Partai Bulan Bintang ( PBB) telah menyatakan sikap mendukung pasangan Jokowi- KH Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019. Belum dapat diduga sebesar apa efek elektoral yang akan diraih pasangan capres 01 berkaitan dengan dukungan tersebut.
Sebagai gambaran, pada Pemilu 1999 partai ini mampu meraih 2.050.000 atau sekitar 2 persen dan memperoleh 13 kursi di DPR RI. Kemudian pada Pemilu 2004 memenangkan suara sebesar 2.970.487 pemilih atau 2,62 persen dan mendapatkan 11 kursi di Senayan.
Sedangkan pada pemilu ketiga pada era reformasi, tahun 2009 Partai Bulan Bintang meraih suara sekitar 1,8 juta orang setara dengan 1,7 persen. Raihan suara sebesar itu menghalangi partai ini duduk di DPR RI karena tidak memenuhi parliamentary treshold 2,5 persen.
Selanjutnya pada pemilu 2014 PBB hanya memperoleh suara sebesar 1-2 persen sehingga tidak lolos ke Senayan.
Walaupun belum dapat diperkirakan efek elektoral yang akan diberikannya ke pasangan Jokowi- Ma'ruf Amin, tetapi hal terpenting dari dukungan itu bukan semata - mata untuk meningkatkan dukungan suara, tetapi yang lebih penting ,ada efek politik yang dimunculkannya.
Partai Bulan Bintang didirikan pada 17 Juli 1998. Sewaktu didirikan banyak kalangan yang menilai partai ini merupakan penerus partai Masyumi yaitu sebuah partai Islam yang sangat disegani pada era pemerintahan Sukarno. Pada Pemilu 1955, Masyumi mampu menempatkan dirinya sebagai partai pemenang kedua sesudah Partai Nasional Indonesia ( PNI).
Memang menurut pandangan saya masih debatable untuk menyatakan PBB merupakan penerus Masyumi.
Terlepas dari penerus Masyumi atau bukan tetapi bergabungnya PBB ke kubu Jokowi - Ma'ruf Amin sekurang - kurangnya memberi gambaran tentang 1). tergerusnya wibawa Habib Rizieq, 2). Â indikasi tidak solidnya cara pengambilan keputusan pada Ijtima' Ulama dan 3). rapuhnya "koalisi" capres 02.
Beberapa bulan sebelum pasangan capres- cawapres ditetapkan, Habib Rizieq telah menganjurkan agar dibentuk koalisi Keummatan yang terdiri dari Gerindra, PKS, PAN dan PBB. Imam Besar FPI itu meminta agar koalisi itu mengusung Prabowo Subianto sebagai capres sementara pada saat itu nama cawapres belum dimunculkan.
Selama ini publik juga melihat kedekatan hubungan antara Yusril Ihza Mahendra( YIM ) Â dengan Habib Rizieq Shihab, karenanya merupakan hal yang wajar lah jika Rizieq memasukkan PBB yang dipimpin Yusril itu menjadi bahagian dari koalisi Keummatan.
Mantan Mensesneg di era Presiden SBY itu juga dikenal dekat dengan Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI) bahkan ia menjadi pengacara organisasi itu .