Sudah lebih empat tahun suami Iriana itu memendam rada sabar .Dia tetap sabar walaupun berbagai tuduhan ditujukan kepadanya .Mulai dari tudingan ia PKI ,orangtua yang diakuinya bukan lah orang tuanya yang sebenarnya ,selanjutnya digambarkan ia hadir di samping Aidit pada kampanye Pemilu 1955 padahal ia sendiri baru lahir tahun 1961.
Tidak hanya fitnah tentang PKI ,tapi ia juga dituduh ngibulin rakyat,antek asing dan aseng . Melirik hal hal yang demikian tentu tidaklah tepat ucapan Jokowi dinilai dari tataran etik semata. Kaidah etika bisa digunakan kalau lawan politiknya juga menggunakan nilai nilai yang sama .Ketika lawan politik menghujatnya dengan fitnah yang tentunya jauh dari nilai nilai moral maka layakkah kita tuntut Jokowi harus punya standar etika yang tinggi ketika mengucapkan sesuatu?
Tidak hanya ke Jokowi pribadi, tetapi ke parpol yang kemudian mengusung Jokowi- Ma'ruf Amin pun pernah ada tuduhan bahwa parpol tersebut merupakan partai Setan.
Sungguh aneh ada yang menyebut parpol yang punya legalitas hidup di negeri ini dikategorikan sebagai partai setan.Apakah tuduhan yang demikian juga merupakan cerminan kata kata yang sarat dengan etika dan moral?
Karenanya janganlah hujat Jokowi kalau ia mengungkapkan kata kata dengan bahasa yang dimengerti rakyat, apalagi tuduhan itu dikaitkan dengan etika.
Kalau mau konsekuen seharusnya kritik dan hujat jugalah kalangan yang  mengeritik presiden petahana itu ,terlebih ketika ucapan yang dilontarkan justru tidak mengandung nilai nilai etika.
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H