnya senilai Rp90 trilyun jika dikonversikan untuk menanggulangi masalah kekurangan gizi di seluruh pelosok tanah air, maka problem tersebut bisa diselesaikan dalam waktu hanya tiga bulan.
SUMBER :
Riset Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (LDFEUI)
dan Aditya Wardhana, wartawan Voice of Human Right - VHR.Media.com

http://bebasrokok.wordpress.com/2009/02/04/pajak-rokok-vs-kerugian-negara-akibat-rokok/

Esensi dari tugas ini adalah agar kita berpikir kritis terhadap lingkungan sekitar, tentang dampak negatif dan positif dari suatu hal dari satu sudut pandang atau lebih,  dan menyebarluaskan informasi ini untuk menyadarkan masyarakat tentang banyaknya kerugian yang disebabkan oleh rokok jika dilihat dari segi ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun