Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

SBY Nyatakan Kunci Kemenangan Tergantung Capresnya, lalu Apa yang Akan Dikampanyekan Maret Nanti?

22 November 2018   00:57 Diperbarui: 22 November 2018   10:08 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kritik Ahmad Muzani, Sekjend Gerindra terhadap SBY dan Demokrat ternyata berbuntut panjang juga yang terlihat dengan adanya saling tagih janji diantara kedua parpol itu.

Tagihan janji pertama diungkapkan oleh Ahmad Muzani karena sudah lebih satu setengah bulan kampanye berlangsung namun SBY dan AHY belum juga mengkampanyekan pasangan Prabowo - Sandiaga Uno. 

Pernyataan Sekjend Gerindra itu dibalas petinggi Demokrat dengan menyatakan, Prabowo juga punya janji terhadap SBY/Demokrat. Dalam kalimat yang lebih bebas, pernyataan petinggi Demokrat itu dapat diubah menjadi begini: Gerindra jangan hanya nagih janji, sedangkan janji ke Demokrat saja pun belum dipenuhi.

Mengingat tagihan janji Gerindra itu ditujukan ke SBY maka para kader Demokrat pun membela Ketua Umumnya.

Tidak hanya kader Demokrat, bahkan SBY pun ikut langsung mengomentari ucapan Sekjend Gerindra itu.

Salah satu komentar Presiden ke-6 RI itu menyatakan, "Faktor kemenangan pilpres adalah sosok capres itu sendiri.Capres harus jadi super star".

Tentulah komentar yang diungkapkan Ketua Demokrat ini berkaca kepada pengalamannya sendiri yang sudah dua kali memenangkan kontetasi pilpres di negeri ini.

Presiden kelahiran Pacitan itu juga menguraikan beberapa kelemahan pada kubu pasangan pilpres yang diusungnya itu, antara lain tentang narasi visi dan misi yang belum disampaikan ke masyarakat.

Hangatnya situasi saling sahut menyahut antara kedua kader partai terasa sedikit adem ketika keluar pernyataan Rachland Nasidik, Wakil Sekjend Partai Demokrat. Rachland menyatakan ,pada Maret 2019 nanti, SBY akan mengkampanyekan pasangan 02.

Ucapan Rachland Nasidik itu tidak hanya membuat suasana jadi adem tetapi ucapan itu disambut gembira oleh kubu Prabowo.

Tetapi terhadap ucapan Rachland Nasidik itu ada beberapa pertanyaan yang layak disampaikan.

Pertama, dihitung dari sekarang masih butuh waktu sekitar tiga setengah bulan lagi untuk sampai ke Maret 2019. Mengapa harus menunggu tiga setengah bulan agar SBY mengkampanyekan Prabowo- Sandiaga Uno?

Mungkin jawaban yang muncul, dari sekarang ke Maret , SBY dan Demokrat lebih berkonsentrasi menghadapi pemilu legislatif. Seperti yang diungkapkan Ketua Umum Demokrat, partainya tidak akan memperoleh efek ekor jas dengan majunya Prabowo beserta Sandiaga.

Kalau alasan ini yang dikemukakan, lalu apa bedanya dengan situasi pada Maret 2019 nanti. Tokh, pada masa itu, walaupun SBY mengkampanyekan pasangan 02 namun hal tersebut tidak memberi hasil yang signifikan untuk partai yang punya lambang mirip segitiga mercy itu.

Malahan menurut pendapat saya, semakin mendekati tanggal 17 April 2019, masing masing parpol akan semakin gencar berkampanye untuk peningkatan elektabilitas partainya.

Pertanyaan kedua, andainya SBY sungguh sungguh akan berkampanye untuk pasangan 02 yang dimulai pada Maret tahun depan, apakah waktu sekitar satu setengah bulan itu cukup untuk mengantarkan pasangan yang diusungnya itu ke gerbang kemenangan?

Walaupun SBY disebut sebagai ahli strategi politik, tapi saya ragu strategi yang digunakan itu mampu memberi sumbangan yang berarti untuk perolehan suara Prabowo-Sandiaga Uno.

Pertanyaan berikutnya, andainya SBY sungguh sungguh akan berkampanye untuk Prabowo - Sandiaga, narasi apakah yang akan diungkapkannya tentang pasangan itu? Apakah SBY misalnya akan menyatakan dengan memilih pasangan ini maka masa depan negeri ini akan lebih baik?

Andainya hal yang demikian sungguh sungguh akan diucapkan SBY, percayakah kader, anggota ataupun simpatisan Demokrat dengan pernyataan yang demikian?

Bukankah dihati para kader dan anggota ,lebih bergema nama AHY ketimbang nama Sandiaga Uno?

Tidak dapat dimungkiri, ucapan "jenderal kardus "merupakan salah satu bentuk manifestasi kekecewaan kader Demokrat kepada Prabowo yang lebih memilih Sandiaga Uno ketimbang AHY.

Selanjutnya, ada hal lain yang menurut saya menjadi kalkulasi SBY dan Demokrat.

Pada pilpres 2024, tentu ada keinginan kuat dari Demokrat untuk mendorong AHY ikut bertarung pada kontestasi itu.

Di sisi lain, tentuny,a Sandiaga Uno juga sudah berpikir juga arah kesana. Semakin tinggi tingkat keterpilihan Prabowo-Sandiaga pada pilpres maka semakin besar peluang mantan Wagub DKI itu untuk ikut ambil bagian pada kontestasi pilpres 2024 itu.

Tentunya, hal-hal yang demikian juga sudah dikaji oleh Tim Demokrat.

Sesungguhnya, masih butuh waktu sekitar tiga setengah bulan untuk melihat kesungguhan SBY melakukan kampanye terhadap pasangan yang diusung partainya itu.

Namun sebelum sampai kesana, SBY telah menyatakan kunci utama kemenangan pada pilpres sesungguhnya sangat tergantung pada capresnya.

Kita tentunya sudah dapat menangkap makna ucapan ini.

Salam Pilpres!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun