Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencermati Jejak Historis Hari Guru

25 November 2018   08:56 Diperbarui: 25 November 2018   09:27 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sering diceritakan ,ketika Hiroshima dan Nagasaki,hancur ,luluh lantak karena Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kedua kota itu ,maka pertanyaan pertama yang disampaikan oleh Kaisar Hirohito ialah, berapa banyak guru yang selamat. Pesan dari pertanyaan Kaisar Jepang itu ialah ,cara yang paling tepat dan cepat untuk membangun kembali Jepang yang telah kalah pada Perang Dunia Kedua ,harus dengan cara membangun sumber daya manusianya.

Sejarah kemudian menunjukkan ,tidak sampai dua puluh tahun sesudah kekalahannya pada perang yang mengerikan itu ,negara Matahari Terbit itu telah mampu bangkit dari kekalahan dan keterpurukan nya dan menjadi negara yang punya arti penting pada perekonomian global.
Sesungguhnya tanpa mengutip pertanyaan Kaisar Hirohito itupun ,kita sangat paham tentang arti penting peranan guru untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Karena pentingnya arti guru itulah maka kita punya Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November .
Hari Guru tidak hanya menunjukkan penghargaan kita terhadap para pendidik itu ,tetapi kalau dirunut kemasa lalu ,hari  yang diperingati pada setiap 25 November itu juga punya jejak historis untuk bangsa ini.

Sebelum proklamasi kemerdekaan ,para guru juga sangat sadar terjadinya diskriminasi antara guru boemi poetra dengan guru yang berkebangsaan Belanda.

Kemudian kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh itu ,mendorong para guru priboemi memperjuangkan persamaan hak dan posisi terhadap pihak Belanda.Hasilnya antara lain adalah kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda ,satu persatu mulai dipegang oleh priboemi.

Semangat perjuangan makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita cita kemerdekaan .
Para guru tidak lagi hanya memperjuangkan nasib, tapi memuncak menjadi perjuangan nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Untuk cita cita itu maka organisasi guru yang ada ,Persatuan Guru Hindia Belanda ( PGHB) kemudian diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia ( PGI) .

Mengganti nama Hindia Belanda menjadi Indonesia merupakan salah satu wujud keberanian para guru karena pada masa itu Pemerintah Belanda menyebut daerah jajahannya itu dengan sebutan Hindia Belanda dan bukan Indonesia. Untuk sekedar catatan , pada masa itu ada beberapa tingkat pendidikan yang disediakan Pemerintah Hindia Belanda seperti HIS ,MULO ,AMS ,HBS .

Terhadap pendidikan yang demikian tidak semua warga priboemi boleh mengikutinya .Hanya mereka yang mempunyai persyaratan tertentulah yang bisa menikmati pendidikan itu. HIS atau Hollandsch - Inlandshe  School adalah sekolah Belanda yang setingkat dengan pendidikan dasar.Bahasa pengantar pada sekolah ini menggunakan Bahasa Belanda dan dibedakan dengan Inlandsche School yang menggunakan bahasa daerah.

Sekolah ini diperuntukkan bagi penduduk boemi poetra yang pada umumnya disediakan untuk anak anak dari golongan bangsawan ,tokoh tokoh terkemuka atau pegawai negeri.Lama sekolahnya adalah tujuh tahun. Di kampung kelahiran saya ,Kotanopan ,Kabupaten Mandailing Natal ,Provinsi Sumatera Utara,pada masa Hindia Belanda ada sekolah HIS.

Salah satu jebolan terkemuka dari sekolah ini adalah Abdul Haris Nasution ( AH Nasution) ,yang kemudian menjadi salah seorang petinggi ABRI yang cukup dikenal di negeri ini.Sedangkan salah satu guru pada HIS itu ialah Sutan Gunung Mulia.Guru ini meninggalkan karya yang layak dikenang " Ensiklopedia Indonesia" ,sebuah ensiklopedia berbahasa Indonesia yang terdiri dari 3 buku tebal.Setahu saya penamaan Badan Penerbit Kristen ( BPK ) Gunung Mulia ,justru untuk mengabadikan nama dari guru HIS ini.

Jejak historis guru dalam perjalanan Republik ini makin terlihat ketika pada 24-25 November 1945 bertempat di Surabaya diselenggarakan Kongres Guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun