Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mana yang Lebih Tidak Etis, Sebut Politik Genderuwo atau Katakan Ada Partai Setan?

12 November 2018   16:08 Diperbarui: 12 November 2018   16:49 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sudah lebih empat tahun suami Iriana itu memendam rada sabar .Dia tetap sabar walaupun berbagai tuduhan ditujukan kepadanya .Mulai dari tudingan ia PKI ,orangtua yang diakuinya bukan lah orang tuanya yang sebenarnya ,selanjutnya digambarkan ia hadir di samping Aidit pada kampanye Pemilu 1955 padahal ia sendiri baru lahir tahun 1961.

Tidak hanya fitnah tentang PKI ,tapi ia juga dituduh ngibulin rakyat,antek asing dan aseng . Melirik hal hal yang demikian tentu tidaklah tepat ucapan Jokowi dinilai dari tataran etik semata. Kaidah etika bisa digunakan kalau lawan politiknya juga menggunakan nilai nilai yang sama .Ketika lawan politik menghujatnya dengan fitnah yang tentunya jauh dari nilai nilai moral maka layakkah kita tuntut Jokowi harus punya standar etika yang tinggi ketika mengucapkan sesuatu?

Tidak hanya ke Jokowi pribadi, tetapi ke parpol yang kemudian mengusung Jokowi- Ma'ruf Amin pun pernah ada tuduhan bahwa parpol tersebut merupakan partai Setan.

Sungguh aneh ada yang menyebut parpol yang punya legalitas hidup di negeri ini dikategorikan sebagai partai setan.Apakah tuduhan yang demikian juga merupakan cerminan kata kata yang sarat dengan etika dan moral?

Karenanya janganlah hujat Jokowi kalau ia mengungkapkan kata kata dengan bahasa yang dimengerti rakyat, apalagi tuduhan itu dikaitkan dengan etika.

Kalau mau konsekuen seharusnya kritik dan hujat jugalah kalangan yang  mengeritik presiden petahana itu ,terlebih ketika ucapan yang dilontarkan justru tidak mengandung nilai nilai etika.

Salam Demokrasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun