Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyimak Rencana Duterte yang Akan Tiru Cara Suharto Hancurkan Komunis

25 Desember 2018   20:08 Diperbarui: 25 Desember 2018   20:21 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rodrigo Duterte adalah seorang presiden Filipina yang cukup terkenal. Sebelum menjabat Presiden pun Duterte telah cukup dikenal di negara tetangga itu karena ia lama menjabat sebagai Walikota Davao.

Duterte dilantik sebagai Presiden Filipina pada 30 Juni 2016. Tidak lama sesudah dilantik ia langsung membuat pernyataan yang kontroversial.

Presiden baru itu mendesak warga Filipina untuk secara sukarela membunuh para pengedar narkoba dan para pecandu.

Setelah seruannya yang demikian, terjadilah serangkaian pembunuhan di luar proses hukum dan/atau eksekusi mati yang dicurigai melanggar undang-undang tentang obat-obatan terlarang.

Artinya kalau ada orang dicurigai sebagai pemasok atau pengedar narkoba maka yang bersangkutan akan dieksekusi mati tanpa putusan pengadilan.

Diberitakan, dalam tiga bulan pertama masa jabatan Duterte, menurut angka polisi lebih 3.000 pembunuhan dikaitkan dengan kampanye antinarkoba nasional.

Beredar juga informasi adanya sepuluh regu resmi "operasi khusus" telah beroperasi. 

Cerita tentang pembunuhan para bandar dan pengedar narkoba itu telah menunjukkan sebuah indikasi bahwa Duterte tidak segan-segan melakukan tindakan "out of the law" untuk memberantas kejahatan di negaranya.

Tindakan yang demikian mengingatkan kita pada masa ORBA yaitu  adanya operasi yang dikenal dengan sebutan Penembak Misterius alias Petrus.

Kita tidak tahu persis apakah tindakan Duterte yang menghabisi para penjahat di negaranya itu terinspirasi dengan operasi "Penembak Misterius" itu atau mungkin ide yang demikian merupakan hasil pemikirannya sendiri.

Kemudian ada pernyataan terbaru dari Presiden Filipina itu yang berkaitan dengan Suharto .

Pada 24 Desember 2018 Duterte mengatakan dirinya ingin mengikuti cara Suharto untuk memberantas pemberontak komunis di Filipina.

Tempo.co ,24/12/2018 memberitakan hal tersebut, diungkapkan Presiden Filipina itu dihadapan tentara dari Divisi ke- 10 Angkatan Darat yang bermarkas di Mawab, Lembah Compostela.

Duterte menegaskan Pemerintah harus mengubah taktik melawan komunis dengan mengikuti taktik kampanye Suharto pada 1965-1966 untuk menghancurkan komunis.

Selanjutnya dihadapan para tentara itu Duterte mengatakan, "Jangan bertempur dengan mereka. Hancurkan mereka. Hancurkan dan bunuh mereka".

Untuk tercapainya sasaran tersebut, Duterte akan membentuk regu pembunuh.

"Saya akan menciptakan pembunuh saya sendiri, regu pembunuh 'Duterte'," ujarnya .

Terhadap rencana tersebut telah muncul berbagai reaksi terutama dari penggiat HAM.

Hal yang paling dikhawatirkan terhadap operasi yang akan dilakukan oleh regu pembunuh itu ialah siapapun akan dapat dibunuh dengan dalih yang bersangkutan adalah seorang komunis.

Ketika Duterte mengemukakan akan meniru taktik kampanye Suharto untuk menghancurkan komunis pada 1965-1966, maka yang terbayang oleh kita jatuhnya korban pembunuhan yang mungkin jumlahnya jutaan orang.

Mereka yang terbunuh itu bisa saja pentolan komunis tetapi tidak tertutup kemungkinan yang terbunuh itu hanya yang ikut-ikutan sebagai anggota PKI atau juga yang dituduh sebagai anggota organisasi terlarang itu.

Melihat tindakan Duterte sebelumnya yang diduga telah melancarkan operasi pembunuhan terhadap bandar dan pengedar narkoba, maka ancamannya terhadap pemberontak komunis tentu dalam waktu yang dekat ini juga akan dilaksanakannya.

Pertanyaan yang muncul ,apakah tindakan yang demikian akan menyelesaikan masalah atau justru akan menimbulkan masalah baru yang nantinya memerlukan waktu puluhan tahun untuk menyelesaikannya.

Salam Perdamaian !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun