Jum'at,12 Oktober malam, Wakil Presiden Jusuf Kalla secara resmi telah menutup MTQN XXVII yang diadakan di Medan- Deli Serdang. Keluar sebagai juara umum pada MTQN itu adalah DKI Jakarta dan sebagai tuan rumah MTQN dua tahun yang akan datang adalah Provinsi Sumatera Barat.
Selesai acara penutupan saya langsung bergegas menuju area pameran karena masih ingin mendalami berbagai hal yang berkaitan dengan Mushaf kuno Al Qur'an yang dipamerkan sejak 6 Oktober 2018.
Saya beruntung pada Stand Pemprovsu/Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an ( LPTQ) itu ketemu dengan Candiki Repantu, sosok yang bersama Ichwan Azhari menyusun buku "Mushaf AL Qur'an Kuno di Sumatera Utara".
Pria yang ramah ini menyelesaikan S1 nya di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara ( UINSU) dan kemudian meraih S2 Antropologi di Universitas Negeri Medan ( Unimed).
Sekarang Candiki aktif di Pusat Studi Ilmu Sosial ( Pusis) Unimed.Pusat studi dipimpin oleh Ichwan Azhari sebuah sosok yang sangat berkomitmen untuk menggali berbagai hal yang berhubungan dengan sejarah dan juga dengan situs situs sejarah.
Candiki dengan ramah menjelaskan kepada saya berbagai hal berkaitan dengan Mushaf Kuno AL Qur' an yang dipamerkan pada arena MTQN itu .
Berikut ini ringkasan penjelasannya:
Mushaf kuno Al Qur' an ada yang ditulis pada kertas Eropa tetapi ada juga yang ditulis pada daluang.Daluang adalah kertas yang terbuat dari kulit kayu.
Pada pameran itu ada sekitar 6 Mushaf yang ditulis pada daluang dan selebihnya ditulis pada kertas Eropa.
Pada beberapa Mushaf pada setiap lembarnya dihiasi dengan ilustrasi sehingga lembaran itu terlihat indah dan menarik.Ilustrasi yang demikian disebut iluminasi.
Umumnya iluminasi pada Mushaf yang ada di Sumatera Utara merupakan gambaran dari bunga atau tumbuhan lainnya ( flora). Iluminasi itu juga dapat menggambarkan dari mana asal daerah penulisan Mushaf itu.