Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

[Debat Pilpres] Apa Kata Dunia, Andainya Jokowi yang Mijit Bahu Ma'ruf Amin

20 Januari 2019   14:33 Diperbarui: 20 Januari 2019   19:40 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Debat Pilpres] Apa Kata Dunia Andainya Jokowi Yang Mijit Bahu Ma'ruf Amin

Sebuah episode menarik terjadi pada debat Pilpres pertama tanggal 17 Januari 2019. Momen menarik itu ,ketika Prabowo berjoget kecil dan kemudian Sandiaga Uno merapat ke Prabowo dan spontan memijit-mijit bahu mantan Pangkostrad itu.

Momen itu cukup menarik karena kejadian kecil itu mampu membawa suasana segar pada debat yang terkesan tegang dan kaku itu.

Sepanjang yang terbaca, komentar para netizen juga menganggap peristiwa itu biasa saja bahkan dianggap menjadi momen menarik. Tetapi kemudian saya berpikir, andainya yang terjadi ,Jokowi yang memijit bahu Ma' ruf Amin apa kata dunia?

Oleh karena peristiwa itu tidak terjadi maka yang diungkapkan berikut ini adalah asumsi-asumsi, Asumsi itu berdasarkan berbagai komentar maupun opini yang berkembang selama ini terutama dari pihak yang tidak pro ke pasangan capres 01 itu.

Akan muncullah komentar, itu lah salah Jokowi ,memilih cawapresnya yang sudah tua. Begitu banyak tokoh-tokoh muda potensial, Koq milih yang sudah tua bahkan yang sudah mulai " uzur".

Seperti kita ketahui, begitu diumumkan KH Ma' ruf Amin sebagai cawapres, bermunculanlah komentar yang nadanya negatif.

Ada tokoh yang menyebut, mantan Rois Syuriah PB NU itu, sudah tua, mengidap beberapa penyakit antara lain darah tinggi dan penyakit jantung dan juga dikatakan sudah uzur.

Tetapi nyatanya, pengasuh pondok pesantren terkemuka di Banten itu ,dinyatakan sehat berdasarkan test kesehatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta.

Memang agak mengherankan juga ,ada yang mempersoalkan usia cawapresnya Jokowi itu. Ketika Mahatir Mohammad, terpilih kembali sebagai Perdana Menteri Malaysia pada tahun 2018 dunia menyambut hangat berita tersebut. Mahathir dianggap fenomenal karena pada usia 92 tahun ia bisa terpilih yang kemudian menempatkan dirinya sebagai pemimpin pemerintahan tertua di dunia.

Dalam konteks yang demikian lah agak aneh rasanya kalau ada yang menyebut Ma'ruf Amin sudah terlalu tua sementara disisi lain memuji DR MM sapaan politis untuk Mahathir Mohammad.

Seperti diketahui, pasangan Jokowi itu lahir pada 11 Maret 1943. Dengan demikian usia ulama sepuh itu sekarang menjelang tujuh puluh enam tahun 

Sementara DR MM lahir pada 10 Juli 1925. Artinya tokoh yang pernah memimpin Malaysia selama sekitar 20 tahun itu,sekarang sudah berusia sekitar 93 tahun lebih.

Tidak berlebihan kalau mengatakan ,ketika ada orang menyebut Ma' ruf Amin sudah tua dan disisi lain mengagumi "semangat muda" pemimpin pemerintahan Malaysia itu, pandangan yang demikian karena sikap politik yang dimilkinya.

Kita juga tentu masih ingat ketika beberapa bulan yang lalu ,sebelum ditetapkannya pasangan capres,ada seorang tokoh yang menyatakan bila diberi kepercayaan akan bersedia maju pada Pilpres.

Pernyataan tokoh itu disambut hangat oleh para pendukung dan simpatisannya sedangkan usia tokoh itu hanya terpaut satu tahun lebih muda dari cawapresnya Jokowi itu.

Kemudian saya teringat juga sekitar 5 bulan yang lalu sewaktu digelar acara diskusi ILC di TV One. Acara tersebut diselenggarakan belum lama sesudah Ijtima' Ulama Pertama merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai capres dan memberi dua nama yaitu Ustaz Abdul Somad (UAS) dan Salim Jufri As Segaf sebagai calon wakil Presiden. Kedua nama yang diusulkan itu merupakan ulama yang berpengaruh.

Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu pokok bahasan pada acara yang dikomandoi Karni Ilyas itu ialah ,apakah seorang ulama mampu berpolitik dan apakah mampu memimpin penyelenggaraan negara.

Secara umum, peserta diskusi terutama yang menginginkan UAS sebagai cawapres memberi pandangan bahwa ulama sangat mampu mengelola penyelenggaraan negara .

Berbagai argumentasi ,termasuk merujuk perjalanan historis negara ini dikemukakan yang menguatkan pendapat bahwa ulama mampu memimpin negara. Tapi sayangnya, ketika Jokowi menggandeng seorang ulama besar, argumentasi yang demikian tidak terdengar lagi bahkan beberapa pihak terkesan mengecilkan kemampuan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ( MUI) Pusat itu.

Hal ini menguatkan pendapat saya ,bahwa dalam setiap kontestasi politik ,sering komentar yang muncul semata mata dilihat dari kacamata kepentingan politik dan bukan karena substansi yang dibicarakan.

Dalam kaitan yang demikianlah muncul bayangan-bayangan dalam pikiran saya ,apa kata dunia andainya Jokowi yang memijit-mijit bahu Ma'ruf Amin.

Mungkin ada yang mengatakan ,karena sudah tua ,Ma'ruf Amin butuh minyak angin.

Salam Pilpres!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun