Selembar kertas yang ditanda  tangani Sukarno - Hatta yang kemudian dibacakan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945 itu telah memutus mata rantai yang menyatakan negeri ini sebagai negeri jajahan selama 350 tahun.Karenanya sangat menarik untuk memahami ,mengetahui seluk beluk selembar kertas yang dinamakan naskah proklamasi itu.Oleh karena sedang berada di Jakarta maka pada Jum'at ,29 November  2018 ,sekitar pukul 14.00 WIB ,saya berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang berada di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng ,Jakarta Pusat.
Gedung museum ini didirikan sekitar tahun 1920 - an oleh arsitek Belanda J.F.L Blankenberg bergaya Arsitektur Eropa ( Art Deco) dengan luas tanah 3.914 m2 dan luas bangunan 1.138 ,110 m2.
Pada masa pendudukan Jepang ,gedung berlantai dua ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda ,Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut Jepang dengan Angkatan Darat Jepang.
Seperti diketahui, pada masa itu ,kekuasaan Jepang pada wilayah Hindia Belanda yang dikuasainya itu terbagi dua. Sumatera dan Jawa berada dibawah  kekuasaan  Angkatan Darat sementara Kalimantan dan Sulawesi berada dibawah kekuasaan Angkatan Laut.Laksamana Maeda lah yang menjadi perwira tinggi penghubung Angkatan Laut di teritori kekuasaan Angkatan Darat Jepang itu.
Sebelum memasuki gedung tua itu ,selama ini sekurang kurangnya selalu ada tiga  pertanyaan yang terselip dihati saya. Pertama ,mengapa naskah proklamasi disusun di kediaman Laksamana Maeda.
Pertanyaan kedua ,mengapa terkesan naskah proklamasi disusun agak tergesa gesa dan pertanyaan ketiga ,mengapa untuk menyatakan proklamasi itu tidak digunakan naskah yang ada pada Rancangan Pembukaan UUD 1945.
Pada alinea ketiga rancangan Pembukaan UUD itu tertera kalimat yang isinya menyatakan kemerdekaan Indonesia.( Naskah Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 disahkan pada 18 Agustus 1945).
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur ,supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas ,maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya".
Assalamu'alaikum ,sebuah suara lembut menyapa ketika saya masuk ketempat kediaman Laksamana Maeda itu.
Sapaan itu berasal dari Yuni seorang pemandu yang ramah yang bertugas di Museum itu. Dari penjelasan Yuni dan dari berbagai bahan yang ada dapat lah diringkaskan tentang perumusan naskah proklamasi yang sekaligus juga dapat menjawab beberapa pertanyaan yang selama ini teselip di hati saya.
Pada 14 Agustus 1945 ,Sutan Syahrir sudah mendengar dari radio ,bahwa Jepamg telah menyatakan menyerah kepada tentara Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat .Menyerahnya Jepang terutama karena Amerika Serikat telah menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Sesudah Syahrir mendengar informasi menyerahnya  Jepang itu maka ia mengutus dua orang pemuda yakni Darwis dan Wikana untuk menemui Bung Karno seraya meminta agar Sukarno segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia.
Tetapi Sukarno menolak permintaan itu.Bung Karno meminta agar diadakan terlebih dahulu rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI) untuk membahas hal itu.
Tanggal 15 Agustus sore ,sekelompok pemuda menculik Sukarno - Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok. Pada 16 Agustus ,Jakarta mulai heboh karena tidak diketahui dimana Sukarno - Hatta berada .